Share

Syarif Hidayatullah

Penulis: Rosa Rasyidin
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-07 10:13:37

“Hei, lihat! Sepertinya ada yang tersangkut di dekat batu,” ujar seorang lelaki ketika baru saja selesai memberi minum kudanya.

Lelaki yang baru saja usai mengusap wajahnya dan duduk seperti bersimpuh itu lantas melipat alas tempatnya duduk dan bergegas membantu temannya membawa tubuh lemah yang memeluk bebatuan hitam.

“Agam, kenapa betisnya berwarna hitam? Seperti hangus terbakar, tapi bukan.” Tubuh itu telah dibawa ke daratan dan diberi selimut.

“Aku tidak tahu, kita juga baru sampai di wilayah ini, yang kudengar kerajaan ini memiliki hutan yang dipercaya penduduk sangat menyeramkan, dan aliran sungai ini salah satu terusannya.”

“Lalu kita harus bagaimana? Tubuhnya sangat dingin, napasnya lemah, hari juga sebentar lagi maghrib.”

Lelaki yang dipanggil Syarif tampak berpikir sejenak.

“Sepertinya kita harus memacu kuda lebih kencang larinya. Tak usah lagi bermalam di sini. Tuan ini membutuhkan pertolongan tabib.”

“Aku ikut saja. Kau yang ditunjuk pemimpin oleh Sultan Al Fatih.”

S
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tarian Persembahan Sang Ratu   Memasuki Istana

    “Menjijikkan,” ujar Gandari. Wanita itu tengah memainkan ilusi pada Wisesa. Ia tak pernah menyadari bahwa yang berada dalam dekapannya kini hanyalah seekor ular yang menggelitik di setiap inci kulitnya. Gandari tak pernah rela tubuhnya disentuh siapa pun. “Tinggal satu langkah lagi, aku masuk ke istana lalu menikam jantung Danur Seta, maka dendamku terbalaskan sudah.” Wanita itu kemudian menghentikan gerakan tangannya ketika Wisesa telah selesai berpetualang pada ilusi akan dirinya. Lelaki itu tertidur sementara Gandari tetap duduk di sebelah ranjang terjaga hingga fajar menyingsing. Sudah biasa bagi dirinya tidak tidur berhari-hari ketika melancarkan sihir jahat. Wisesa keluar dari kamar mencari sosok wanita yang ia anggap menemaninya semalam suntuk. Lelaki itu berjalan sembari memegang tengkuknya, masih mencari sisa-sisa sentuhan yang sebenarnya diberikan oleh ular sihir Gandari. Hidungnya menangkap bau sedap, seketika ia berjalan menuju asal aroma itu. Penyihir itu menyiapkan

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-07
  • Tarian Persembahan Sang Ratu   Debaran Hati

    Gandari mengalihkan pandangannya dari Syarif, hatinya sedikit menghangat ketika melihat lelaki itu tidak menatapnya terlalu dalam. Tidak seperti Satrio yang menatapnya setajam pisau seolah-olah ingin menikamnya saat itu juga. “Lama tidak jumpa, Wisesa.” Satrio berjalan ke arahnya tanpa melepaskan tatapan pada Gandari. “Iya, Tuan. Aku kemari karena mendengar Tuan Prabu mencari pengasuh baru untuk Asmarandana.” “Oh. Jadi anak Tuan Prabu sudah dikeluarkan dari persembunyiannya, kenapa nekat sekali? Lalu dia siapamu?” tanya Satrio semberi menunjuk wajah Gandari. “Eh, dia ... dia ... dia masih saudara jauhku. Katanya ingin mengabdi pada istana, karena itu aku membawanya kemari.” “Cantik, tapi sayang wajahnya kejam.”Satrio memandang ke wajah Gandari, ia sedikit terkejut dengan dua bola matanya yang berbeda warna, seketika abdi setia Danur Seta itu mengingat ular yang menyerang dirinya juga memiliki dua bola mata yang berbeda dan warnanya sama dengan bola mata Gandari. ***“Kau sudah

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-21
  • Tarian Persembahan Sang Ratu   Rumit

    “Iya, kau! Aku sedang berbicara denganmu. Ganti bajumu dengan ini, jangan bilang kau datang ke sini untuk menggoda Tuan Prabu, bajumu terlalu cerah untuk seorang pelayan.” Seorang wanita dengan mulut tajam melempar pakaian berwarna cokelat gelap pada Gandari. Enggan berdebat dengan yang lemah, wanita itu lebih memilih memungut pakaian di kakinya dan berganti baju secepat mungkin. “Ini untuk apa kau pakai?” Wanita angkuh itu menunjuk pelipis Gandari dengan telunjuknya berulang-ulang. Seisi ruangan hanya diam tak ada yang berani membelanya. Penyihir itu masih malas berdebat, ia pun memilih berlalu dari ruangan yang diisi oleh khusus pelayan wanita. Gandari sama sekali tidak memperhitungkan hal-hal kecil seperti ini. Dalam bayangannya ia hanya perlu masuk ke istana, bertemu Danur Seta lalu membunuhnya kemudian semua selesai. Namun, ternyata banyak perkara remeh yang menjadi sandungannya. Wanita angkuh yang mengajaknya bicara dari tadi merasa marah karena diabaikan, ia lalu mencoba m

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-21
  • Tarian Persembahan Sang Ratu   Nirmala

    “Akhirnya aku ingat, namamu Nirmala,” gumam Danur Seta. “Nirmala, gadis cantik dengan kekuatan misterius. Beri aku kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku dulu, aku akan mencarimu lagi.” Pintu kamar utama Danur Seta diketuk, Satrio memohon izin untuk masuk. “Ada apa sampai kau harus bertemu larut malam begini?” tanya sang Prabu. “Abdimu ingin meminta izin, Tuan Prabu. Kembali ke hutan lembah hitam, ada sesuatu yang harus abdimu usut kembali. Ini juga berkaitan dengan keselamatan istana kita?” “Perjelas lagi maksudmu?” “Penyihir yang kuceritakan dan hampir merenggut nyawaku sepertinya ada di sini?” “Bagaimana kau tahu?” “Abdimu menemukan jejaknya, juga mencurigai seseorang?” “Siapa?” “Gandari. Dia terlihat mencurigakan dan kepalanya juga selalu ditutup.” Danur Seta terdiam, ada rasa tidak terima tuduhan itu dilayangkan pada wanita yang diam-diam membuat dirinya ingat kembali lebih mendalam pada Nirmala. “Jika tidak ada bukti yang kuat, jangan kau menuduh sembarangan. Istan

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-21
  • Tarian Persembahan Sang Ratu   Sebongkah Hati

    Danur Seta memandang surat yang dikirim dari kerajaan Malwajaya padanya. Di surat itu tertulis bahwa sang Maharaja telah setuju untuk memeluk keyakinan baru yang dibawa oleh rekan Syarif di sana. Bahkan Maharaja Adiputera telah meminta utusan tambahan pada kerajaan Samudera Pasai agar mengajarkan mereka lebih dalam dan luas tentang islam. Tak segan juga sang raja mengirim surat dan tanda persahabatan pada Dinasti Abbasiyah sebagai tanda persaudaraan sesama muslim, mengingat hubungan yang terjalin antara Samudera Pasai dan Dinasti Abbasiyah. Lama Danur Seta termenung dengan surat kiriman sahabatnya dahulu dalam menuntut ilmu. Ia tak menyangka sahabat yang terkenal tegas dan keras dengan pendiriaannya akhirnya luluh juga mengikuti keyakinan baru itu. Hal itu semakin membuat gundah hati Danur Seta. Di saat tekanan Mongol pada kerajaannya bertambah, di saat itu juga sekutu yang ia harapkan telah berpaling. Sementara ajaran yang dibawa oleh Syarif itu hanya ia dengarkan dan anggap angin l

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-20
  • Tarian Persembahan Sang Ratu   Utusan Dari Mongol

    Usai memandikan dan membersihkan tubuh Pangeran, Gandari berusaha menyuapkan makanan pada putra bungsu Danur Seta. Asmarandana yang masih merajuk karena perubahan air muka bibi yang merawatnya tadi menjadi kejam sepulang dari berjalan di luar keraton. Penyihir itu menarik napas dalam sembari berusaha tenang untuk mengatur gejolak emosi di batinnya. Ia yang menikmati pembataian di tengah keramaian tadi seolah memberi minum pada ular-ular yang kehausan akan dendam dirinya. “Bibi janji lain kali tidak akan memasang wajah kejam lagi pada Pangeran. Tadi bibi hanya ketakutan.” Yang dibujuk masih memajukan bibirnya beberapa senti. “Lalu bibi harus bagaimana supaya pangeran tidak marah lagi?” Penuh kasih sayang wanita itu membelai kepala Asmarandana. “Apa mau dimasakkan sesuatu yang manis?” Asmarandana masih menggeleng. “Atau pangeran mau apa?” “Bibi temani aku tidur. Jangan tidur di kamar sebelah lagi. Setiap malam aku ketakutan tidur sendiri, ya.” Gandari menanggapi permintaan Asmar

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-20
  • Tarian Persembahan Sang Ratu   Gadis Cina

    “Salam hormat dari kami, Tuan Prabu. Kami utusan dari Mongol, di bawah perintah Temur Oljeythu cucu dari Kublai Khan,” ujar seorang lelaki dengan kepala ditutup topi dari kulit harimau. “Selamat datang, Tuan-tuan sekalian, aku sama sekali tidak menduga utusan dari Mongol akan datang secepat ini disaat aku masih berkabung,” jawab Danur Seta dari singgasana emasnya. “Kami paham dengan keadaan Tuan Prabu, tapi berkabung terlalu lama juga tidak baik, bukan? Kerajaan tuan tetaplah butuh seorang penerus.” “Maafkan kelancanganku, Tuan, tapi Tuan Prabu Danur Seta memiliki pertimbangan sendiri hingga harus berkabung dalam waktu yang lama. Sebagai maha patih, aku mewakilinya di sini,” sahut Aji Sata. “Begitu. Justru kedatangan kami secara resmi untuk menghilangkan kesedihan di hati, serta beberapa buah tangan dari Kaisar Temur untuk Tuan Prabu.” “Apa yang Tuan Yesun bawa sebagai hadiah? Tentu kami merasa berterima kasih atas kebaikan hati Kaisar Temur.” Lelaki dengan perawakan tinggi bes

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-20
  • Tarian Persembahan Sang Ratu   Guna-guna

    “Percuma saja kau tutupi rambutmu. Kau tahu, ular-ular itu sudah haus darah,” bisik Xi Mha di telinga Gandari.“Percuma juga kau tutupi tubuhmu dengan sutera mewah dan emas permata. Aku tahu wajah aselimu. Kau tak kuat menahan serangan sihirmu sendiri. Penyihir lemah,” balas Gandari. Tangan wanita itu melayang di udara, sedikit lagi mendarat di pipi Gandari. Namun, terlebih dahulu dicegah oleh Danur Seta yang sedari tadi menyaksikan perdebatan mereka berdua. “Maafkan kelancangan pelayanku, Putri. Sekarang lebih baik kau kembali ke kamarmu, aku ingin bersama puteraku.” “Mengapa Tuan Prabu harus merendahkan diri demi pelayan laknat seperti dia. Di tempat kami budak-budak seperti dia hanya jadi alas kaki kami para bangsawan.” “Itulah bedanya kita, Putri. Aku tak pernah memperlakukan mereka sebagai budak.” “Pembual,” gumam Gandari dalam hati. “Baik. Aku terima kebesaran hatimu Tuan Prabu. Dan aku juga meningatkan kembali, Kaisar Themur bukan orang yang suka jika keinginannya ditunda

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-20

Bab terbaru

  • Tarian Persembahan Sang Ratu   Alam Lain

    Extra Part Alam lain Sejak moksa ke alam gaib, tak terhitung sudah berapa kali Gayatri menangis. Ia menyesal mengambil keputusan terburu-buru. Apalagi di alam lain ia tak mengenal siapa pun. Seorang guru yang di dunia sudah ia anggap sebagai ibunya lebih memilih bermeditasi dan tak menghiraukan semua keluh kesahnya. Penyihir itu hanya bisa meratap, ia tak bisa lagi kembali ke dunia tempatnya bersama dengan Maulana. Tubuhnya sudah tembus pandang. Beberapa kali ia perhatikan ternyata suaminya juga sama rapuh seperti dirinya. Sesal bukan kepalang yang ia rasakan. Seharusnya mereka tetap bersama saling menguatkan bukan saling menjauh. Kini ia tak bisa lagi menyentuh Maulana, Gayatri hanya bisa memperhatikan saja. Sejak menyesali semua keputuannya, wanita itu telah membuka hatinya. Ia tak lagi takut dengan suara adzan atau pun suara orang mengaji. Ia baru tahu di alam gaib sana ternyata banyak yang seagama dengan suaminya. Dipikirnya semua sama iblis seperti Sila dan Sita. Ternyata masi

  • Tarian Persembahan Sang Ratu   Hidup yang Baru

    Ending Hidup yang Baru "Tapi, Paman. Aku merasa tak sepadan dengan Isnani, aku hanya laki-laki biasa tanpa harta, pekerjaanku juga hanya ke sawah dan ladang saja. Apa Paman tak malu nantinya?" Maulana mengutarakan siapa dirinya. Meski keturunan raja, ia lebih memilih untuk hidup sebagai rakyat biasa"Tak ada yang salah dengan hal itu. Tapi itu semua tergantung pada Isnani juga. Kalau dia menerimamu, kalau tidak ya entah apalagi alasannya menolak sekian banyak pinangan yang berkali-kali datang." Hasan berdiri. Ia tinggalkan sejenak Maulana di luar, membicarakan semua pada istrinya dan Isnani. "Dijodohkan lagi?" Kesal Isnani dengan perkataan ayahnya barusan."Ya disuruh pilih sendiri tak pernah mau. Nak, kau jangan hanya memikirkan dirimu sendiri saja. Pikirkan putramu juga. Akbar itu haus kasih sayang seorang Ayah. Tak kau lihatkah dia begitu merengek minta ditimang oleh murid-murid di pondok." Jelas Ibu Isnani pada putrinya. "Siapa orangnya? Ananda tak mau kalau dari kalangan penc

  • Tarian Persembahan Sang Ratu   Kembali Pulang

    Bagian 38 Kembali Pulang“Sudah tiga hari, Gusti Prabu. Kami menunggu jawabanmu. Lagi pula Gusti Ratu sudah meninggalkanmu sendirian, bukan? Jadi tak ada alasan lagi bagimu untuk menolak lamaran dariku. Percayalah, putriku gadis terpandang di Samudra Pasai.” Panglima Rangkem memaksakan kehendaknya pada Maulana. “Haruskah sekarang?” tanya Maulana dengan menarik napas panjang. Sesak di dadanya karena kehilangan Gayatri tidak mudah bahkan rasanya tidak mungkin untuk diobati. “Seorang laki-laki bebas untuk menikah kapan saja yang ia mau. Tak perlu meminta pendapat istri. Kita punya kebebasan untuk melakukannya. Hak istimewa yang diberikan Allah pada kita. Sekalipun istri Gusti Ratu baru saja meninggal, tak jadi soal, semuanya halal untuk dikerjakan.” “Benar, Panglima, aku akui semua yang kau katakan benar. Tapi ayah sambungku yang juga seorang guru pernah berpesan, bahwa kata halal juga beriringan dengan kata tayyiban.” Panglima Rangkem diam di tempatnya. Sang juru bicara menyikut di

  • Tarian Persembahan Sang Ratu   Kehilangan

    Bagian 37 Kehilangan Separuh Napas Maulana melangkah dengan gontai menuju kamar Gayatri. Ia sudah sangat lelah menerima tekanan dari berbagai pihak. Samudra Pasai, para bangsawan, bahkan ini ia ditekan oleh seseorang yang metelakkan makhkota di atas kepalanya. Selama menjadi seorang raja ia tak pernah bisa melakukan apa yang ia senangi. Hidupya berkalung rantai besi. Setiap ia ingin melangkah jauh selalu saja ditarik kembali oleh singgasana yang telah menelan banyak nyawa itu. Kini, ia perlu satu tempat untuk melepas semua penatnya. Tempat yang selama ini hampir ia lupakan, bukan karena ingin, melainkan karena paksaan dari banyak pihak. Terutama Panglima Rangkem yang membawa putri bungsunya. Gusti Prabu yang wajahnya telah sayu itu membuka pintu kamar Gayatri. Ia sudah tak ambil pusing dengan jam malam lagi, walau di depan kamar sang ratu, tidak ada lagi pelayan satu pun. Ketika lelaki berlesung pipi itu membuka kamar wanita yang begitu ia rindukan, sang ratu membelakanginya dengan

  • Tarian Persembahan Sang Ratu   Wajah Asli

    Bagian 36 Wajah Asli Gusti Ratu Gayatri merasa kesepian di dalam istana yang megah itu. Sekalipun ia berselimut sutra dan bergelang emas, nyatanya perhatian Maulan berkurang jauh sekali padanya. Bukan karena adanya selir atau wanita lain. Ia masihlah satu-satunya wanita bagi Maulana. Hanya saja kesibukan sebagai seorang raja telah membatasi ruang gerak sepasang insan yang telah menjadi suami istri tersebut. Jika pun bertemu saat pagi hari meski setiap hari, nyatanya hanya makan dan minum bersama. Deretan kewajiban di pundak Maulana telah membuat kedudukan Gayatri bergeser. Wanita itu merasa sebagai patung di dalam istana. Jantungnya tetap berdetak tapi hatinya telah mati. Begitu juga dengan yang dialami Gusti Prabu Maulana. Ia ingin sekali seperti dulu, saat masih bisa bersenda gurau dengan adik-adiknya dan melepaskan rindu bersama Gayatri. Kenyataannya, setelah penobatan bahkan ia seperti sengaja dipisahkan oleh orang-orang yang ia sayangi dengan alasan peraturan. Sangat tidak mas

  • Tarian Persembahan Sang Ratu   Patah Hati

    Bagian 35 Patah Hati Dua panah itu sama-sama lepas dari busurnya, mengenai tubuh Isnani dan Pangeran Antanagra. Wanita itu mundur beberapa langkah. Namun, ia tak merasa kesakitan, hanya seperti dicubit saja. Lalu, saat anak panah itu jatuh darinya. Ujungnya tajamnya ternyata telah dipatahkan oleh suaminya. Sementara Isnani melesatkan anak panah yang berujung tajam. Tubuh Pangeran Antanagra diam di tempat ketika lesatan senjata itu menembus ulu hatinya. Dari seberang lelaki rupawan itu bisa melihat Isnani mencoba menyelamatkannya. Namun, wanita tersebut ditahan oleh Hasan. Sang pangeran roboh dan tak lama kemudian matanya tertutup, ia bisa lihat bagaimana upaya istrinya ingin sampai padanya. Keinginan Pangeran Antanagra untuk menjadikan istrinya seorang ratu kandas sudah. Kapal tersebut karam meski tak tenggelam.“Is, bangun, sadarlah.” Hasan menepuk wajah putrinya yang tak sadarkan diri. Panglima itu kemudian memapah putrinya dan membawanya beristirahat di kamarnya. “Pasti kau san

  • Tarian Persembahan Sang Ratu   Kandas

    Bagian 34 Kandas “Engkau sudah siap, Dinda. Kita akan meninggalkan Samudra Pasai dan kedua orang tua juga keluargamu. Untuk beberapa lamanya kita tidak akan kemari.” Pangeran Antanagra memperhatikan istrinya yang masih termenung. Sejak ia mengutarakan rencana kepergiannya, Isnani sedikit bermuram durja. Padahal Pangeran Antanagra tidak menceritakan perihal harta kerajaan yang telah ia curi. “Iya, Cut Abang,” jawab Isnani sembari menyunggingkan senyum pahit. “Laku kenapa kau pucat sekali sejak beberapa hari yang lalu. Apa tak kuasa meninggalkan keluargamu?” “Tidak. Aku hanya sedang kurang sehat saja.” Wanita itu semakin kurus sejak ia tahu suaminya merupakan penjahat yang ia incar. “Mungkin kau tertekan dengan peraturan istana yang begitu banyak. Tenang saja, ketika sampai di rumah baru. Kau yang akan mengatur semuanya. Terserah bagaimana baiknya.” ‘Bukan itu, Kanda. Aku sedang memikirkan bagaimana kita berdua nantinya. Sebuah rumah yang dibangun dari hasil curian tidak akan ada

  • Tarian Persembahan Sang Ratu   Penobatan

    Bagian 33 Penobatan Istana Kerajaan Hambu Aer masih berada dalam pengawasan Kesultanan Samudra Pasai sepenuhnya. Setelah tewasnya Gusti Ratu Prameswari yang membunuh dirinya sendiri. Lalu dibawanya Danur Atmaja untuk diadili di hadapan Sultan. Putra bungsu Danur Seta tak melakukan pembelaan diri. Ia mengakui perbuatannya meracuni Syarif hingga tewas, sebab ia tak punya pilihan lain dan tak suka diancam. Hukuman mati dijatuhkan demi keadilan bagi keluarga yang ditinggalkan. Dalam hal ini adalah anak-anak Syarif yang telah yatim piatu dan diasuh oleh Maulana dan Gayatri. Meski mereka menyerahkan sepenuhnya pada Kesultanan Samudra Pasai, tetapi Maulana sendiri sudah mulai merasa tidak enak hati. Bibinya sudah pernah memperingati, jika yang satu mati maka yang lain akan naik pula untuk mengisi takhta yang kosong. Detik demi detik hukuman gantung dilaksanakan di tanah lapang. Tempat itu merupakan saksi bisu banyaknya nyawa yang telah direnggut berdasarkan kesalahannya masing-masing. I

  • Tarian Persembahan Sang Ratu   Singgasana Agung

    Bagian 32 Singgasana Agung Panglima Syamsul Rangkem telah sampai di perbatasan Kerajaan Hambu Aer. Sampai di sana ia memerintahkan para prajurinya untuk beristirahat dan mendirikan tenda terlebih dahulu. Ia masih mengupayakan jalan damai sekali lagi. Tentunya dengan menyerahkan siapa pembunuh Tuan Guru Syarif padanya untuk diadili sesuai hukum Islam. Pagi harinya ia dan dua utusannya bersiap-siap. Panglima Rangkem akan menemui Gusti Prabu Danur Atmaja terlebih dahulu. Konon, menurut Hasan sesuai yang diceritakan Syarif, bahwa temannya sakit sebentar dan langsung meninggal usai meminum air yang diberikan oleh sang raja. “Kita berpuasa saja, daripada kita tak enak hati untuk menolak makanan yang pasti disuguhkan. Mengerti!” perintah Panglima Rangkem pada dua bawahannya. Tiga orang itu telah sampai di depan gerbang istana. Mereka digiring untuk memasuki balai kerajaan. Panglima Rangkem langsung mengerutkan kening ketika yang duduk di sana seorang wanita yang masih amat cantik. Sebab

DMCA.com Protection Status