Tempat kencan kedua tidak seperti kencan pertama dimana mereka berada di sebuah hotel mewah dan menginap semalam di sana. Kencan kali ini, setiap pasangan harus sedikit berusaha karena mereka akan mengendarai sebuah sepeda motor sport ke tempat kencan mereka yang tentunya sudah disiapkan oleh kru acara.Namun, sebagus apapun tempat kencannya, bukan berarti tiga pasangan itu bersenang-senang sekarang. Justru malah sebaliknya. Seperti Ethan yang membujuk Elea untuk berhenti mendiamkannya. Theo yang sama sekali tidak digubris Arabella. Azalea yang tidak tahu harus bagaimana bersikap didepan Max."Tidak perlu canggung, Azalea." Max menatap pasangannya yang duduk didepannya. "Nikmati saja kencanmu. Jangan pikirkan aku."Azalea membuka mulutnya, hendak menjawab ucapan Max. Tapi, belum pun keluar satu kata, ia sudah menutup mulutnya lagi. Azalea bingung harus berkata apa sebagai balasannya, ia hanya cemas jika ia salah kata dan membuat Max semakin dingin padanya.Arabella dan Kevin duduk ber
Nyatanya, perginya Ethan tidak membuat Elea mendapatkan ketenangan dan kedamaian. Ia malah semakin pusing karena merasa masalahnya bertambah. Ya, sekarang Ethan jelas marah padanya atas apa yang ia lakukan. Tapi, percayalah, Elea hanya ingin Ethan merasakan kecemburuan yang sama seperti yang ia rasakan untuk pria itu.Dan kini, ada Azalea didepan dirinya dan Max. Tatapannya tampak lebih kuat daripada yang sebelumnya. Elea rasanya ingin berteriak, sekarang ia bukan hanya menyakiti Ethan, tapi Azalea juga."Azalea--""Tidak apa, Elea." Azalea memotong ucapan Elea. "Max sudah mengatakan padaku kalau dia ingin mengenalimu lebih dalam. Dan ya, setidaknya waktu dua jam lebih sudah cukup untuk kalian saling mengenal satu sama lain."Elea paham maksudnya. Paham sekali. Maka dari itu, ia menatap Max, tersenyum kecil dan menepuk pundaknya satu kali. Elea memberi isyarat jika ia berterima kasih pada Max yang sudah menemaninya saat-saat krisisnya tadi."Maaf, Azalea." Elea mengatakannya dengan tul
Memang benar, jika mustahil seseorang mencintai orang lain hanya dalam beberapa hari, tetapi tentu tidak menutup kemungkinan itu akan terjadi. Buktinya saja Elea dan Ethan. Keterikatan mereka berdua sudah tampak nyata bagi semua penghuni vila. Begitu juga yang ingin dirasakan Arabella, ia tahu ia agak bar-bar saat baru pertama kali masuk vila, tapi setelah ia berhubungan dengan Theo, ia mulai merasa yakin. Namun, keyakinan itu hancur berkeping-keping saat melihat Theo dan Grace saling membagi kecupan di halaman belakang ketika tidak ada orang di sana.Sekarang, mereka semua berkumpul di ruang tengah. Masalah ini harus diluruskan dengan memakai pikiran sepuluh orang. Dicari mana jalan terbaik karena kencan kedua benar-benar menghancurkan hubungan beberapa pasangan."Bella. Kau harus tenang. Ini tidak seperti yang kau pikirkan," ujar Grace pada Arabella yang dari tadi terus-menerus berdiri berjalan bolak-balik tidak menentu."Aku idiot kalau begitu." Arabella berdecak menatap Grace. "AK
Perasaan itu seperti musim pancaroba. Tidak bisa ditebak kedatangannya. Tadi cerah, htiba-tiba gelap saja. Sama seperti yang dirasakan Arabella, perasaannya pada Theo yang awalnya suka, jatuh berbalik menjadi benci dalam sekejap mata.Sekarang, mereka bersepuluh berkumpul di halaman belakang vila. Delapan dari mereka duduk di atas bangku yang disusun secara lurus sejajar. Sedangkan dua orang lagi, yaitu Delphi dan Prince, mereka akan menjadi MC sementara dengan beberapa cue card di tangan mereka. "Kalian siap?" tanya Delphi menatap delapan temannya didepannya. Matanya memicing sedikit akibat sinar matahari yang menerpa."Siap!" "Alright." Delphi dan Prince saling lirik. "Orang pertama adalah Azalea!"Bertepuk tangan, Azalea bangkit dan berjalan mendekat pada meja yang diatasnya ada banyak gelas dengan air berwarna merah didalamnya. Ia berdiri di sana dan menunggu apa yang dikatakan Delphi selanjutnya."Siapa yang berkata seperti ini padamu. Aku akan mengatakan yang baik lebih dulu."
Seseorang pernah berkata jika satu kesalahan bisa menghancurkan kesan baik yang sudah tercipta, nyatanya kalimat itu memang benar adanya. Gampang sekali bagi seseorang melenyapkan kepercayaannya pada orang lain dikarenakan satu kesalahan yang mungkin saja bisa dibicarakan baik-baik. Namun, kepribadian setiap orang berbeda. Diantaranya, ada yang sama sekali tidak ingin penjelasan apapun lagi, dan hal itu yang dirasakan oleh Max pada Azalea."Kau marah?" tanya Azalea menatap punggung Max, pria itu sedang berdiri dengan tangan bertumpu pada meja dapur. "Apa karena aku mencium Prince?""Kau pikir ada lagi?" Max berbalik, kini ia berhadapan langsung dengan Azalea. "Apa mungkin ada yang kau lakukan lagi dengan pria itu dan aku tidak tahu?!""Kenapa kau marah?" tanya Azalea. "Kau sendiri, kau juga mencium Elea. Sama saja, kan, dengan yang kulakukan? Kau juga tidak perlu berteriak seperti tadi, asal kau tahu saja," sambungnya dengan nada bicara yang semakin pelan. Azalea tidak bisa menyembuny
Puluhan menit sebelum jam enam pagi, dimana hampir seluruh lampu vila masih padam, Azalea sudah bangun dari tidurnya. Gadis itu sudah bertekad benar-benar mengundurkan diri, sudah tak ada tenaga tersisa untuk tetap berdiri di sana meski hanya beberapa jam saja. Azalea merasa kesempatannya sudah habis tak bersisa.Menyibakkan selimut, Azalea turun dari tempat tidur. Semua orang masih terlelap, dan ini waktu yang pas untuknya mengemas seluruh barang-barangnya.Saat dia akan melewati ranjang dimana ada Max yang terlelap di atasnya, Azalea terpaku sesaat. Ia tak menyangka jika akan begini akhirnya, ia kira ia bisa bersama Max sampai semua ini usai. Namun, perkiraan hanya tinggal perkiraan, takdir sudah berkata lain.Tersenyum tipis, Azalea mengukuhkan hatinya dan melanjutkan langkahnya. Ia mengambil koper dan mulai mengeluarkan pakaiannya dari lemari, lalu menyusunnya di dalam benda persegi panjang itu. Azalea lalu sadar ada sandal yang ia bawa dan ia letakkan di ruang tamu, karenanya ia
"Jadi, siapa?"Chelsea dan Noah hanya duduk berdua di perapian. Pikiran mereka sama-sama bekerja lebih keras menantikan siapa yang menjadi pilihan mereka. "Kita tidak bisa sembrono." Noah menatap lurus pada orang-orang yang duduk bersama di pinggir kolam, mereka tertawa dan terlihat bersenang-senang. "Kau tahu? Kesan pertama," ujarnya menoleh ke Chelsea dan mengedipkan sebelah matanya.Chelsea mendengus, ia menyandarkan punggungnya. "Kau berkata seolah kau sudah pasti memilih seseorang, padahal belum jelas," ejeknya. "Ah jujur saja, aku masih kaget Azalea sudah tidak ada di sini. Diantara semua perempuan itu, aku paling percaya Azalea yang tertulus. Pendapatmu bagaimana?" "Ya begitulah, memang ada yang pergi dan datang. Yang membuatmu berpikir terbaik juga tidak menjamin selalu tinggal, kan?" Noah mengusap-usap pahanya. "Argh, sudah tidak usah bahas itu. Mari bahas para manusia itu, siapa yang menarik perhatianmu?"Chelsea berdeham, kini matanya ikut memandang lurus ke depan seperti
Setelah memutuskan pasangan kencan, mereka berempat keluar dari vila dengan seruan dari anggota tersisa untuk menikmati waktu mereka, bersenang-senang tepatnya. Tentu tidak semua, seperti Ethan dan Arabella cukup menerima kenyataan pahit akibat pilihan Noah. Max sebagai pria yang dipilih oleh Chelsea juga tak suka melihat Noah bersama Elea. Ia sendiri saja belum berhasil mendapatkan perhatian Elea, dan sekarang sudah direbut oleh pria lainnya. "Max?" Chelsea menatap Max, ia mengernyit dan mengikuti kemana arah pandang Max tertuju. Ia melengos saat sadar yang ditatap pria di sebelahnya adalah Elea. Mendadak Chelsea merasa ia sudah salah pilih. Benar yang dikatakan Noah, harusnya ia tidak sembrono. "Kau memanggilku?" Max baru sadar beberapa detik setelahnya, sudah terlambat."Ah tidak. Ayo ke mobil, waktu kita tidak banyak." Chelsea lebih dulu masuk ke dalam mobil, kemudian diikuti oleh Max. Di dalam, ada seorang staff dan staff itu memberi motivasi pada Chelsea, untuk bersenang-sena
Setelah acara Sexy Singles sudah benar-benar selesai dan mereka sudah kembali ke kota awal, kota dimana mereka tinggal, mereka sempat ditahan sebentar karena harus diberi sedikit perintah. Diantaranya adalah seperti mereka yang belum boleh membocorkan hubungan mereka saat ini, mau itu berpasangan ataupun tidak sebelum tayangan dari Sexy Singles selesai di layar kaca. Kemudian, tetap menjaga rahasia tentang Ethan dan Coco, karena hal tersebut bisa merusak nama baik agensi. Dan tentu ada sanksi yang harus diterima Coco, dia mendapatkan denda dan juga ditahan untuk waktu yang belum ditentukan.Beruntungnya, Ethan tidak menindaklanjuti masalah itu. Ia memaafkan Coco. Kalau Ethan tidak terima dan menuntut, mungkin hukuman yang diterima Coco lebih besar lagi.Setelah barang-barang mereka dikembalikan, mereka saling memberi nomor pribadi dan juga akun media sosial. Banyak yang terkejut karena rata-rata mereka adalah orang yang cukup terkenal dengan pengikut puluhan sampai ratusan ribu dalam
Setelah para pria menjalankan tugas mereka, kini saatnya para wanita membuka box masing-masing dan mencari tahu apakah ada tiket kepulangan yang terselip di dalamnya. Jika mereka menemukan tiket tersebut dan menerimanya, maka mereka harus menemui pasangan mereka yang sudah menunggu di luar vila, kemudian pergi bersama dengan helikopter yang sudah menunggu di ujung sana.Orang pertama yang terjun adalah Delphi. Dia melangkah gugup dengan seruan memotivasi dari teman-temannya. Dalam hati, ia antara yakin dan tidak yakin apakah Prince memilihnya atau tidak. Karena, orang pertama yang menarik perhatiannya kan Arabella, bukan dirinya.Delphi lalu membuka hati-hati penutup kotaknya. Dengan wajah datar, ia kemudian kembali menutupnya dan sontak saja empat wanita lainnya yang melihat wajah murung Delphi jadi kaget dan menebak-nebak apa yang sedang terjadi."Delphi? Kau tak apa?" Arabella mengkhawatirkannya. Sebab Delphi tampak kecewa.Tapi, Delphi tak bisa menahan ekspresinya lebih lama karen
Situasi antara Arabella dan Grace bisa dibilang lumayan berkembang dari waktu itu. Dua wanita itu tampak berbincang walau sedikit-sedikit. Ini dikarenakan Grace yang tadi siang mengajak Arabella berbicara, ia juga meminta maaf amat sangat padanya. Meskipun Arabella tampak enggan, namun akhirnya ia luluh dan berkata kalau sekarang pun ia sudah memindahkan perasaan pada Noah. Jadi, Arabella dan Grace sudah baik-baik saja. Hanya saja, yang sudah terluka akan meninggalkan bekas. Begitupun Arabella. Mungkin ia dan Grace tampak berbaikan. Tapi jauh di dalam hatinya, masih ada waspada yang begitu besar dan ia pun tak akan pernah sama lagi seperti ia pada awalnya untuk Grace. Semua orang tampak cerah ceria sekarang, kecuali Ethan dan Elea. Terkhususkan dua orang itu, memang agak berbeda karena Elea sendiri yang membuat batasan dengan Ethan. Mereka tidak tahu apakah Ethan dan Elea akan berbaikan atau tidak, atau mungkin ke arah yang lebih buruk. Padahal besok sudah menjadi akhir perjalanan m
Setelah Coco dibawa pergi oleh tim karena dia harus berhadapan dengan tim pusat yang akan menginterogasi dirinya lebih lanjut, kini waktunya untuk mereka mengucapkan selamat tinggal untuk para asisten. Yang mana agak memilukan karena meskipun tidak jadi kekasih, sang asisten sudah menjadi teman yang baik dan menemani mereka selama tiga hari dalam pengasingan-palsu."Aku pasti akan merindukanmu, Andrew." Elea memeluk Andrew begitu erat. Pria ini sudah dianggap seperti seorang kakak. Andrew mirip sekali dengan Emma hingga ia merasa sudah memiliki satu kakak wanita dan satu kakak pria."Pastinya, El. Aku akan menunggumu di sana." Andrew membalas pelukan Elea tak kalah eratnya. Ia tahu Elea tak membalas perasaannya, tapi mereka masih bisa dekat, kan. Dari jauh, Andrew bisa melihat Ethan tengah berdiri memandang dirinya dan Elea. Mendadak Andrew bisa merasakan seberapa rindunya Ethan pada Elea. Apalagi sekarang posisi Ethan cukup serba salah walaupun ia bukan yang bersalah. Jelas Elea aga
Pagi itu suasananya cukup sibuk, mereka harus berkemas singkat karena mobil sudah menjemput para peserta beserta asisten mereka agar segera dibawa kembali ke vila. Memang cukup gila memikirkan jika esok hari adalah hari terakhir mereka, sekaligus jadi hari penentuan akan bersama siapa keluar vila. Sedangkan saat ini saja keadaan mereka masih begitu berantakan, ada begitu banyak kesalahpahaman yang harus diselesaikan hanya dalam kurun waktu kurang lebih satu hari saja.Saat mereka semua sampai di vila. Hanya beberapa yang saling peluk dan hanya para wanita anggota vila saja. Sementara wanita dan pria yang berstatus pasangan seperti Noah dan Arabella, Delphi dan Prince, tidak melakukan kontak fisik apapun karena cukup canggung, terlebih ada asisten mereka berdiri berjajar di sana."Ngomong-ngomong di mana Ethan?" Delphi celinguk ke kanan dan kirinya, namun masih tak bisa menemukan Ethan.Mendengar nama Ethan disebut, pikiran Elea jadi kembali terlempar ke momen tadi malam. Ia tak akan m
Selamat malam semuanya. Bagaimana tiga hari kalian selama berada di kota terpencil ini? Aku James, produser kalian, akan membongkar semuanya. Chelsea mengernyit, kepalanya berputar memandang Jeremy yang tampak biasa saja. "Apa maksudnya?"Jeremy hanya tersenyum kecil. "Ayo tonton saja," jawabnya sekaligus memerintah. Dan mau tidak mau Chelsea harus menurutinya.Sama sekali tidak ada virus atau penyakit apapun di pulau ini. Hal itu hanya alibi karena kalian sudah berada di titik dimana harus menjalani ujian terberat. Sudah sesuai rencana jika kalian akan diasingkan ke Temptation Zone. Di sana kalian tinggal bersama seorang asisten lawan jenis yang sudah kami siapkan. Nantinya, mereka akan meluncurkan godaan dan melihat seberapa jauh kalian akan terpengaruh. Jika terpengaruh, maka kalian tidak setia dengan pasangan kalian di vila. Jadi, agar makin jelas, mari saksikan video yang sudah kami rangkum dari seluruh aktivitas sepuluh peserta dalam tiga hari ini.Terima kasih.Dan layar lapt
Hari terakhir berada di TemptZone akhirnya tiba, sepuluh peserta diminta untuk mengecek kondisi tubuh mereka dengan pengukuran suhu tubuh dan juga kesehatan badan. Jelas saja tidak ada apa-apa yang terjadi, pengecekan itu hanya alibi dan para asisten mengumumkan kalau hasilnya adalah negatif dan esok hari mereka bersepuluh bisa kembali ke vila. Beberapa dari mereka ada yang ingin tinggal, dan ada yang juga tidak, seperti Grace dan Chelsea. Mereka harus kembali dan untuk tinggal dua hari lagi di vila sebelum keluar dari pulau ini dan kembali ke kehidupan mereka masing-masing. Chelsea sendiri sudah menentukan pilihannya. Ketika nanti pemilihan di hari ke empat belas berlangsung, ia tak akan memilih siapapun karena sekarang hubungannya dengan Jeremy sudah berada di posisi yang bagus. Chelsea tak akan mengorbankannya dengan pria lain yang ia kenal hanya dalam waktu satu hari. Jelas tak ada ketertarikan yang begitu dalam ia rasakan selama berada di vila. Semua keadaan antara peserta dan
Katakanlah Coco adalah wanita yang licik, yang terlalu memaksakan kehendak, yang obsesian. Tapi, semua itu takkan menghentikannya, takkan bisa menghadang langkahnya. Coco tetap selalu penasaran sebelum hasilnya terlihat, entah bagaimana hasil akhirnya, ia tetap kukuh mencoba.Coco melancarkan aksinya malam ini karena melihat ada peluang rencananya berhasil. Ia menuangkan obat perangsang di minuman Ethan ketika pria itu pergi mengambil garpu. Begitu Ethan kembali, Coco bersikap biasa seolah tak ada hal buruk yang terjadi."Terima kasih sudah perhatian padaku, Ethan," ujar Coco tiba-tiba. Ia kembali menyantap sup di hadapannya."Karena kau sedang sakit. Kau juga satu-satunya orang yang ada di sini selain aku, jadi kita harus saling membantu." Ethan kembali duduk. Ia meminum minumannya sebelum memakan makanannya. Dan hal itu diperhatikan lekat oleh Coco, jantungnya berdegup senang karena sedikit lagi langkahnya akan sampai pada hal yang didambanya. Sebenarnya Ethan sudah merasakan ada ya
Jarum jam sudah bukan menunjukkan angka yang mewakilkan waktu pagi, penunjuknya mengacu pada angka dua belas yang menyatakan siang hari. Ethan tidak ingin beranjak dari kursinya walau sudah merasa kebas pada bokongnya, ia tetap meneruskan acara membaca satu buku yang paling menarik perhatiannya.Tangan Ethan terangkat membenahi letak kacamatanya saat pintu kamarnya terbuka dan Coco muncul dari baliknya. Wanita itu melangkah masuk begitu santai, seolah kamar itu kamarnya juga.Tapi, hari ini Ethan tak akan kesal, marah kepada Coco. Karena wanita ini baru saja dari klinik karena kulitnya yang tadi malam terkena kuah mi yang panas membuatnya jadi memerah dan harus mendapatkan penanganan.Coco duduk di sofa dan termenung, menatap meja dengan tatapan kosong. Ethan sampai heran dibuatnya karena tak biasanya Coco diam seperti ini, kemarin saja dia begitu aktif sampai Ethan jengkel."Bagaimana?" tanya Ethan menutup bukunya dan melepaskan kacamata bacanya.Coco perlahan menoleh menatap ke arah