Beranda / Pendekar / Tarian Pemikat Serigala / Bab 86. SERANGAN DEWI RIMBU

Share

Bab 86. SERANGAN DEWI RIMBU

Penulis: Siti Auliya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-23 20:03:24

Mardawa tahu siapa yang datang. Dewi Rimbu rupanya sama meninggalkan hutan Negeri Serigala Perak. Rupanya mereka lebih mementingkan keselamatan Kusuma. Kusuma lebih terancam terlihat di cermin ajaib.

"Bagaimana bisa kamu ke sini, Dewi Rimbu ?" tanya Mardawa tanpa menoleh. Dia masih fokus mengejar Danu.

"Hihi hihihi hihi hihihi."

"Malah cengengesan!" seru Mardawa.

"Aku akan mengejar lelaki sialan itu. Tenang, aku sudah punya cara menghadapinya. Tanpa mantra tanpa jurus. Hihi hihihi hihi."

Dewi Rimbu terbang dengan sangat cepat mengejar Danu. Dia tertawa mendengar gerutuan Mardawa. Puas hatinya bisa mengejutkan pemuda itu dengan kedatangannya yang tiba-tiba.

**

Danu merasa unggul karena berhasil membawa kabur Kusuma. Dia melihat ke belakang, tidak dilihatnya lagi Mardawa mengejarnya. Sebenarnya pemuda itu heran, mengapa Mardawa berhenti mengejar.

"Aku curiga dia berbuat curang." Danu masih terus berlari sambil melihat ke atas pohon-pohon. Takut tiba-tiba Mardawa datang dari atas.

"Tol
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 87. WUJUD SERIGALA PERAK

    Kusuma melompat ke hadapan Mardawa dan Dewi Rimbu yang hendak meninggalkannya. Rupanya dirinya merasa tidak aman jika berjalan sendiri. Dia harus ikut kembali ke Negeri Serigala Perak.“Aku ikut kalian!” tegas Kusuma. Dia tidak memperdulikan wajah Dewi Rimbu dan Mardawa yang tampak kaget.“Bukankah kamu yang minta sendiri untuk pulang, Kusuma?” tanya Mardawa. Dia kembali curiga dengan perilaku Kusuma. “Apalagi yang kau rencanakan?” tanya Mardawa lagi.Kusuma mundur, dia terdiam seketika. Mardawa rupanya masih mencurigai dirinya. Amarahnya kembali naik, kembang-kempis dadanya menahan emosi."Apa? Memangnya aku wanita apaan?" tanya Kusuma sambil berteriak. Tubuhnya oleng saking terkejut mendengar kata-kata Mardawa. Tidak menyangka dengan ucapan pemuda itu."Hati-hati!" teriak Dewi Rimbu. Gadis itu menyambar tubuh Kusuma yang hampir tergelincir. Dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Dirinya tidak mendengar apa Mardawa ucapkan."Ada apa sih ini?" tanya Dewi Rimbu tidak mengerti. Dia

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-26
  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 88. AYUNDARI

    Mata Semboja terbelalak melihat gadis yang baru datang. Ternyata dia adalah orang yang sejak tadi dicarinya. Entah kebetulan atau tidak, yang jelas dia merasa sangat tertolong dengan kehadiran gadis tersebut. Semboja mundur selangkah memberi tempat kepada gadis itu.“Inikah Serigala Perak?” batin Semboja. Perasaan dirinya pernah bertemu dengan Serigala Perak, tapi bukan pemuda ini. Negeri yang penuh misteri, dia harus selalu waspada.“Oh … aku pikir kau Serigala Perak.” Rupanya wanita itu sudah salah mengenali orang. “Dari mana kau dapatkan golok perak itu?” tanya wanita yang baru datang itu.“Bukan urusanmu!” jawab pemuda itu. Dia tidak suka dengan kelancangan wanita itu. Hasratnya untuk bermain-main dengan Semboja sirna. Hatinya sangat dongkol karena sejak Semboja datang ke negeri ini, dirinya sudah tertarik dengan gadis itu.“Siapa namamu? Mengapa kau meniru gaya Serigala Perak?” Semboja kembali bertanya. Rupanya dia penasaran, apakah dia Serigala Perak itu.“Ada baiknya kau tahu n

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-27
  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 89. ASAL USUL AYUNDARI

    Dengan tubuh gemetar Semboja melihat pertarungan antara Ayundari dan Saketi. Gadis itu merasa lega setelah terlihat Ayundari lebih unggul. Walau ada kesempatan, Semboja tidak berniat kabur. Dia harus bicara tentang Ayundari yang begitu mirip dengannya. Banyak yang harus ditanyakan Semboja kepada gadis itu. Termasuk ketika tiba-tiba dirinya bisa menguasai tarian yang dibawakan gadis tersebut. Sesuatu yang dirasakan benar-benar aneh.“Hajar! Tuman!” seru Semboja tertahan. Sebelah tangannya meninju telapak tangannya yang lain karena gemas. Ingin sekali dirinya ikut menghajar pemuda itu. Semboja ikut tegang saat Saketi kembali menyiapkan jurus mematikan.“Aw!” Semboja menjerit pelan saat seseorang mencolek bahunya. Dia menoleh, matanya seketika membulat. “Kakang,” bisiknya.“Ayo cepat!” Orang yang mencolek bahu Semboja memberi isyarat agar gadis itu mengikutinya.Dengan mengendap-endap mereka meninggalkan arena pertempuran itu. Semboja berjalan dengan cepat mengikuti langkah laki-laki ter

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-29
  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 90. CINTA SERIGALA PERAK

    Ayundari menatap semua yang ada di situ. Apalagi Semboja, dia terkejut luar biasa mendengar cerita Ayundari. “Itulah kisahku yang diceritakan oleh nenekku.” Ayundari mengakhiri ceritanya. “Berarti aku … aku ….”“Kamu kembar!” potong Mardawa. Pemuda itu mengambil kesimpulan dari cerita Ayundari dan kemiripan yang hampir seratus persen. Ayundari dan Semboja bahwasanya mereka bersaudara.“Aku harus bertanya kepada ibuku.” Semboja berkata sambil terus mengamati wajah Ayundari.“Ayo kita pulang!” ajak Dewi Rimbu. Dirinya tidak ingin berlama-lama di negeri serigala ini. “Tunggu, aku tidak ikut kalian.” Ayundari tidak mau jika dirinya harus meninggalkan Negeri Serigala Perak.“Bukankah ini bukan negerimu? Ayo kita bertemu dengan ibuku.” Semboja mencoba merayu Ayundari. Dia harus bertemu dengan ibunya, sehingga ibunya tidak bisa mengelak lagi untuk menjelaskan semuanya.Ayundari menggeleng. Rupanya dia tetap tidak mau meninggalkan negeri itu. Dirinya hanya melambaikan tangan saat keempat o

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-02
  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 91. KISAH PRANATA

    Berpuluh-puluh tahun yang silam.Pranata menangis di sisi sebuah pusara. Laki-laki cilik itu baru saja kehilangan bapaknya yang tewas di tangan seorang perampok. Kakaknya--Suwita berdiri mematung melihatnya. Rasa marah dan dendam menguasai hati Pranata, tapi tubuh kecilnya tidak mampu berbuat apa-apa.“Ayah, aku bersumpah untuk menjadi perampok yang paling hebat di jagat raya ini!” seru Pranata sambil berdiri. Bocah kecil itu mengusap ingusnya yang berleleran, matanya garang melihat langit. Tekadnya sudah bulat untuk membalas dendam kematian bapaknya dengan cara menjadi kepala perampok hebat.“Pranata!” teriak Suwita kaget. “Tarik kembali ucapanmu itu!” perintahnya kepada sang adik.Pemuda tanggung itu sangat terkejut mendengar perkataan Adiwangsa. Tidak menyangka sedikit pun ucapan itu keluar dari mulut bocah yang masih berusia sepuluh tahun. “Kita tidak boleh seperti itu, mana boleh balas dendam, Dek!” serunya panik. Suwita mencoba memberi pemahaman kepada Pranata.“Kakang, aku aka

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-03
  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 92. MARDAWA DAN GURUNYA

    Suwita melihat makhluk pengganggunya sudah pergi. Di hadapannya kini berdiri sesosok lelaki tua. Berpakaian putih panjang menjela serta berjenggot putih. Dalam hati pemuda itu gembira, semoga kali ini kakek tua itu adalah penolongnya. “Dasar Jurig Jarian! Mengganggu orang kerjanya!” gerutu kakek tersebut. Dia melihat ke arah Suwita yang masih gemetar ketakutan. “Kamu siapa, Nak?”“Namaku … namaku Suwita, Kek.” Suwita menjawab sambil terbata-bata. Dunia luar baginya sangat menakutkan dari bayangan. Rasanya dia tak sanggup lagi untuk melanjutkan perjalanan. Bapaknya dulu seorang pejabat di kampung, jadi bila dirinya ingin berjalan-jalan keluar selalu ada yang menemani. Entah dua atau tiga orang pembantunya.“Dari mana asalmu? Mengapa kamu tersesat di sini?” tanya kakek tua itu. Dia memandang lekat Suwita. Heran, mengapa ada anak kecil tersesat di wilayahnya. Berpuluh-puluh tahun dirinya menghuni Gunung Galunggung, tidak ada satu pun manusia yang tersesat sampai ke wilayahnya. Dirinya m

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-04
  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 93. MASA KECIL MARDAWA

    Suwita meluruskan tangan karena pegal. Sudah begitu lama dia menggendong bayi, tapi ibunya tak kunjung muncul. Suwita berdiri, berniat untuk kembali ke pondok. Namun karena masih ragu-ragu, akhirnya dia duduk kembali untuk menanti. Siapa tahu ibu bayi ini muncul karena hari sudah mulai malam.Pemuda itu baru saja ditinggal meninggal oleh gurunya. Tadi mendengar suara berisik ketika sedang bersemedi. Tidak disangka dirinya malah mendapat seorang bayi. Suwita benar-benar bingung, apa yang harus dilakukannya.“Apakah bayi ini tidak akan dijemput ibunya lagi?” gumam Suwita. Dia mendongak ke langit, hari sudah menjelang malam. Pemuda itu menengok bayi yang tampak mulai gelisah. “Dia kelaparan,” bisiknya sambil menyodorkan jari ke bibir bayi tersebut. Dengan segera bayi itu membuka mulut sambil menjulurkan lidahnya keluar-masuk.“Baiklah, aku akan membawamu pergi. Hup!” Suwita melompat dan berlari meninggalkan tempat tersebut. Dia merasa ibunya bayi tersebut sudah tak mungkin kembali lagi.

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-04
  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 94. CINTA MASA KECIL PRANATA DAN SUWITA

    Suatu pagi di pondok Eyang Suwita. Mardawa memandang Eyang Suwita yang sedang duduk termenung. Entah apa yang sedang dipikirkan lelaki tua itu. Perlahan-lahan pemuda itu mendekati gurunya. “Ada apa, Eyang?” tanya Mardawa.“Aku teringat dengan masa kecilku.” Eyang Suwita memandang Mardawa.“Cerita, Eyang!” suruh Mardawa. Pemuda itu duduk bersila, siap mendengarkan cerita masa kecil gurunya.**“Pranata … itu punya Ibu! Jangan coba-coba mengambil sesuatu di kamar Ibu!” Suwita menghardik adiknya. Dia memergoki adiknya tersebut mengambil kotak kayu berukir dari kamar ibunya. “Aku hanya ingin melihat saja bukan mencurinya, Kakang.” Pranata menjawab sambil tetap memegang kotak kayu itu.“Sini berikan! Nanti Ibu marah.” Suwita hendak mengambil paksa kotak tersebut. Namun, Pranata mempertahankannya. “Ya sudah lihat … nanti cepat kamu kembalikan sebelum Ibu tahu.” Seorang bocah perempuan mengawasi Pranata dan Suwita saat beradu mulut. Dia tidak berkata apa pun hanya terdiam mematung.Akhir

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-05

Bab terbaru

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 115. PERTEMUAN

    Juragan Pranata hanya tertunduk mendengar semua ucapan Serigala Perak. Dia merasa salah karena sudah gagal melaksanakan tugas. “Menculik seorang gadis saja kamu tidak berhasil!” seru lelaki itu. Suaranya keras mengandung tenaga dalam yang menggetarkan. Rupanya misi Juragan Pranata adalah menculik seorang gadis, tapi siapa? Bukankah dia juga selalu berusaha untuk menculik Semboja, untuk dijadikan istrinya.“Ampun, Junjungan. Pemuda sialan itu selalu menghalanginya setiap berhasil membawanya. Aku tidak sanggup melawannya.” Juragan Pranata menunduk dalam-dalam setelah mengadukan alasan mengapa selalu gagal. “Siapa pemuda itu? Bukankah aku sudah memberimu ilmu kanuragan yang cukup memadai!” Serigala Perak kembali membentaknya. Lelaki itu sudah sangat marah karena gadis pujaannya tidak kunjung didapatkan.“Mardawa, Junjungan.” Akhirnya Juragan Pranata menyebutkan sebuah nama. Diam-diam Juragan Pranata mengintip reaksi Serigala Perak. Dia penasaran apa Serigala Perak mengenal pendekar s

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 114. KEGAGALAN JURAGAN PRANATA

    Wirya masygul, dia bingung harus bagaimana. Perjalanannya ke goa Nenek Wira tidak membuahkan hasil. Dia harus segera pulang menemui Juragan Pranata. Dengan langkah ragu dan hati yang kebat-kebit, sampai juga akhirnya ke Perguruan Serigala Putih. Wirya masuk dan menghadap gurunya."Apa? Kamu gagal Wirya?" tanya Juragan Pranata. Dia diam sejenak dengan muka tegang."Benar, Juragan." Wirya menjawab takut-takut. Bisa saja sewaktu-waktu juragannya itu murka dan menghajarnya."Mengapa sampai gagal?" tanya Juragan Pranata lagi membentak. Lelaki arogan itu memandang Wirya dengan tajam. Seperti ingin menelannya bulat-bulat.Wirya bingung harus bagaimana menjawabnya. Dia tidak tahu gagalnya di sebelah mana. Dirinya sudah bertempur mati-matian, malah pusakanya itu yang menghilang. Harusnya ketika dia menang bertarung, pedang itu menjadi miliknya."Pusaka itu menghilang." Akhirnya Wirya menjawab juga. Memang seperti itu adanya, Wirya merasa ragu bercerita tentang pendekar lain yang disebutkan se

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 113. PEDANG PUSAKA

    "Puuuh!" Indaku meniup mata Jayaprana. Dia sengaja melakukan itu agar lelaki itu bisa melihatnya. "Kau … kau, makhluk apa?" tanya Jayaprana terputus-putus. Dia kaget melihat seekor macan tengah berbaring di batu besar. Di mana dirinya tengah mencari seorang gadis yang tengah bermesraan dengan Mardawa. "Grrrh!" Macan tersebut malah menggeram. Suaranya membuat bumi yang dipijak bergetar. Jayaprana mundur, begitu juga Mardawa. Dua pemuda itu sama-sama bersikap waspada."Kaukah itu Indaku?" tanya Mardawa dengan ragu. Dia tidak menyangka sama sekali jika gadis yang mengaku sebagai istrinya itu adalah seekor macan. Beberapa saat turun gunung membuatnya menemui berbagai keanehan. Ada manusia peri dan ini manusia juga yang berubah menjadi macan. Mardawa jadi bimbang dan harus ekstra hati-hati setiap bertemu dengan orang baru.Macan itu memandang ke arah Mardawa. Ia mengangguk-angguk kepalanya. Beralih memandang ke arah Jayaprana, matanya merah seperti menyala."Tidak usah, Indaku. Pergil

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 112. INDAKU

    Oli masih seperti sebelumnya. Cengar-cengir gak jelas. Padahal jika di negerinya dia bisa berubah menjadi normal, sangat cantik dan anggun. Dirinya tidak bisa menjadi besar jika ada di negeri manusia."Ni bocah kenapa?" pikir Dewi Rimbu. Rupanya gadis itu tidak sabar untuk mengetahui bagaimana caranya peri kecil itu mengalahkan Jayaprana. Rasanya tidak mungkin jika beradu kekuatan. Bagaimanapun hebatnya jurus yang dimiliki Oli, tubuhnya hanya sebesar capung."Aku masuk ke telinganya. Hihihi hihi hihihi." Sambil masih tetap cengar-cengir Oli menjelaskan. Peri itu melompat-lompat di atas daun talas yang lebar. Rupanya dia masih merasa sangat hebat. "Lalu?" tanya Mardawa. Dia duduk di batu besar. Di sebelahnya juga duduk Dewi Rimbu dengan membawa buntelan bajunya."Aku masuk, gendang telinganya aku tendang-tendang. Tentu saja dia kesakitan, kan. Ehh … sakit gak ya?" tanya Oli sambil berpikir. Matanya memandang Mardawa mohon penjelasan."Paling terasa gatal. Hahaha hahaha hahaha," jawab

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 111. DISELAMATKAN OLI 

    Sesaat Dewi Rimbu terkesima melihat siapa yang datang. Lelaki itu kembali tepat saat dirinya dalam bahaya. Seperti punya firasat akan keselamatannya. Dewi Rimbu merasa sangat berterima kasih. “Mardawa," gumam gadis tersebut. "Bagaimana dia bisa ke sini." Dewi Rimbu tidak sempat berpikir karena Jayaprana sudah bersiap untuk menyerangnya. Dirinya tidak sempat mempersiapkan serangan. Dewi Rimbu pasrah dengan apa yang akan terjadi. Riwayatnya akan tamat hari ini. Lari! Sempat terlintas dalam benaknya. Namun, sampai kapan dia harus terus-menerus berlari dari Jayaprana. Kali ini, jika terhindar dari serangan pemuda itu, Dewi Rimbu akan menghadapinya dengan sekuat tenaga. Tadi, Mardawa sengaja mencari Dewi Rimbu karena curiga dengan Danu. Sekali sentakan, dengan sangat cepat pemuda itu menarik tangan gadis itu ke sebelah kanan. Serangan Jayaprana yang berbahaya lewat tanpa menyentuh gadis tersebut. Tampak Dewi Rimbu bernapas lega. Dia sedikit membungkuk, mengisyaratkan ucapan terima kasi

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 110. DENDAM

    Dewi Rimbu melesat tanpa menoleh lagi. Dirinya yakin jika Mardawa tidak mengikutinya. Gadis itu ingin segera tiba dan tidur dengan nyenyak. Tak ada tempat paling nyaman selain tempat punya sendiri. Walau itu hanya sekedar tempat tidur dari batu.Bulan yang semakin terang saat tengah malam berlalu, memudahkan Dewi Rimbu berlari. Saat dirinya mendongak, bulan tersebut seolah-olah ikut berlari bersamanya. Gadis itu berhenti sejenak, dia memperhatikan keindahan bulan di atas sana. “Indah sekali langit dini hari.” Gadis itu bergumam sambil memandang ke langit. Sesaat dia teringat dengan negeri peri yang baru saja ditinggalkan. Teringat betapa dirinya terpesona dengan keindahan alam di sana. Gadis itu, dia melihat sekeliling, suasana sangat sepi tidak dilihatnya ada orang.“Ah, mengapa aku teringat kepada Eyang Suwita. Mereka sepasang kekasih yang berbahagia. Dewi Rimbu tertunduk, teringat dengan kekasihnya.“Kakang maafkan aku, belum menemukan pembunuhmu. Aku berjanji akan menemukan siapa

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 109. SALAH SASARAN

    Mardawa dan Dewi Rimbu saling pandang, mereka tidak menyangka jika kepergian mereka sudah tujuh hari. Padahal mereka menyangka hanya seharian saja. Sementara Semboja menatap ibunya tidak percaya.“Aku hanya pergi tadi siang sampai malam saja, Mak.” Semboja berusaha memberi tahu ibunya. Rasanya sangat mustahil jika dirinya pergi begitu lama.“Kamu pergi selama tujuh hari, Sari. Emak sampai putus asa mencari, akhirnya Emak anggap kamu sudah meninggal. Memanggil orang untuk membaca doa.” Penjelasan Lastri membuat mereka sadar jika waktu di negeri para peri memang jauh sekali berbeda.Lastri menangis sambil memeluk Semboja. Wanita tua itu sangat takut kehilangan teman hidup satu-satunya itu. Gadis itu balik memeluk ibunya, dia juga takut kehilangan orang yang sudah mengurusnya sejak kecil.Merasa sudah menunaikan kewajiban, Mardawa berpamitan. Dia juga berkewajiban untuk mengantarkan Kusuma dan Dewi Rimbu. Semboja hanya mengangguk sambil menatap kepergian mereka.“Ayo, Dewi Rimbu. Kamu h

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 108. PERGI TANPA PAMIT

    Semboja memandang ke arah Mardawa dan Dewi Rimbu. Dia ingin berterus-terang tapi rasanya malu. Dia hanya tertunduk di hadapan mereka. Persahabatan mereka yang baru seumur jagung membuatnya sungkan. Namun, dirinya juga gelisah jika tidak diungkapkan."Aku takut … takut ….""Iih dari tadi takut-takut terus," potong Dewi Rimbu. Kesal juga lama-lama sama gadis itu. "Apa susahnya terus-terang, cantik?" "Aku takut pada nenekku." Akhirnya Semboja menjelaskan juga alasan dia takut pulang. Gadis itu kadang-kadang menyebut ibunya dengan nenek dan emak, bergantian. Entah mengapa dia selalu merasa jika Lastri bukan ibu kandungnya. Perbedaan usia mereka sangat jauh jika ditelisik. Kadang-kadang Lastri juga keceplosan jika dirinya tidak menikah.“Nenek yang mana?” tanya Dewi Rimbu. Seingatnya Semboja tinggal bersama ibunya yang sudah tua. Dewi Rimbu heran, sejak kapan Semboja punya nenek. Jika demikian, itu pasti seumuran dengan neneknya juga.“Emak.” Semboja menjawab singkat. Dewi Rimbu manggut-

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 107.. BUNGA PERKAWINAN

    Semboja terperangah melihat bunga yang jatuh ke pangkuannya. Dia hanya mampu memandang bunga tersebut."Mengapa bunga itu jatuh di pangkuanku," pikir Semboja. Dia sama sekali tidak tahu mitos, jika bunga itu didapatkan maka akan segera menikah."Wah ini sebuah keberuntungan, kamu akan segera menikah!" seru Dewi Rimbu sambil mengedipkan matanya. Tentu saja Semboja tidak percaya. Mana ada pernikahan ditentukan oleh bunga. Jika dirinya menikah tentu saja karena sudah waktunya atau jodohnya. Gadis itu tertawa mendengar perkataan Dewi Rimbu."Apaan sih! Mau nikah sama siapa?" tanya Semboja. Dirinya memang belum ada rencana menikah. Mardawa juga belum berniat serius dengannya."Ya, sama Mardawa, lah." Dewi Rimbu berbisik. Matanya melirik pemuda yang lagi sibuk menemani Eyang Suwita. Merasa diperhatikan, pemuda itu melirik juga ke arah mereka. Semboja tersipu, Dewi Rimbu menyikut Kusuma. Tidak ada reaksi dari gadis itu."Ini buat kamu saja!" ujar Semboja sambil mengangsurkan bunga. Dia ti

DMCA.com Protection Status