Share

Udang di Balik Batu

Penulis: Nay Dinanti
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Eh, ada Nona di sini. Selamat siang, Nona Masayu?" sapa Erik seraya mengangguk ramah.

Masayu balas mengangguk walaupun dahinya masih berkerut, pertanda masih memikirkan maksud perkataan Erik barusan. Target apa yang dimaksud? Kenapa perkataannya seperti di film-film action yang sesekali ia tonton? Apakah suaminya itu sebenarnya seorang mafia berkedok pengusaha?

"Sudah makan, Rik?" tanya Bian.

"Belum, Tuan."

"Pantes. Makan dulu sana biar nggak ngelantur kalau ngomong."

"Siap, Tuan. Saya permisi dulu. Maaf sudah mengganggu kesenangan Tuan dan Nona Masayu."

"Hmm, ya, ya." Bian mengibaskan tangan menyuruh Erik pergi. Kemudian ia berkata pada Masayu, "Istirahatlah, jangan berpikir macam-macam dulu."

Masayu mengangguk. "Ayu izin tidur di sini dulu, Bang. Nanti jam dua tolong bangunin, ya? Soalnya Genta ada les Mandarin jam 3 nanti."

Bian hanya mengangguk.

Masayu merebahkan tubuhnya yang terasa sangat lelah. Bukan hanya tubuh, melainkan pikirannya jauh lebih lelah. Memikirkan masalah yang m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Janji Temu

    "Rik, mampir ke restauran. Kita makan dulu." "Baik, Tuan."Masayu menoleh dan kedua matanya mengerjap pelan memandang sang suami."Kenapa?" tanya Bian."Ayu nggak pede dengan penampilan begini, Bang. Makan di rumah aja, ya?" ucapnya memelas sambil memandangi jas yang melingkar di pinggangnya."Sayangnya aku udah janji sama pemiliknya untuk makan malam di sana. Nggak enak kalau dibatalin. Kalau kamu merasa nggak nyaman, duduk di mobil saja."Masayu terdiam. Entah mengapa dia merasa ucapan Bian sangat datar dan dingin. Padahal beberapa menit yang lalu sikapnya tampak lunak dan sedikit manis. Apa karena mentang-mentang sudah menjelaskan bahwa dia tidak ada hubungan apapun dengan mantan istrinya sehingga sikapnya kembali ke setelan pabrik? Masayu kembali menyandarkan kepala dan menatap lalu-lalang kendaraan melalui kaca jendela di sebelahnya. Mobil berhenti di depan restauran yang terkenal mewah di kota itu. Bian melepas sabuk pengaman, membuka pintu dan turun dari mobilnya. Sedangkan

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   bab 20

    "Veronica pemilik restoran ini? Dan Abang janjian sama dia di sini?" Masayu secara tidak sadar bertanya dengan beruntun. Bian mengernyitkan alisnya sesaat. Kemudian dia tersenyum datar. "Rupanya itu yang ada di pikiranmu sejak tadi." Tanpa menjawab pertanyaannya, dia pun menatap lurus ke depan seraya menunjuk, "Itu dia pemiliknya!" Seorang bapak-bapak tampak berjalan ke arah mereka. Senyumnya melebar saat melihat Bian. Ia lalu menyapa ramah keduanya sesampainya di meja. Selanjutnya terjadi basa-basi ringan antara Bian dan pemilik restoran. Masayu merasa malu setelah menyadari kekeliruannya. Ternyata pemilik restoran tersebut bukan Veronica, melainkan seorang bapak-bapak bernama Panji. Pak Panji undur diri ketika pramusaji datang dan menghidangkan berbagai menu di atas meja."Ya, sudah dulu, ya. Saya permisi dulu. Silakan Pak Bian dan Ibu menikmati menu kami, semoga suka dan tidak kapok, ya, datang ke sini," ucapnya diselingi gurauan. "Makanan di sini betul-betul enak. Mana mungk

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   bab 21

    Menyadari hal itu Masayu kian terpuruk. Hatinya sakit juga sedih. Satu harian ini dia merasa semesta seolah tak mendukung jalan hidupnya. Tiba-tiba Bian sudah berdiri di belakangnya seraya berkata, "Ayo, kita ke dalam."Masayu yang lemah pun menurut. Bian selalu berjalan di belakangnya. Hal itu menimbulkan kejulitan Veronica. Dia pun bertanya, "Bian. Ada apa denganmu? Kenapa cara jalanmu seolah-olah sedang menutupinya?" Masayu lalu berhenti, dia sendiri baru sadar kalau Bian membuntutinya di belakang. Mata jeli Veronica terpusat pada sesuatu. "Astaga! Jadi jas ini untuk menutupi darah menstruasimu?!" Veronica melotot sambil menutup mulutnya. Kemudian ia memasang mimik wajah jijik."Bian, kamu tega sekali," ujar Veronica memelas. Bian serba salah. Dia meremas rambutnya dengan frustrasi. Sementara Masayu menggigit bibir bagian bawahnya, berupaya agar tidak menangis. Karena tak tahan, ia pun berlari masuk ke dalam. Masih sempat ia mendengar Bian memanggil namanya.Masayu berlari menaiki

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Tidur di Kamarku

    Dengan dada yang berdegup sangat kencang Masayu mendorong pintunya. Terlihat kedua matanya membelalak. Namun, kemudian dia bernapas lega ketika melihat kedua anak-anaknya tidur dengan lelap.Tapi, di mana Veronica? Apa dia tidur di kamar tamu? Bian juga tidak ada. Lalu di mana mereka?Tiba-tiba Masayu teringat dengan yang dikatakan Bian tadi malam jika Veronica tidak akan tahan di rumah sampai berjam-jam. Dia pasti akan kembali menemui teman-temannya. Masayu kembali menutup pintu kamar dengan perlahan. Kemudian berjalan menuruni tangga, dan melangkah ke garasi melalui pintu samping. Samar-samar dia mendengar suara laki-laki dan perempuan yang saling mengobrol dari dalam garasi. Sesekali dia akan mendengar nada dingin disertai penekanan dari setiap kalimat yang terlontar. Lebih tepatnya orang itu sedang berselisih secara halus. Masayu mengintip. Di sana Bian terlihat sedang sibuk membungkuk ke dalam mobil. Sepertinya sedang membersihkan sesuatu. Masayu seketika menutup mulutnya. Pa

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Layaknya Pengantin Baru

    Bian sudah pulang dan sedang berada di kamarnya. Namun, Masayu belum juga menyusulnya. Dia masih sibuk menenangkan ritme jantungnya yang sejak tadi berdegup kencang. Usia pernikahan sudah satu tahun, tapi rasanya seperti mau melewati malam pertama saja. Bolak-balik dia mematut diri di depan cermin, memeriksa apakah ada komedo di wajahnya. Bulu hidung? Aman. Secuil cabe yang nyangkut di gigi juga tidak ada. Piyama seksi yang menempel di tubuhnya berkali-kali dia rapikan. Setelahnya, dia lalu menghirup napas panjang dan membuangnya. Kemudian memutuskan untuk segera menyusul Bian di kamarnya.Disambarnya jas yang tergeletak di meja riasnya, kemudian dia berjalan ke kamar Bian. Terdapat jarak dua kamar antara kamarnya dan kamar yang hendak ditujunya itu. Terlebih dulu dia mengetuk pintu. Mungkin karena gugup, mendadak punggung tangannya seakan tidak berdaya. Ketukan yang dihasilkannya samar, sehingga tidak terdengar jawaban dari dalam. Baru saja Masayu hendak mengetuk kembali, tiba-ti

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Bian Jatuh Pingsan

    Masayu makin panik ketika melihat suaminya pingsan. Dia lalu berteriak memanggil Erik.Dengan tergopoh-gopoh Erik datang dan melihat Bian sudah terkulai lemas di pangkuan Masayu. "Apa yang terjadi, Nona? Kenapa dengan Tuan Bian?""Aku nggak tau. Tiba-tiba dia bereaksi aneh ketika melihat lukaku." Masayu menunjukkan jarinya yang terluka. Veronika yang baru tiba tidak bisa menutupi rasa terkejutnya. Dia menutup mulut dan bertanya dengan setengah memekik, "Astaga, Bian! Apa yang terjadi dengan dia? Bian kenapa?!" Kemudian pandangannya beralih pada Masayu dan menunjuknya, "Kalau sampai terjadi apa-apa dengan ayah anak-anakku, kamu tersangkanya!" Mendengar hal itu Masayu sontak membelalak. Apa-apaan? Baru datang sudah menuduh yang bukan-bukan.Erik kemudian menengahi. "Sebaiknya kita bawa dulu Tuan ke tempat tidur." Dia lalu memanggil beberapa pelayan laki-laki dan meminta bantuannya untuk mengangkat tubuh Bian ke pembaringan.Ketika pelayan itu pergi, Erik lalu berkata kepada Masayu. "

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   bab 25

    Masayu terpaku di depan pintu. Jantungnya berbunyi sangat kencang. Mangkuk bubur di tangannya hampir saja jatuh sebab tangannya yang gemetar. Dia bahkan bisa menerima sikap labil Bian terhadapnya dengan lapang dada. Meski terkadang dia sendiri dibuat bingung hingga ke-geeran ketika Bian perhatian padanya, dan kembali kecewa saat Bian menampakkan sikap dinginnya. Akan tetapi, saat ini dia benar-benar merasa sakit hati setelah mendengar itu semua. Masayu sama sekali tidak menyangka. Terlebih dua orang itu memiliki sebuah rencana, entah untuk apa dan siapa. Untungnya, Masayu masih mampu mengendalikan dirinya dengan baik. Sehingga ketika pintu dibuka dari dalam, bibirnya masih sanggup menyunggingkan sebuah senyum untuk Erik. Pria itu tampak terkejut ketika melihat dirinya."No-Nona, sudah lama di sini?" tanyanya gugup."Aku baru saja datang, Rik. Mau mengantar bubur untuk suamiku," sahut Masayu dengan tenang. Erik buru-buru membukakan pintu dan memberikan jalan untuknya."Silakan, Nona

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Hari yang Tidak Terduga

    Mendengar itu, Bian lalu menghardiknya, "Dasar gila!" Wajah Veronica seketika berubah cemberut. Masayu lalu berkata lembut pada Gita, "Gimana kalau Gita yang tidur di kamar Bunda? Kamar Bunda ada bonekanya, loh." "Tapi bareng sama Papa," celetuk Gita. Genta yang mendengarnya tidak mau kalah. "Genta yang sama Papa. Kamu sama Bunda aja sana!""Nggak mau! Gita mau sama Bunda, sama Papa juga!" Bian makin bingung dibuatnya. Dia pun mencoba melerai, "Ya, sudah, kalau kalian tidak ada yang mau mengalah, mending tidur aja sana di kamar Bi Ijah!""Nggak mau ...!" Kedua anaknya menjawab kompak. Malam telah larut, sebagian penerangan di beberapa ruangan sudah dimatikan. Masayu menghentikan senandungnya ketika dilihatnya Gita telah terlelap. Sembari berbaring miring, dia mengusap lembut rambut hitam anak itu dengan penuh kasih sayang.Setelah dibujuk dengan mengerahkan segala rayuan maut, akhirnya kedua anak-anaknya mau diajak damai. Dengan catatan, hari ini jadwal tidur Gita bersama Masayu

Bab terbaru

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Ayahmu

    Masayu menatap nanar wajah suaminya yang masih terlelap. Wajah tampan itu tidak lagi pucat. Hanya saja perkataan Nenek Rose masih terus terngiang di telinganya. Ia pun menarik napas dan mulai membatin. Sebenarnya peristiwa kelam apa yang pernah dialami pria ini? Saat pikirannya sedang berkecamuk, mendadak ponselnya berbunyi. Dia menatap layar dan melihat deretan nomor baru yang bergerak-gerak. Tanpa merasa ragu, Masayu pun mengangkatnya. "Halo ....""Ayu ... tolong Ayah, Yu. Ayah sekarang ada di sel." Suara sang Ayah terdengar meratap. Masayu tercengang. Namun, itu hanya sesaat. Sebab dia sendiri sudah memperkirakan hal ini bakal terjadi. Cepat atau lambat, polisi pasti akan menemukan Marwan kembali. "Pasti Bian si*lan itu yang udah mengadu ke polisi!" maki ayahnya. Hati Masayu sontak merasa panas. Dia segera menyingkir dari tempat itu dan berdiri di balkon. Kemudian membantah ucapan ayahnya, "Apa maksud Ayah? Jangan sembarangan menuduh. Bang Bian nggak mungkin seperti itu. Dia

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Kemarahan Nenek Rose

    Masayu sedang dalam kondisi banjir peluh ketika mobil yang ditumpangi ibu mertuanya memasuki halaman rumah. Dia bergegas meletakkan gagang pel dan berjalan untuk membukakan pintu. Saat ini, tenaganya bahkan telah terkuras habis untuk membuka pintu yang ukurannya bak raksasa tersebut."Masayu??!" Herlina tampak terkejut saat melihat Masayu yang baru saja melebarkan pintu dengan wajah tampak lemah, letih, dan lesu akibat kelelahan."Kamu mengerjakan ini semua?!" tanya Herlina lagi. Masayu mengangguk tak berdaya. "Di mana Nenek?" Herlina melangkah ke dalam. "Nenek lagi di lantai atas, Ma." "Kenapa nggak telepon jasa cleaning service aja? Bisa bengek kamu bersihin rumah ini sendirian, Masayu," tegur Herlina."Nenek melarang, Ma. Katanya ini memang tugas seorang wanita. Nggak apa-apa, Ma, Masayu masih sanggup, kok."Herlina geleng-geleng kepala dan berjalan menuju ke lantai atas. Masayu melanjutkan pekerjaannya. Tidak berapa lama, dari lantai atas terdengar suara perdebatan. Makin l

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Nenek Bule

    "Astaga, astaga, astaga ...! Anak muda jaman sekarang kalau bercinta memang tidak tau tempat, ya!" Keduanya sama-sama terperanjat. Bian buru-buru membetulkan resleting celananya yang terlanjur sesak. Sementara Masayu dengan gugup merapikan blusnya yang acak-acakan lalu segera turun dari meja.Di hadapannya kini berdiri seorang nenek-nenek berwajah bule sambil membawa tongkat, tetapi nampak berwibawa. Nenek tersebut terlihat menggelengkan kepalanya berulang kali. "Nenek ...!" Bian berseru. Kemudian dia berkata kepada Masayu yang masih harus memasangkan beberapa kancing blusnya, "Masayu, dia nenekku. Ayo, kenalan dulu ...!" Masayu tersenyum gugup, lalu berjalan mendekati sang nenek. "Bian ... ini siapa? Perempuan mana lagi yang kamu permainkan? Memanganya kamu belum puas nakalnya? Bian ... itu nggak baik, kamu jangan seperti itu, ya ...?" Nenek sangat ketus berbicara seraya melirik sekilas ke arah dada Masayu yang belum sepenuhnya tertutup. "Nek ... saya Masayu, istrinya Bang Bian

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Imbalan

    "Jangan lupa kalau aku sudah menolong ayahmu. Aku juga membuat jalannya menjadi mulus. Jadi, kalau kamu keberatan melakukannya, anggap saja ini sebagai sebuah imbalan atas apa yang sudah kulakukan," ucap Bian dengan suara hampir berbisik, tetapi terdengar tajam di telinga Masayu. Di tengah kesulitannya dalam bergerak, Masayu sontak menelan ludah. "T-tapi, Bang ... Ayu masih menstruasi ...." Masayu tergagap sembari menggigit bibir bawahnya. Matanya bergerak-gerak memerhatikan raut wajah Bian di atasnya. Dan benar saja, wajah yang tadinya bersemangat itu, sebentar saja telah berubah menjadi kecewa. "Kenapa nggak bilang dari tadi?!" tanya Bian dengan nada kecewa. Setelah itu dia bangkit dari tubuh Masayu. Wanita itu hanya diam saja sembari merapikan pakaiannya yang tampak awut-awutan. "Kira-kira kapan selesainya?" Bian bertanya lagi. "Mungkin dua hari lagi," jawab Masayu. Bian lantas beranjak dari ranjang dan akan keluar kamar. Namun, baru dua langkah, tiba-tiba saja dia kembali l

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Seorang Pencuri dan Penguping

    Sesampainya di halaman rumah, Bian langsung keluar dari mobil dan lagi-lagi menutup pintunya dengan kasar. Masayu yang sabar hanya menghela napas panjang, kemudian turun dengan anggun dari mobil. Namun anehnya, rumah dalam keadaan sepi saat dia masuk. Seolah-olah, kondisi rumah yang sepi memang khusus diciptakan untuk mereka berdua.Masayu lalu pergi ke dapur. Di sana hanya ada Bian yang terlihat sedang minum sembari menatap tajam ke arahnya. Karena takut, Masayu pun membalikkan badannya menuju ke lantai atas. Siapa sangka Bian justru mengejarnya. Masayu yang tersadar seketika itu juga mempercepat langkahnya. Sesaat kemudian, terjadi aksi kejar-kejaran antara keduanya di atas loteng. Masayu berhasil masuk ke kamarnya, tetapi tidak berhasil menutup pintunya lantaran Bian dengan cepat menahannya. Keduanya kini saling mendorong pintu."Abang mau ngapain?" Masayu bertanya dengan panik. Matanya mencari-cari sesuatu agar bisa menahan pintu tersebut. Namun dia tidak mendapatkannya. Ada pun

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Gagal Unboxing

    Bian dengan telaten merawat luka bakar Masayu. Kulitnya yang putih kini tampak memerah, mungkin sebentar lagi akan melepuh. Bian lalu membalut punggung tangan Masayu menggunakan perban. "Masih sakit?" tanyanya.Masayu mengangguk dan menatap wajah Bian. Berharap pria itu mau mengucapkan sepatah kata maaf untuknya. Namun, yang tejadi malah, "Kali ini aku memaafkanmu. Tapi lain kali tidak. Jangan mengerjaiku seperti itu. Aku nggak suka!" tegas Bian sambil sekilas melirik Masayu. Mendapati Masayu tengah menatapnya begitu lama, mau tak mau Bian pun membalas tatapan teduh itu. "Ada apa??" tanya Bian kemudian.Masayu sontak tergeragap dan spontan bertanya, "Abang nggak minta maaf sama Ayu?""Maaf untuk apa??" Masayu memasang raut wajah kecewa. Rupanya, saking terlenanya menikmati wajah tampan di depannya, dia sampai tidak menyimak perkataan Bian. Pada akhirnya, Masayu menilai Bian adalah pria kaku yang tidak mempunyai rasa empati. Perlakuan Bian kepadanya barusan merupakan hal yang wajar

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Amarah Bian

    Sebelum mereka sempat melakukan aksinya, Bian sudah lebih dulu menahan tangan mereka dan memelintirnya. Suasana tampak tegang karena terjadi adu otot. Membuat Masayu menjerit berulang kali. Dengan segala kemampuannya, Bian akhirnya mampu melumpuhkan orang itu satu per satu. "Abang, cukup, Bang. Tolong hentikan ...!" pekik Masayu ketika melihat para warga yang sudah jatuh terkapar."Kamu tahan tinggal di lingkungan primitif seperti ini?? Ayo, sebaiknya kita tinggalkan tempat ini. Dasar gil4 mereka semua!!" umpat Bian seraya mengatur napasnya yang tampak ngos-ngosan. Mengeluarkan tenaga dan emosi secara bersamaan memang bukan hal yang mudah. Masayu yang pergelangan tangannya telah ditarik oleh suaminya cepat-cepat menyahut dengan berbisik, " Nggak mungkin Ayu ninggalin Ayah sendirian di sini, Bang." Sorot mata Masayu menatap suaminya dalam-dalam, seolah minta untuk dimengerti."Tapi bagaimana kalau nanti mereka berbuat macam-macam padamu? Apa perlu aku lapor polisi?"Bergegas Masayu m

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Digerebek

    Masayu tidak memungkiri jika dia sangat membenci ayahnya. Namun, apabila ayahnya diperlakukan secara kasar di depan matanya, Masayu jelas tidak terima."Kenapa Abang pukul Ayah? Kenapa? Apa salah Ayah?" Masayu berteriak memukul-mukul dada suaminya. Bian dengan santai menangkap kedua pergelangan tangan Masayu dan berkata, "Ayahmu memang harus dilumpuhkan untuk sementara. Kebanyakan bicara membuat luka tembak ayahmu akan semakin parah, bisa-bisa dia kehilangan banyak darah." Mendengar penjelasan Bian, Masayu berangsur-angsur mulai tenang. "Lalu selanjutnya bagaimana?" tanya Masayu setelah dia melepaskan diri dari Bian. "Kembalikan saja ayahmu ke penjara!" sahut Bian cuek.Masayu membeliak marah. "Bukannya tadi kita udah sepakat?" Bian kemudian mengeluarkan ponselnya, lalu berkata setelah sejenak dia menarik napas, "Sebenarnya agak susah. Tapi biar kucoba."Masayu berjongkok mendekati ayahnya ketika Bian berjalan menjauh untuk menelepon seseorang. Ekspresi wajahnya datar tatkala dia

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Sebuah Negosiasi

    Masayu bimbang, tidak mungkin dia meminta tolong pada Bian terkait ayahnya. Selain sedang berseteru, Bian juga tahu tentang skandal pembunuhan ayahnya. Bisa-bisa dia melapor ke polisi dan mengatakan kalau ayahnya ada di sini."Nggak ... nggak mungkin, Yah. Nggak mungkin Ayu minta tolong sama Bang Bian. Lebih baik Ayah urus diri sendiri saja. Ayu nggak berani bertindak lebih lanjut karena Ayah buronan. Bisa-bisa Ayu ikut terseret ke dalam penjara!" Masayu lalu berbalik badan dan akan pergi. Namun ayahnya berteriak memanggilnya. "Ayu, tunggu! Apa kamu bilang tadi? Bian? Bian anaknya Baswara itu? Jadi, kamu menikah sama dia?"Masayu kembali menghadap ayahnya. "Iya, Yah. Ayu menikah sama dia."Marwan tampak berpikir keras. Hal itu nampak dari keningnya yang berkerut dalam. "Kenapa bisa? Ayu, kenapa bisa kamu menikah sama dia??!" Masayu agak terkejut mendengar nada bicara ayahnya yang meninggi. Kali ini gantian Masayu yang mengerutkan dahinya, kemudian bertanya heran pada Marwan, "Kenapa

DMCA.com Protection Status