Hari menjelang sore. Suasana vila seperti hari-hari kemarin yang damai dan menyenangkan. Burung-burung yang bertengger di pohon-pohon sekitar vila berkicau, ditambah suara debur ombak yang terdengar samar-samar membuat semuanya semakin sempurna.Sayangnya, hal itu tidak mampu menjamah hati beberapa orang yang kini dilanda kekacauan. Grace, Kevin, Azalea dan Adrian contohnya. Mereka berempat tidak tahu hal tepat apa yang harus mereka lakukan agar hati mereka lega.Adrian duduk di pinggir kolam sendirian. Ia memeluk kakinya yang menekuk dan menatap lekat pemandangan matahari terbenam. Sampai saat ini, Adrian tidak bisa melihat wanita lain karena pandangannya terus tertuju ke Elea. Dan tadi ia melihat Ethan membawa wanita itu ke atap vila, sudah dua jam dan mereka belum turun juga. Adrian hanya berpikir, hari mereka di vila tidak berasa, tau-tau sudah hari ketiga, keempat atau seterusnya. Adrian juga tahu hal apa saja bisa terjadi di sini, karena memang orang-orang tidak bisa ditebak,
Pernah mendengar kalimat jika seorang wanita dan pria tidak bisa menjadi sepasang sahabat? Karena akan selalu ada yang menyimpan rasa untuk salah satunya.Jadi, meskipun Ethan mengatakan jika wanita yang baru datang itu adalah sahabatnya, tapi dari ekspresinya sepertinya bukan hanya sahabat, melainkan lebih. Elea menatap Delphi, jadi pihak produser menghadirkan seseorang yang sudah menjadi orang terdekat penduduk lama, ya? Apa hal itu tidak akan menimbulkan bencana? Entahlah, tapi perasaan Elea tidak enak."Tunggu." Grace menutup mulutnya yang ingin tertawa. "Kalian berdua tampak senang sekali melihat satu sama lain," ujarnya menunjuk Ethan dan Delphi."Memang benar. Bolehkah aku memeluknya sebentar?" Delphi menunjuk Ethan. Tapi, ia tidak perlu jawaban karena Ethan sendiri yang melangkah mendekat dan memeluknya, cukup singkat untuk ukuran sahabat yang sudah beberapa hari tidak berjumpa."Selamat datang, Delphi." Hanya itu ucapan Ethan sebelum ia berbalik ke tempatnya dan kembali meng
Hari ke lima di vila bertepatan dengan hari wanita. Grace sebagai satu-satunya orang yang ingat kalender tentu bersemangat memberitahu wanita lainnya agar mereka bisa merayakan hari spesial itu bersama.Di malam hari ke empat, Grace memberi aba-aba pada keempat wanita lainnya agar besok pagi bersiap-siap, mengenakan pakaian renang dan bersantai di pinggir kolam. Mungkin terdengar sepele, tetapi hal itu cukup menyenangkan dan menenangkan.Grace juga sudah memberitahu para pria tentang ini dan mereka semua setuju untuk ikut merayakannya dengan memperlakukan semua wanita seolah ratu, khusus hari itu.Jadi, hari kelima di vila mungkin adalah hari terbaik para wanita karena di hari itu mereka hanya akan menikmati pemandangan indah dari pantai, berjemur menikmati sinar matahari yang hangat, dan tidak perlu memikirkan apapun karena semua akan disediakan oleh para pria.Namun, apa yang dipikirkan para pria tampaknya sedikit melenceng dari kenyataan yang ada. Mereka pikir wanita-wanita mereka i
Setelah Ethan dan Elea selesai dengan urusan yang membuat rasa suka mereka makin berkembang untuk satu sama lain, mereka akhirnya keluar kamar dengan kemeja Ethan yang sudah melekat di tubuh Elea."Kau lelah?" tanya Ethan, menunduk melihat Elea yang sedang memeluk tubuhnya erat dengan kedua tangannya. "Kalau lelah, tidurlah dulu." Ethan mengecup ringan puncak kepala Elea."Kau memangnya tidak?" Elea mendongak, matanya kelihatan sayu. "Tidak. Aku malah lapar. Kau tidak lapar?"Elea menggeleng pelan. "Aku mengantuk," gumamnya. Elea merasa letih, jadi ia ingin tidur."Ya sudah, ayo ke kamar." Ethan membawa Elea ke kamar utama. Berjalan ke arah ranjang mereka dan menyelimuti tubuh Elea setelah wanita itu berbaring diatasnya. "Pakai saja kemejamu." Elea melepaskan kemeja Ethan dari tubuhnya dan memberikannya pada pria itu. "Tenang saja, tubuhku tidak akan terlihat. Aku kan pakai selimut," ujarnya dengan senyum lucu.Ethan tertawa kecil, ia tiba-tiba merasa gemas sampai tidak tahan untuk
Pagi-pagi sekali, di hari ke enam, satu surat mendarat lagi di kotak surat. Yang menemukannya kali ini adalah Elea. Sesuai dengan kebiasaan mereka, semua orang dikumpulkan agar bisa tahu apa isi pesan didalam surat tersebut."Siap?" Elea memandangi satu persatu wajah teman-temannya yang kaku. Ah ya, hari ini mungkin akan ada rasa-rasa menyebalkan yang timbul akibat peraturan kencan yang diluar ekspetasi mereka."Selamat pagi. Seperti yang kalian lihat jika ada sepuluh box dengan nama kalian di tiap pintu box, kalian harus memasukkan amplop cinta yang nantinya akan dibagikan ke kalian ke dalam box orang yang akan kalian ajak kencan. Pasangan yang akan berkencan akan kami umumkan setelahnya."Elea berbalik dan meletakkan surat itu diatas meja. Kemudian, di sampingnya ada sepuluh amplop berbentuk love berwarna merah dan nama-nama mereka tertera di sana.Elea menyimpan bagiannya. Ia lalu membagikan tiap amplop sesuai dengan namanya masing-masing. "Apa kita perlu bersekongkol saja agar tid
Tempat kencan kedua tidak seperti kencan pertama dimana mereka berada di sebuah hotel mewah dan menginap semalam di sana. Kencan kali ini, setiap pasangan harus sedikit berusaha karena mereka akan mengendarai sebuah sepeda motor sport ke tempat kencan mereka yang tentunya sudah disiapkan oleh kru acara.Namun, sebagus apapun tempat kencannya, bukan berarti tiga pasangan itu bersenang-senang sekarang. Justru malah sebaliknya. Seperti Ethan yang membujuk Elea untuk berhenti mendiamkannya. Theo yang sama sekali tidak digubris Arabella. Azalea yang tidak tahu harus bagaimana bersikap didepan Max."Tidak perlu canggung, Azalea." Max menatap pasangannya yang duduk didepannya. "Nikmati saja kencanmu. Jangan pikirkan aku."Azalea membuka mulutnya, hendak menjawab ucapan Max. Tapi, belum pun keluar satu kata, ia sudah menutup mulutnya lagi. Azalea bingung harus berkata apa sebagai balasannya, ia hanya cemas jika ia salah kata dan membuat Max semakin dingin padanya.Arabella dan Kevin duduk ber
Nyatanya, perginya Ethan tidak membuat Elea mendapatkan ketenangan dan kedamaian. Ia malah semakin pusing karena merasa masalahnya bertambah. Ya, sekarang Ethan jelas marah padanya atas apa yang ia lakukan. Tapi, percayalah, Elea hanya ingin Ethan merasakan kecemburuan yang sama seperti yang ia rasakan untuk pria itu.Dan kini, ada Azalea didepan dirinya dan Max. Tatapannya tampak lebih kuat daripada yang sebelumnya. Elea rasanya ingin berteriak, sekarang ia bukan hanya menyakiti Ethan, tapi Azalea juga."Azalea--""Tidak apa, Elea." Azalea memotong ucapan Elea. "Max sudah mengatakan padaku kalau dia ingin mengenalimu lebih dalam. Dan ya, setidaknya waktu dua jam lebih sudah cukup untuk kalian saling mengenal satu sama lain."Elea paham maksudnya. Paham sekali. Maka dari itu, ia menatap Max, tersenyum kecil dan menepuk pundaknya satu kali. Elea memberi isyarat jika ia berterima kasih pada Max yang sudah menemaninya saat-saat krisisnya tadi."Maaf, Azalea." Elea mengatakannya dengan tul
Memang benar, jika mustahil seseorang mencintai orang lain hanya dalam beberapa hari, tetapi tentu tidak menutup kemungkinan itu akan terjadi. Buktinya saja Elea dan Ethan. Keterikatan mereka berdua sudah tampak nyata bagi semua penghuni vila. Begitu juga yang ingin dirasakan Arabella, ia tahu ia agak bar-bar saat baru pertama kali masuk vila, tapi setelah ia berhubungan dengan Theo, ia mulai merasa yakin. Namun, keyakinan itu hancur berkeping-keping saat melihat Theo dan Grace saling membagi kecupan di halaman belakang ketika tidak ada orang di sana.Sekarang, mereka semua berkumpul di ruang tengah. Masalah ini harus diluruskan dengan memakai pikiran sepuluh orang. Dicari mana jalan terbaik karena kencan kedua benar-benar menghancurkan hubungan beberapa pasangan."Bella. Kau harus tenang. Ini tidak seperti yang kau pikirkan," ujar Grace pada Arabella yang dari tadi terus-menerus berdiri berjalan bolak-balik tidak menentu."Aku idiot kalau begitu." Arabella berdecak menatap Grace. "AK