Share

Malam yang Dinanti

'Iya, tadi Bunda ke sini.'

"Lalu, apa jawabanmu?"

Aku menghela napas berat.

"Tanya aja ke Tante Diana."

Terlihat Evan langsung mengetik saat pesan dariku sudah centang biru.

"Aku butuh jawaban langsung darimu, Ta. Bukan dari Bunda."

Pesan itu kubiarkan tanpa jawaban untuk beberapa saat lamanya. Hingga Evan mengirim pesan lagi, dan lagi.

"Ta."

"Arta."

"Arta Intan Sari."

"Kamu baik-baik aja, ‘kan?"

Aku tersenyum membaca pesan beruntun dari Evan yang mirip gaya abege.

"Baiklah, kalau kamu nggak mau jawab pakai kata-kata. Aku telepon kamu sekarang. Angkat teleponnya jika jawabanmu iya. Tak perlu bicara apa-apa. Jika kamu menolak, biarkan teleponku hingga dering terakhir."

Mataku membulat. Laki-laki itu sangat gigih, walau tak romantis. Detik berikutnya ponselku berdering. Nama Evan muncul di layar. Dering pertama hingga kelima, aku masih diam. Ada debar yang semakin terasa, hingga ibu jariku menggeser logo telepon berwarna hijau di dering keenam.

Hening.

Kemudian terdengar hela napas
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status