Ethan punya kebiasaan yang sedari dulu sudah mengakar di dirinya. Ia sebagai seorang pria normal, sering kali tertarik kepada banyak wanita. Tetapi, ketertarikannya bukan berarti ia suka secara keseluruhan, melainkan hanya fisik. Pria mana yang tidak suka melihat seorang wanita dengan tubuh yang begitu ideal? Namun, bukan berarti Ethan tidak pernah merasa tertarik yang benar-benar tertarik. Ia pernah merasakannya dan itu bersama Delphi, sahabatnya sendiri. Ketika ia mencium wanita lain, ia tidak merasakan degupan kencang di jantungnya, meskipun ia tertarik pada wanita itu. Tapi ketika ia melakukannya dengan Delphi, ia merasa jantungnya hendak melompat keluar dari dadanya. Hanya saja, karena terhalang status sahabat, perasaan yang dimiliki Ethan untuk Delphi lama kelamaan memudar.Dan sekarang, ia merasa tertarik kembali pada Elea. Ia merasa harus memastikan apakah ketertarikan ini hanya ketertarikan biasa atau luar biasa. Dan untuk mengetahuinya, Ethan harus memberi kecupannya.Perta
Ini baru hari pertama mereka ada di vila, tapi sudah banyak yang terjadi, sehingga ada beribu rasa didalam hati. Rasa ingin memiliki dan obsesi terasa begitu dominan. Ada peperangan diantara mereka, hanya saja tidak kentara. Bagaimanapun, beberapa dari mereka ada yang menyukai wanita atau pria yang sama dan tentu rasanya seperti sedang berada dalam sebuah kompetisi.Elea duduk di kursi meja riasnya dengan tatapan kosong. Ia bingung dengan perasaannya. Terus terang, ia sedikit cemburu dengan tantangan Freya pada Ethan tadi. Tapi, ini baru hari pertama, mereka baru bertemu dan Elea tidak sangka jika ia akan menyukai seseorang secepat ini.Bertopang dagu, jari-jari Elea mengetuk-ketuk mejanya. Ia tidak tahu harus bersikap bagaimana nanti di ranjang. Namun sepertinya ia tidak bisa dekat-dekat dulu dengan Ethan, ia harus jaga jarak. Tidak mungkin di malam pertama ia sudah langsung memeluk Ethan, pria itu pasti akan terheran-heran jika ia melakukannya.Di tengah keruwetan pikiran Elea, tiba
Saat sarapan, mereka bersepuluh berkumpul di dapur dan duduk kursi meja makan. Saat sedang asik menyantap makanan, tiba-tiba Theo bersuara. "Kalian sudah cek kotak surat?" tanyanya yang jelas menyita perhatian mereka karena memang hal yang dikatakan Theo itu penting. "Belum." Adrian menyahut dengan tampang kosong. "Shit." Theo langsung berdiri dan berjalan cepat ke arah pintu belakang vila, merogoh dalam kotak surat dan ketika menemukan selembar surat, ia langsung kembali ke dapur. "Suratnya ada?" tanya Arabella ketika Theo kembali. "Ini." Theo mengangkat surat di tangannya. "Akan kubuka." Menyudahi sarapan, mereka memfokuskan diri pada Theo. Penasaran dengan agenda apa yang harus mereka lakukan hari ini. "Setelah sarapan, sebuah tantangan menanti kalian di halaman belakang vila. Pergilah dengan seseorang yang duduknya berhadapan denganmu." Mata Theo melebar saat ia menyelesaikan ucapannya. Ia langsung melihat ke arah bangkunya dan matanya bergulir menatap wanita yang duduk dih
Jawaban dikunci, lampu pengeras suara juga sudah mati. Kini, dua pasangan yang akan segera menikmati kencan diluar pulau harus bergegas menyiapkan diri karena mereka akan pergi. Tapi, masih ada banyak ketegangan yang yang harus diakhiri. "Brengsek!" Ethan menarik baju Kevin dengan tangan terkepal. Emosinya melambung tinggi hingga ia tidak bisa mengontrolnya. Kevin hanya menatap Ethan santai, tidak ada ekspresi apapun di wajahnya. Karena sejujurnya pun ada banyak hal yang saat ini bersemayam dalam pikirannya. "Ethan, tenanglah." Theo menarik Ethan mundur. Sedangkankan di sisi Kevin, ada Max yang menahannya, berjaga-jaga jika Kevin membalas serangan Ethan. "Padahal kau bisa saja memilih Arabella atau Grace, wanita yang dekat denganmu." Ethan menunjuk Grace dan Arabella yang hanya diam. "Tapi, kau malah memilih Elea," katanya dengan mata bersinar tajam. Emosi Ethan kentara sekali dari wajahnya. "Jangan egois, Ethan. Kau juga tahu sendiri jika aku, Adrian, ataupun Max ingin berbicara
Enam orang tersisa di vila memutuskan untuk menikmati matahari terbenam di sore hari. Pemandangannya begitu indah karena tidak terhalang oleh apapun. Tapi sayangnya keindahan itu tidak sampai ke hati beberapa dari mereka.Adrian dan Grace yang paling kacau hatinya. Dua-duanya sama-sama merasa jika sisa hari-hari mereka di vila tidak akan baik. Hal ini dikarenakan seseorang yang pertama kali menangkap perhatian mereka nyatanya tidak menunjukkan ketertarikan yang sama.Di lain sisi. Azalea dan Max sedang duduk diatas double-bed sun lounger dengan kacamata hitam yang bertengger manis di hidung mancung mereka. Sama-sama diam menikmati cahaya jingga yang terlihat sempurna di ujung laut sana."Jadi," Azalea memulai, "apa ada orang lain yang kau suka di vila ini?" tanyanya dengan pandangan yang terus lurus ke depan."Bukan suka. Tapi, sedari awal mataku tertuju pada dua orang. Kau dan Elea." Max berkata jujur. "Aku ingin mendekatkan diri dengan kalian berdua. Aku juga akan mengambil setiap k
Hari ketiga dimulai. Matahari perlahan beranjak dari ufuk timur. Semua orang mulai bersiap-siap memulai aktivitas yang sama seperti kemarin. Tetapi terkadang, apa yang akan terjadi hari ini bisa berbeda dari yang kemarin. Dan tentu setiap orang menginginkan perbedaan yang mengarah ke hal baik, bukan sebaliknya. Tepat di jam delapan pagi. Ethan dan Freya dipersilahkan untuk keluar dari kamar. Begitu mereka keluar, mereka langsung bertemu dengan pasangan satunya, Elea dan Kevin. Mereka berempat tidak berbicara apapun, hanya mengikuti langkah staf yang mengarahkan mereka ke rooftop hotel. "Bagaimana kencan kalian?" tanya Freya pada Elea dan Kevin. Matanya berbinar, memperlihatkan jika hatinya sedang dalam keadaan bahagia. "Tidak ada masalah, kan?" "Lumayan seru," sahut Elea dan tersenyum kecil. "Kami bermain jenga dan melakukan tantangannya. Malamnya kami hanya berbincang-bincang lalu tidur." "Oh baguslah." Freya tidak ingin menceritakan bagaimana harinya dengan Ethan jika Elea tidak
Hari menjelang sore. Suasana vila seperti hari-hari kemarin yang damai dan menyenangkan. Burung-burung yang bertengger di pohon-pohon sekitar vila berkicau, ditambah suara debur ombak yang terdengar samar-samar membuat semuanya semakin sempurna.Sayangnya, hal itu tidak mampu menjamah hati beberapa orang yang kini dilanda kekacauan. Grace, Kevin, Azalea dan Adrian contohnya. Mereka berempat tidak tahu hal tepat apa yang harus mereka lakukan agar hati mereka lega.Adrian duduk di pinggir kolam sendirian. Ia memeluk kakinya yang menekuk dan menatap lekat pemandangan matahari terbenam. Sampai saat ini, Adrian tidak bisa melihat wanita lain karena pandangannya terus tertuju ke Elea. Dan tadi ia melihat Ethan membawa wanita itu ke atap vila, sudah dua jam dan mereka belum turun juga. Adrian hanya berpikir, hari mereka di vila tidak berasa, tau-tau sudah hari ketiga, keempat atau seterusnya. Adrian juga tahu hal apa saja bisa terjadi di sini, karena memang orang-orang tidak bisa ditebak,
Pernah mendengar kalimat jika seorang wanita dan pria tidak bisa menjadi sepasang sahabat? Karena akan selalu ada yang menyimpan rasa untuk salah satunya.Jadi, meskipun Ethan mengatakan jika wanita yang baru datang itu adalah sahabatnya, tapi dari ekspresinya sepertinya bukan hanya sahabat, melainkan lebih. Elea menatap Delphi, jadi pihak produser menghadirkan seseorang yang sudah menjadi orang terdekat penduduk lama, ya? Apa hal itu tidak akan menimbulkan bencana? Entahlah, tapi perasaan Elea tidak enak."Tunggu." Grace menutup mulutnya yang ingin tertawa. "Kalian berdua tampak senang sekali melihat satu sama lain," ujarnya menunjuk Ethan dan Delphi."Memang benar. Bolehkah aku memeluknya sebentar?" Delphi menunjuk Ethan. Tapi, ia tidak perlu jawaban karena Ethan sendiri yang melangkah mendekat dan memeluknya, cukup singkat untuk ukuran sahabat yang sudah beberapa hari tidak berjumpa."Selamat datang, Delphi." Hanya itu ucapan Ethan sebelum ia berbalik ke tempatnya dan kembali meng