Home / Romansa / Tentara Tampan Itu Suamiku / Bab 2. Mencari Tahu

Share

Bab 2. Mencari Tahu

"Aku gak tau, Din Aku gak pernah berpikir kalau Rama bener-bener selingkuhin aku," ucap Kanaya, sejujur nya Kanaya sendiri tidak tau, apa yang harus dilakukan, jika memang semua ini benar ada nya.

"Apa sih, Nay, yang sekarang tu gak mungkin? Bisa jadi emang bener gitu kenyataannya, secara Rama good looking and good rekening, gampang aja dia ngerayu cewe-cewe di luar sana. Bukan rahasia umum lagi, Nay, kalau Abdi Negara kebanyakan emang begitu. Ya walaupun gak semua, sih," ucap Dinda yang membuat Kanaya semakin galau.

Kanaya kembali diam tak merespons. Benar yang diucapkan Dinda, mudah saja bagi Rama melakukan itu. Apalagi memang dia good looking dan good rekening. Kanaya juga tahu selama ini Rama pandai berkata-kata manis. Bahkan Rama pernah mengajaknya berhubungan badan sewaktu mereka baru menjalin hubungan. Kanaya menolak dengan tegas ajakan itu. Pada saat itu Kanaya benar-benar marah.

Rama menjelaskan jika dia hanya mengetes Kanaya. Rama beralasan jika dia tidak suka wanita yang gampangan, makanya dia selalu mengetes wanita-wanita yang dekat dengannya dengan hal seperti itu. Dia berkata jika mereka mau maka Rama akan meninggalkan mereka.

Sekarang Kanaya sadar, apakah hal itu hanya alibi Rama saja? Entahlah, Kanaya jadi pusing sendiri memikirkan semua ini. Sekarang yang ada di dalam pikirannya hanyalah memastikan agar apa yang dia takutkan tidak benar-benar terjadi.

Setelah mengendarai mobil selama satu jam empat puluh lima menit, akhirnya mereka sampai di Bogor. Malam ini mereka menginap terlebih dahulu di sebuah hotel. Dinda yang sudah lelah menyetir dari Jakarta langsung merebahkan tubuhnya di ranjang empuk hotel itu.

Pukul delapan Kanaya dan Dinda sudah berada di rumah sakit yang kemarin diberi tahu oleh Rere. Kanaya dan Dinda duduk di kantin rumah sakit itu, sembari menunggu kedatangan Rere.

"Hei, Kanaya, Hei Dinda," sapa Rere

Sontak Kanaya dan Dinda menoleh mendengar panggilan itu.

"Hey, Re. Ya ampun, tambah cantik aja Bu Dokter kita satu ini," puji Kanaya.

"Bisa aja. Kamu tuh, calon pengantin auranya berseri-seri banget." "iya gak Din?" tanya Rere

"Yupss, calon ibu Bhayangkari gitu loh..!!" saut Dinda

Dinda dan Rere juga saling mengenal, mereka dulu satu kampus namun berbeda fakultas. Kanaya dan Rere masuk fakultas kedokteran, sedangkan Dinda masuk fakultas Bisnis.

Setelah mereka cukup lama saling sapa melepas kerinduan, Rere mengantar Kanaya dan Dinda ke ruangan Dokter Obygin yang masih merupakan tante dari Rere.

"Sebenarnya tante ku menolak permintaan aku, tapi setelah aku cerita semuanya, baru deh dia mau ketemu kamu," jelas Rere saat mereka sampai di depan ruangan yang mereka tuju.

"Makasih ya, Re, aku jadi ngerepotin kamu gini. Aku gak akan bisa bales kebaikan kamu. Makasih banget kamu udah nolongin aku," ucap Kanaya.

"Santai aja kali, Nay. Dulu juga kamu sering tolongin aku," jawab Rere diiringi tawa.

Rere mengetuk ruangan yang di depannya tertulis Dokter Hanna Yulianti Sp.Og. Tak lama terdengar sahutan dari dalam. "Masuk"

Rere mengajak Kanaya dan Dinda masuk setelah mendapat instruksi dari dalam.

"Ayo, Din, Nay, masuk. Ini tante aku, namanya Hana." Ucap Rere

"Tan, kenalin ini Dinda dan Kanaya, temen aku yang dari Jakarta, yang kemarin aku ceritain sama Tante itu," jelas Rere pada tantenya.

Dokter kandungan itu hanya mengangguk, lalu mempersilahkan Dinda dan Kanaya duduk.

"Aku tinggal dulu ya, Nay, Din. Aku ada praktek soalnya," ucap Rere, lalu pergi keluar meninggalkan Kanaya dan Dinda di dalam ruangan bersama tantenya.

"Selamat pagi, Dok. Maaf mengganggu waktu Dokter. Saya Kanaya dan ini sahabat saya Dinda. Saya merupakan teman Rere sewaktu kami kuliah dulu." Kanaya memperkenalkan diri.

"Oh iya, kemarin Rere sudah cerita. Rere juga sudah memberi tahu saya apa yang membuat kamu jauh-jauh dari Jakarta kemari. Sejujurnya ini melanggar kode etik Dokter, tapi dari cerita yang saya tahu dari Rere ini juga penting untuk masa depan kamu. Apa benar begitu?"tanya dr. Hana.

"Iya, Dokter betul sekali, ini memang menyalahi kode etik sebagai Dokter. Saya pun sebenarnya seorang Dokter, hal seperti ini tidak dibolehkan dalam kedokteran, memberi informasi pasien pada orang yang tidak memiliki hubungan. Namun ini benar-benar menyangkut masa depan saya, Dok, jadi saya harus tahu yang sebenarnya. Saya jauh-jauh datang dari Jakarta untuk memastikan bahwa yang ada di dalam pikiran saya tidaklah benar," jelas Kanaya.

Kanaya menarik nafas dalam, lalu membuangnya perlahan. Kanaya mengambil ponsel yang ada di handbag-nya, lalu menunjukkan foto yang kemarin Rere kirim padanya dan memberitahukan foto itu pada dr. Hana.

Kanaya terdiam mendengarkan penjelasan dr. Hana. Sementara dr. Hana melanjutkan ucapannya. Seketika air mata yang sedari tadi Kanaya tahan luruh juga, Kanaya tak bisa lagi menahan kesedihannya. Air mata mengalir deras dikedua pipinya. Terasa hancur sudah dunia Kanaya, pernikahan yang sudah didepan mata, kini harus kandas begitu saja.Rama lali-laki yang begitu Kanaya cintai, yang selama enam bulan ini sudah memberikan banyak mimpi indah untuknya, namun ternyata malah membohongi Kanaya dengan begitu kejam.

Kanaya mencoba tegar, dia tidak boleh percaya begitu saja, bagaimana pun dia harus menemui wanita itu terlebih dahulu, barulah Kanaya bisa memilih, keputusan apa yang harus dia ambil. Dinda yang duduk di sebelahnya menepuk bahu Kanaya.

Berbekal alamat yang telah diberikan Dokter Hana, Kanaya dan Dinda mendatangi rumah Anisa. Empat puluh menit berkendara, mereka tiba di depan sebuah rumah minimalis yang terletak agak jauh dari pusat kota Bogor. Rumah minimalis bercat putih itu terlihat asri, ditambah dengan bunga-bunga segar yang ada di halaman. Kanaya dan Dinda turun dari mobil, lalu mengetuk pintu rumah itu.

"Yakin ini alamatnya, Nay?" tanya Dinda, karna sedari tadi Dinda mengetuk pintu rumah itu, namun tidak juga terdengar sahutan dari dalam.

"Iya, bener kok, sesuai sama yang dikasih Dokter Hana," jawab Kanaya.

Dinda mencoba mengetuk pintu rumah itu kembali, "Assalamualaikum.."

"Cari siapa ya, Mbak?" tanya wanita, yang baru saja turun dari taksi, dan berjalan masuk kearah rumah.

Kanaya dan Dinda terpaku menatap wanita itu. Namun mereka segera tersadar ketika mendengar pertanyaan dari wanita itu. Wanita yang usianya tidak jauh beda dengan Kanaya itu, terlihat begitu manis, dengan kulit kuning langsat dan rambut hitam sebahu.

Dinda yang mendengar pertanyaan dari wanita itu langsung menjawab karena melihat Kanaya hanya diam menatap wanita itu.

"Apa benar ini kediaman Anisa?" tanya Dinda.

"Iya, betul dengan saya sendiri. Mbak ini siapa, ya?" tanya wanita itu lagi.

"Oh, saya Dinda dan ini sahabat saya Kanaya. Kebetulan kami ada perlu, makanya datang kemari. Boleh kami masuk?" tanya Dinda.

Wanita itu mengangguk mendengar penjelasan Dinda. "Oh, iya, boleh. Maaf, dari tadi saya tidak mengajak masuk. Ayo, masuk," ajak wanita itu, sembari membuka pintu.

Kanaya yang masih terkejut hanya diam mengikuti Dinda dan Anisa dari belakang. Dinda dan Kanaya pun masuk, lalu duduk di sofa panjang ruang tamu. Mata Kanaya tertuju pada satu foto yang membuat jantungnya terasa berdegup kencang dan seperti akan melompat dari tempatnya. Kanaya melihat foto Rama bersama Anisa yang sepertinya diambil 3 atau 4 tahun yang lalu. Terlihat Rama yang mengenakan seragam polisi dan Anisa dengan kebaya membawa buket bunga.

"Mau minum apa?" tanya wanita itu pada Dinda dan Kanaya.

"Nggak usah repot-repot, Mbak, kami hanya ingin memastikan sesuatu," ucap Dinda, lalu menyenggol bahu Kanaya. "Udah, cepet ngomong, Nay." bisik Dinda lirih

"Baik, kalian ada perlu, apa ya?" tanya Anisa, pada akhirnya.

"Maaf mengganggu waktunya, Mbak. Saya kemari membawa calon istri Rama, yang akan menikahi beberapa hari lagi." jelas Dinda karena Kanaya tak juga bersuara.

Seketika Anisa tercengang kaget dan melirik ke arah Kanaya. Begitupun Kanaya menatap ke arah Anisa. Kanaya yang sedari tadi menahan sesak di dadanya dan hanya bisa terdiam, kini bersitatap dengan Anisa.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Aan Suryanah
kak ini ceritanya bgs bgt .. ada cerita lain gak ?? berharap ada squelnya .. cerita kap Rian dan dinda .. seru pastinya ..
goodnovel comment avatar
Rajo Bungsu
cerita ngak asyik ,,,gua blok berenda ini
goodnovel comment avatar
Maria Ata Candra
keren, mendebarkan....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status