"Oh, jadi itu bener calon suami kamu, Nay? Haduh, maaf ya, aku jadi tambah gak enak. Takutnya kamu salah paham gara-gara foto yang aku kirim," ucap Rere, dari sebrang telpon.
"Santai aja kali, Re. Meskipun begitu aku masih coba berpikir positif, kok. Oh ya, Re, kamu kenal gak sama Dokter Obygin-nya? Kalau iya, kamu bisa bantu aku bertemu dengan Dokter itu nggak? Aku pengen coba pastiin, agar semua lebih jelas, aku nggk ingin berburuk sangka sama Rama. Kalo aku tanya langsung, aku takut Rama gak mau jujur." Ujar Kanaya dengan pelan.“Iya, bisa Nay. Kebetulan Dokter Obgyin-nya tante aku.” timpal Rere"Alhamdulliah, sore ini aku langsung jalan ke Bogor ya, Re. Aku ajak Dinda, besok aku langsung ke Rumah Sakit tempat kamu praktek, ya?" ucap Kanaya."Oke, Nay, aku tunggu besok...." saut RereKanaya yang dasarnya besok sudah mengambil cuti untuk menyambut hari bahagianya, malam itu langsung tancap gas menuju Bogor. Namun sebelum itu Kanaya menjemput Dinda terlebih dahulu, Dinda merupakan sahabat karib Kanaya, dan Kanaya sudah menceritakan semua masalahnya pada Dinda.Kanaya memacu mobil nya dengan kecepatan sedang, air mata tak henti menetes membasahi pipinya, sedari tadi Kanaya mencoba menahan diri agar tidak menangis. Kanaya berusaha meyakinkan diri, agar tidak mudah terpengaruh begitu saja, sebelum mengetahui kebenarannya sendiri. namun entah mengapa, kali ini Kanaya meyakini bahwa laki-laki itu benar calon suaminya.Kanaya mengambil tisu yang ada di dasbord mobilnya, guna menghapus air mata yang terus mengalir tanpa permisi. saat hendak berbelok ke arah kiri, Kanaya lupa menghidupkan lampu SEN, membuat mobil yang berlawanan arah dengannya membanting stir kekanan untuk mengindari tabrakan, menyebabkan mobil itu masuk kesemak-semak, Kanaya yang juga terkejut berbelok tak tentu arah membuat mobilnya menabrak pembatas jalan.Kompak kedua pengemudi keluar dari mobil masing-masing. Dengan raut wajah marah dan siap menumpahkan kekesalannya, mereka sama-sama berjalan cepat menghampiri satu sama lain."Heh, bisa nyetir apa nggak, sih? Bikin SIM-nya di kelurahan ya? Kamu nggak bisa bawa mobil? Nyetir yang bener dong!" bentak Kanaya, dengan mata yang memerah karna habis menangis.Pengemudi lain yang mengenakan seragam Angkatan Darat itu menjawab dengan tatapan tajam mematikan, dan menatap wanita yang ada didepan nya penuh kekesalan, "Maaf, saya buru-buru, tetapi seharusnya saya yang marah. Kamu bawa mobil tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas, Kamu sengaja mencari keuntungan di jalan, ya?" ucap si Tentara"Astaga! Kamu pikir ini sirkuit balap apa? Jelas-jelas mobil saya tuh mau belok, kok situ nyolot? Pokoknya saya nggak mau tahu, ganti rugi mobil saya yang penyok." Ujar Kanaya dengan penuh emosi."Kamu pikir kamu saja yang terburu-buru? Saya juga! Enak saja mau memeras saya. Kamu nggak lihat mobil saya sampai lecet-lecet? Untung kepala saya aman," jawab si tentara, kesal.Kanaya yang memang sedang dalam kondisi kalut, seolah mendapatkan tempat untuk meluap kan segala rasa kesalnya dengan berkata, "Wah, nyolot ini orang. Ayo, kita sama-sama menyelesaikan urusan ini di kantor polisi, biar jelas. Jangan mentang-mentang situ pakai seragam, dikiranya saya takut ya!""Hei, Nona, apa hubungannya dengan seragam saya? Pada kenyataanya memang anda yang salah. Kalau begitu, siapa takut! Ayo, kita ke kantor polisi! Setelah itu kita ke bengkel, kita hitung biaya mobil masing-masing. Kamu bayarin kerugian mobil saya dan sebaliknya saya bayarin kerugian mobilmu." Balas tentara tersebut dengan tegas. Ia benar-benar tidak habis pikir bisa bertemu dengan wanita seperti ini.Kanaya melirik mobil Fortuner milik si tentara. Benar juga, sepertinya mobil tentara itu juga rusak. Dia akhirnya berpikir ulang untuk menuntutnya.'Ya ampun, ini sih parah!' batin Kanaya, ia pun menggerutu kesal, "Kenapa sih? Hari ini nasib ku sial sekali!," Kanaya menendang ban mobilnya dan kembali menangis menumpahkan rasa kesalnya.Rey yang sudah berjalan menjauh mengernyitkan dahi, menatap wanita yang berada disebrang, terlihat wanita itu tengah menangis berjongkok disebelah mobilnya, membuat Rey tak tega, dan kembali menghampiri wanita itu. Rey memberikan sapu tangan kepada wanita itu, "Tidak usah menangis, saya akan mengganti rugi kerusakan mobil kamu. Ya, meskipun bukan saya yang bersalah." ucap ReyUcapan Rey membuat Kanaya bertambah kesal, bukannya menerima sapu tangan dari Rey, Kanaya malah berdiri dan memaki Rey, "Emang ya, dimana-mana abdi negara bisanya nyakitin hati perempuan!"Rey mengernyit kan dahi mendengar omelan Kanaya, hal itu membuat Rey semakin bingung, "Sorry, saya tidak ada waktu untuk berdebat. Kamu bisa hitung saja kerugiannya berapa. Sini, saya pinjam ponselmu atau kamu tulis sendiri nomor saya.Kanaya yang sedang dalam kondisi kesal Menuliskan nomor laki-laki itu di ponselnya, dia merasa harus meminta pertanggung jawaban dari laki-laki itu. Sementara laki-laki itu pergi begitu saja setelah memberitahukan nomor ponselnya kepada Kanaya.Kanaya menatap kesal kepergian laki-laki yang cukup menyebalkan itu. Dia mencoba menghubungi nomor itu, takut dikerjai. Siapa tahu nomor itu tidak aktif dan dia hanya dibohongi. Namun setelah Kanaya mencoba menelepon nomor itu, ternyata tersambung.Pada dada si tentara tertera nama Rey, mengangkat panggilan dari nomor baru itu."Halo ..." Rey menjawab panggilan yang dia kira itu telpon dari bengkel langganan nya, yang baru saja dia hubungi, namun tidak dijawab.Kanaya yang hanya mencoba nomor itu pun menjawab sapaan Rey. "Oh, ternyata aku nggak dibohongin," ucap Kanaya santai.Rey yang mendengar ucapan itu sontak menoleh ke arah Kanaya yang menempelkan ponsel di telinga. Perempuan itu tampak menampilkan senyum mengejek kepada Rey, Membuat Rey menggerutu kesal, "Cantik, tapi aneh."Kanaya yang baru saja menghubungi nomor Rey, menggerutu kesal, "Gak sopan! Di mana-mana abdi negara emang ngeselin," Kanaya segera menghubungi bengkel untuk datang ke lokasi, mengecek mobilnya. Setelah itu ganti menghubungi Dinda sahabat nya, untuk minta dijemput.Sambil menelepon, Kanaya melihat laki-laki yang menggunakan seragam Angkatan Darat dengan name tag bertuliskan Rey tengah sibuk menghubungi seseorang lewat ponselnya. Tak lama datang mobil sedan menghampiri laki-laki itu. Kanaya tidak tahu itu taksi online atau orang suruhannya. Entah apa yang laki-laki itu bicarakan dengan orang yang baru saja keluar dari mobil itu, tetapi melihat arah pandangan mereka yang menatap Kanaya dan mobilnya, Kanaya yakin jika mereka tengah membicarakannya. Kanaya yang melihat hal itu bersikap acuh. Toh, ini bukan hanya kesalahannya.Tidak lama setelah Kanaya mengubungi Dinda, sahabatnya itu segera datang menjemputnya, "Kok bisa ada kejadian begini, Nay? Seharusnya tadi kamu izinin aku untuk panggil Satlantas, agar masalah ini jelas," ucap Dinda setelah mereka masuk kedalam mobil."Gak usah, Din, ini juga memang nggk sepenuhnya salah orang itu. Oya, maaf ya, harusnya aku yang jemput kamu, ini malah jadi kamu yang jemput aku.!"Dinda melajukan mobil nya, lalu menatap Kanaya, "Yaelah Nay, kaya apaan aja, jadi gimana? Kita malam ini langsung OTW ke bogor ni? Tanya Dinda"Iyalah, Din, pokoknya aku gak mau nunda-nuda lagi. Aku harus tahu kebenarannya. Aku gak mau menyesal di kemudian hari. Kamu tahu sendiri kan, pernikahan aku tinggal menghitung hari, jadi aku harus pastiin dari sekarang kalo apa yang ada dalam pikiran aku itu salah," jelas Kanaya.Mendengar Ucapan Kanaya, Membuat Dinda bertanya kembali, "Tapi, kalau ternyata apa yang ada di dalam pikiran kamu itu bener, gimana dong?""Aku gak tau, Din Aku gak pernah berpikir kalau Rama bener-bener selingkuhin aku," ucap Kanaya, sejujur nya Kanaya sendiri tidak tau, apa yang harus dilakukan, jika memang semua ini benar ada nya."Apa sih, Nay, yang sekarang tu gak mungkin? Bisa jadi emang bener gitu kenyataannya, secara Rama good looking and good rekening, gampang aja dia ngerayu cewe-cewe di luar sana. Bukan rahasia umum lagi, Nay, kalau Abdi Negara kebanyakan emang begitu. Ya walaupun gak semua, sih," ucap Dinda yang membuat Kanaya semakin galau.Kanaya kembali diam tak merespons. Benar yang diucapkan Dinda, mudah saja bagi Rama melakukan itu. Apalagi memang dia good looking dan good rekening. Kanaya juga tahu selama ini Rama pandai berkata-kata manis. Bahkan Rama pernah mengajaknya berhubungan badan sewaktu mereka baru menjalin hubungan. Kanaya menolak dengan tegas ajakan itu. Pada saat itu Kanaya benar-benar marah.Rama menjelaskan jika dia hanya mengetes Kanaya. Rama beralasan jika dia tidak suka wanita yang g
"Saya minta maaf, maafkan saya," ujar Anisa, menundukkan wajahnya. "Saya tidak akan menggagalkan pernikahan kalian. Asalkan Rama mau menerima anak ini, saya sudah sangat bersyukur," tambah Anisa lagi, sembari meneteskan air mata."Sudah berapa lama kalian menjalin hubungan?" tanya Kanaya pada akhirnya."Kami sudah berpacaran selama hampir empat tahun. Saya mengenal Rama sewaktu dia baru saja selesai pendidikan Akpol, tapi tujuh bulan yang lalu kami putus," jawab Nisa.Kanaya tak kuasa menahan air matanya, lalu mengusap kedua pipinya yang telah basah. "Apa yang membuat kalian putus?" tanya Kanaya lagi."Saya juga tidak tahu, sebab selama ini hubungan kami baik-baik saja. Meskipun saya banyak mendengar bahwa Rama seorang cassanova, tetapi tetap hanya saya yang dia cintai. Saya tidak peduli dengan apa yang orang katakan, selagi Rama masih bersama saya, saya anggap dia laki-laki yang baik. hanya saja, waktu itu Rama menjelaskan bahwa dia sudah dijodohkan oleh orang tuanya dan meminta berp
"Ughh.. Siapa sih? Pagi-pagi begini ganggu tidur aku!" grutu Kanaya kesal, Kanaya meraba ponsel yang berada diatas nakas, disamping tempat tidur nya, lalu menggeser layar ponsel-nya keatas, tanpa melihat nomor siapa yang tertera disana."Halo" sapa Kanaya, dengan suara serak, khas bangun tidur."Bisa kita bertemu siang ini," ucap suara barinton disebrang telpon, membuat Kanaya terjingkat kaget, dan langsung terduduk diranjangnya."Ini siapa ya?" tanya Kanaya kemudian."Bukankah kamu membutuhkan pertanggung jawaban, dari saya", saut suara disebrang telpon, dengan santainya.Kanaya mengernyitkan dahi, mendengar ucapan ambigu suara laki-laki disebrang telpon, "Maaf, saya tidak mengenal kamu, jika tidak ada kepentingan lain, tolong jangan mengganggu waktu saya," Kanaya memutus panggilan itu secara sepihak.Tidak lama dering ponsel kembali mengudara, Kanaya hanya menatap sekilas ponselnya, lalu kembali meletakan diatas Nakas, Kanaya menatap jam yang tergantung ditembok kamar, Kanaya begitu
"Maaf, ada perlu apa kamu ingin bertemu?" tanya Kanaya tanpa basa-basi, membuat Rey yang tadinya sibuk dengan ponsel-nya menatap kearaha Kanaya, sejenak Rey terpesona melihat Kanaya, meskipun berpenampilan biyasa saja tanpa make-up, dan rambut yang dicepol asal, Kanaya tetap terlihat cantik, Kanaya terlihat berbeda dengan wanita yang selama ini Rey temui.Kanaya memperhatikan Rey, yang menatap dirinya tanpa berkedip, membuat Kanaya merasa tidak nyaman, "Tidak usah memandang saya seperti itu, anda tidak pernah melihat wanita cantik ya?" ujar Kanaya ketus.Ucapan Kanaya sontak membuat Rey segera tersadar dari lamunannya, dan mempersilahakan Kanaya untuk duduk, "silahkan duduk.""Tidak usah, saya buru-buru, langsung keintinya saja," saut Kanaya ketus."Ya sudah kalau tidak mau duduk, yang penting saya sudah mempersilahkan, jangan sampai nanti kamu bilang, seperti tempo hari, jika abdi negara bisa nya hanya menyakiti perempuan," sindir Rey.Kanaya yang mendengar hal itu, mengerucut kan bi
"Baik, saya akan masuk kedalam, dan membatalkan Perjodohan ini." Kanaya berjalan memasuki rumahnya, namun langkahnya terhenti karna Tante Sarah memanggilnya."Kanaya, kalian sudah selsai? Dimana Rey?" tanya Tante Sarah, karna hanya melihat Kanaya berjalan masuk seorangdiri."Ada dibelakang Tan, katanya ingin mencari udara segar." ujar Kanaya memberi alasan.Tante sarah mengangguk, lalu meminta Kanaya duduk disebelahnya, "Ayo, kemari Nay."Kanaya mengahmpiri, lalu ikut duduk, mendengarkan pembicaraan keluarganya dan keluarga Rey, yang sedang membahas Perjodohan.Sebenarnya Kanaya ingin segera mengatakan kepada mereka semua, jika Kanaya akan membatalkan Perjodohan ini, namun melihat raut bahagia keluarganya dan keluarga Rey, Kanaya mengurungkan niatnya, dia akan membicarakan ini setelah keluarga Rey pulang."Calon suami kamu ganteng ya Nay, sopan banget lagi!, seandainya saja Kakak belum menikah, pasti Kakak akan meminta dijodhkan dengan Rey," canda Anita berbisik ditelinga adiknya."Ing
"Kanaya ingin menemani Mama Kak," pinta Kanaya memelas."Lebih baik kamu di rumah dulu ya Nay, nanti kakak akan memberi kabar perkembangan mama," ujar Arga menginstruksi, lalu masuk ke dalam mobil."Mama" teriak Kanaya, saat mobil itu sudah berlalu dari hadapannya. Tubuhnya luruh ke bawah, Kanaya menangis sembari menangkup wajahnya, "Maafin Kanaya Mah."Anita yang melihat itu ikut meneteskan air mata, sebetulnya dia tidak bisa menyalahkan Kanaya, Karena bagaimanapun, Kanaya pernah mengalami dua kali gagal dalam menjalin hubungan, dan dua-duanya seorang Abdi Negara, tentu hal itu akan Menimbulkan trauma bagi Kanaya, namun melihat kondisi sakit mamanya yang kembali kambuh, membuat Anita diliputi perasaan kecewa. Anita menghampiri adiknya, "Udah Nay, ayo kita masuk, Lebih baik kamu Tenangkan diri dulu," ujar Anita sembari memapah adiknya."Maafin Kanaya Kak, Kanaya egois, Kanaya nggak memikirkan perasaan Mama dan Papa, harusnya Kanaya setujuin aja keinginan Mama, pasti itu nggak akan memb
"Kamu beneran sayang!?" tanya Mama Amy memastikan.Kanaya tersenyum mengangguk, Kanaya senang saat melihat mama dan Papanya tersenyum bahagia, meskipun Kanaya harus mengorbankan hidupnya. Kanaya akan mencoba untuk menerima Perjodohan ini, dan Kanaya juga berharap, nantinya dia akan bisa menerima Rey sebagai suaminya, meskipun Kanaya tidak yakin, karena Rasa trauma masih menyelimuti dirinya.Kalau begitu Papa kabarin Adit sama Sarah, " ucap apa Amar."Kanaya pamit dulu ya Mah, Pah, nanti siang setelah selsai praktek, Kanaya kesini lagi," ucap Kanaya, dan dijawab anggukan kepala Mama Amy dan Papa Amar.Pukul dua belas siang, Kanaya baru selsai dengan semua pasien nya, Kanaya berpamitan kepada Asisten nya, untuk pergi keruangan Mama nya sebentar, "Cik, aku keluar sebentar ya, jadwal operasi nya jam dua kan?" tanya Kanaya"Iya Dok jam dua, Dokter mau keruangan Mama Dokter ya? Mau saya temani tidak? ujar Cika asisten Kanaya."Nggak perlu Cik, kamu juga kan harus istirahat dulu, ya udah, ak
"Lepas nggak, " Kanaya melototkan mata, mencoba menghempaskan cekalan tangan Rey.Bukannya melepaskan, Rey justru semakin menahannya, "Bisa diam nggak!" ujar Rey, dengan tatapan tajam mematikan.Mendapat tatapan tajam dari Rey sontak membuat nyali Kanaya menciut, apalagi Kanaya baru menyadari, jika wajah Rey begitu dekat dengannya, membuat Kanaya menjadi gugup, aroma tubuh Rey sampai menyeruak masuk ke Indra penciumannya, "Bisa nggak! kalau bicara nggak usah deket-deket? "ujar Kanaya, Yang merasa risih.Rey juga baru menyadari, Jika dia berdiri terlalu dekat dengan Kanaya, Sontak Rey ikut mensejajarakan tubuhnya, dia sedikit malu dan gugup. Tak membantah, Rey menuruti apa kata Kanaya, Rey segera melepaskan Cakalan tangannya, lalu melangkah menuju kantin yang ada di rumah sakit itu.Kanaya dan Rey berjalan beriringan, membuat semua mata menatap ke arah mereka dengan penuh tanya, terutama rekan sejawat Kanaya."Cie, udah Move-on ni!" seru Vera, yang merupakan rekan sejawat Kanaya di Ruma