“gue beras lagi ada di Middle East deh kalau ngeliat lo” danish menarik masker yang dikenakan oleh Abil
Gravity memberikan tatapan tajamnya kepada danish, seenak saja dia berani menyentuh sesuatu yang sudah Gravity tetapkan. Tapi kali ini danish tidak mengalah, boleh danis akui kalau visual Abil memang menarik, bahkan sangat menarik. Danish dan dede bahkan beberapa kali merasa terpukau dibuatnya, apalagi kalau Abil sudah mengenakan jilbab. Kalau kata Ramadan si, menyejukan hati.
Abil melemparkan pensilnya kesal, sedari tadi Gravity tak henti-hentinya memandangi Abil dengan tatapan posesifnya. Dan kenapa pula ia harus menuruti perintah konyol Gravity? Papah dan Abangnya saja tidak masalah kalau Abil menggenakan celana pendek, kenapa Gravity malah kelewatan repot? Abil meniup poninya yang menghalangi pandangannya, ia menatap ketiga temannya secara bergantian.
“padahal Abil udah beberapa kali mencoba untuk tidak membenci teman-teman Abil. Tapi waaaah, Abil terlanjur benci sepertinya”
“udah nyampe mana Bil gmbarnya? Sini Pangeran Danish bantu” danish mengambil pensil yang sudah Abil lemparkan dan mencoba membulak-balik buku gambarnya dengan seksama mencari dimana letak kesalahan yang perlu Abil perbaiki
“mmm….mmmmm….mmmmm..mmmm” dede menggelengkan kepalanya ia melihat sesuatu yang janggal dari kasus kali ini
“berhenti akting kalau lo detektif dede” baru saja dede akan membuka mulutnya, tapi peringatan dari Gravity membuat dede mengurungkan niatnya
“Abil lanjut nanti aja ngerjainnya, ini malah jadi gak fokus kalau kalian gini terus” Abil menekuk wajahnya dongkol. Padahal ia masih harus menyelesaikan 2 gambar lagi, tapi karena teman-temannya ia jadi tidak bisa fokus kembali. Seharunya tadi Abil tidak mengizinkan ketiganya masuk kalau endingnya akan membuat Abil kembali menunda pekerjaannya
“good choose, gue bawa kartu ridge nih. Main poker gimana?” graivty mengangkat kotak kecil berbentuk segipanjang yang ternyata sudah sedari tadi ia bawa disaku celana sekolahnya. Gravity dengan segala persiapannya memang bukan main. “buat hukumannya kita tentuka setelah setiap permainan berakhir” Gravity menjelaskan peraturan permainnya
Selama putaran pertama permainan, seluruh pemain masih dalam kondisi yang santai tanpa beban. Bermain poker bukan hanya membutuhkan strategi tapi juga melatih kita mengingat kartu apa saja yang sudah terbuang sehingga dapat mengetahui kemungkinnan kemenangan kita, ditambah ekspresi wajah. Bagi seorang Gravity yang sangat lihai menyembunyikan raut wajah tentu sangat menguntungkan, para pemain lawan tidak bisa mengetahui kartu seperti apa yang dimilik oleh gavity.
Berbeda dengan dede yang akan langsung memperlihatkan wajah kesalnya ketika kartu yang ia dapat tidak sesuai dengan harapannya. Semua orang dapat melihat itu dengan jelas, dede gampang sekali untuk panik sehingga Abil dan danish senang sekali membuat dede mati langkah.
“ARRRGH, kok lo gak bilang-bilang punya kartu empat? Ini poker gue belum keluar satu pun” Gravity tertawa puas melihat ekspresi kesal dede karena permainan berbalik.
Kalau ada salah satu pemain mengeluarkan kartu empat maka permainan yang semula saling berlomba dengan angka yang besar maka akan berubah menjadi sebaliknya, mereka harus melayaninya dengan kartu dibwaha nomilan yang dibuang sebelumnya. Dan poker adalah angka terbesar dalam permainan ini, yaitu angka 2.
Boom, Gravity melongo melihat hasil akhir dari permainan pertama mereka. Ini si namanya senjata makan tuan, Gravity yang mengeluarkan kartu empat tapi dia yang mengalami kekalahan. Semua pemain sepakat kalau orang yang kalah untuk pertama kali akan memakai helm dengan posisi terbalik. Gravity menggerutu kesal saat melihat danish menertawakkannya dengan keras, kapan lagi ia melihat Gravity seperty ini.
Putaran kedua sungguh membuat sisi kompetitif Gravity naik drastis, bagaimana bisa ia kalah dipuaran pertama permainan anak ini? Gravity bahkan sudah bisa memenangkan uang lewat permain ini saat masih duduk di kelas 5 SD, tidak patut dicontoh? Memang, dan jangan pernahmencobanya, hanya Gravity seorang yang bisa melakukan sesuatu seperti itu.
Kalah dua kali berturut-turut, Gravity mendapat tambahan guling diatas helm yang telah digunakannya. Beruntung karena putaran ketiga yang mendapatkan hukuman adalah danish, ia memakai helm karena baru pertalunggu mereka, ma kali kalah. Untuk melepaskan hukuman yang telah membelunggu mereka , maka mereka harus menang dengan dua kali berturut-turu untuk melepaskan satu hukuman, kalau mereka menang sekali lalu setelahnya kalah kembali, makan presentasenya kembali ke nol.
Puataran keempat dede harus mendapatkan bagian yang sama yaitu memakai helm. Abil menertawakan ketiga temannya yang sudah mengalami kekalahan. Ia memamerkan kedua telapak tangannya guna mengejek kalau dia belum pernah mengocok kartu. Gravity menjitak kening gaids itu sedikit keras karena kesal melihat tingkah tengiknya.
Permainan masih berlanjut hingga pada akhirnya semua pemain mengalami kekalahan. Mari kita review penampilan mereka setelah melewati beberapa putaran. Gravity memakai helm dengan guling diaasnya, ia harus setengah berdiri selama permainan berlangsung karena kekalahan keempatnya, ia juga memakai riasan bibir dan kedua sepatu yang menggantung dilehernya.
Danish tidak jauh berebeda dengan Gravity, hanya saja ia tidak perlu menggantungkan sepatu dilehernya. Abil hanya berakhir dengan helm dan glinng yang ditaruh diatasnya. Dede adalah yang terparah, selain mengalami semua yang ada di Gravity dede juga harus terus mengigit sendok dan sepasang sumpit dikedua mulut. Hasil menunjukan aklau Abil berada diperingkat pertama, disusul danish dan Gravity juga dede yang berada diurutan akhir.
*****
“Gravity” Gravity terkejut bukan main saat tiba-tiba ia menerima tamparan dari sang Mamah
Semua orang yang berada disuper market mulai berkerumun karena penasaran atas kejadian yang menimpa Gravity. Gravity bahkan tidak menyangka ia akan mendapatkan tamparan di depan umum seperti ini. Gravity memang pernah beberapa kali ditampar oleh earth, tapi kalau di depan umum ini adalah yang pertama kalinya.
“Mah?” hanya satu suku kata yang dapat Gravity ungkapkan, padahal dalam benaknya ada beribu-ribu kata tanya tentang sikap earth kali ini
“sebegitu butuhnya kamu sama uang?” pertanyaan dari earth menyirit tak menegerti
“maksudnya?” Gravity sungguh tidak mengerti kemana arah pembicaraan ini. Uang? Gravity butuh uang? Kalau Gravity boleh sombong, tanpa melakukan balapan pun Gravity masih bisa hidup tanpa sepeser pun uang dari Mamahnya kalau hanya untuk 2 tahun kedepan.
Earth menunjukan percakapan anatar Galaksi dengan Bagas, earth membiarkan Gravity membacanya dengan seksama. Setelah ia rasa kalau Gravity memahaminya, earth memasukan kembali ponsel berwarna biru itu kedalam tasnya. Gravity tersenyum miring membaca isi percakapan tersebut.
“aku? Jadiin marven bahan taruhan?” Gravity menaikan sebelah alisnya, ia tidak menunjukan rasa takut sama sekali. Karena kali ini Galaksi sudah keterlaluan
“mau sampai kapan si Mah, Mamah dibohongin anak kesayangan mamah itu? Mau sampai kapan?” Gravity tidak menaikan intonasi, malah ia melakukan sebaliknya. Ia mencoba berbicara dengan suara yang sangat rendah
Abil menyimak semua pembicaraan antara Gravity dan earth. Ia melihat laki-laki yang mengenakan kaos hitam tanpa lengan itu kini tengah dikerumuni banyak orang. Bahkan tindik yang selalu Gravity pakai itu terlepas dari daun telinganya ketika earth menampar Gravity untuk yang kedua kalinya.
“aisssh… Tante maaf ya Abil ambil dulu gravnya. Abil suruh beliin stroberry milk tapi malah asik ngobrol, maaf ya tante” tanpa menunggu persetujuan Abil menggandeng Gravity menjauh dari kerumunan yang sedari tadi sibuk menonton perdebatan mereka.
Selama sepuluh menit perjalanan mereka lalui dengan tidak bersuara sama sekali. Jalanan kompleks yang sepi sungguh mendukung suasananya, membuat Abil semakin canggung untuk memulai percakapan karena graviy yang masih setia memasang wajah menyeramkan, setidaknya itu menurut Abil.
“maaf kalau tadi Abil lancang menyela percakapan anatara grav sama tante erath” akhirnya Abil memberanikin diri untuk memulai percakapan terlebih dahulu
“gue gak apa-apa Abil. Jadi sekarang lo bisa masuk rumah dengan tenang. Ini udah malem” Abil mengedipkan kedua matanya beralaga imut setelah mendengar Gravity yang masih perduli dengannya walau ia masih diselimuti rasa marah
“gue besok gak bisa nganter lo, tapi gue usahain buat jemput lo” Abil mengerutkan kening tak mengerti, “gue di skors, tiga hari” Gravity mengerti raut wajah Abil
“woaah tante earth bener-bener daebak[1]. Grav di skors tapi Galaksi enggak?” Abil memejamkan matanya kesal, kenapa earth selalu seperti ini kepada Galaksi? Rasa sayang macam apa itu?
*****
Galaksi sudah sebisa mungkin mencoba mengabaikan panggilan dari ponselnya itu, tapi sang penelon sungguh sangat keras kepala. Galaksi melirik layar handphonenya, “Key Alcantara”. Galaksi memutar bola mata malas, ia sedang malas meladeni gadis bawel itu. Ia sudah cukup lelah hanya karena kabar dari temannya Bagas dan sekarang ia akan semakin lelah mendengar ocehan gadis ini.
“lama banget angkatnya. Keliatan jelas ngehindarin Abil” apa Galaksi bilang, ia bahkan belum sempat mengucapkan hallo tapi gadis itu disebrang sana sudah menyemprot dirinya
“what’s wrong?” walaupun Abil tidak mahir berbahasa Inggris tapi Galaksi rasa Abil akan paham perkataannya.
“besok Abil tunggu trakirannya ya Galaksi” Galaksi menjauhkan ponsel dari telinganya, ketika mendengar suara Abil yang dibuat semanis mungkin oleh anak itu
“besok Abil pake bandi warna biru dongker, tidak menerima penolakan tapi menerima cashback” Galaksi menatap malas layar handphonennya yang kembali menghitam. Abil memutuskan panggilannya secara sepihak, dasar tidak tahu malu.
[1] Luar biasa
Bagas tersenyum melihat kehadiran Gravity di arena balap, ia kira Gravity tidak akan datang. Bagas mengikuti jadwal pertandingan bola, dan Gravity biasanya akan absen kalau Real Madrid bermain demi menemani Abil menonton. Hari ini kalau Gravity memenangkan balapan keuntungan yang didapat cukup besar, penantangnya pun cukup dikenal dikalangan pergaulan mereka. Niga, salah satu alumni dari SMK Gravity yang sudah lama berkecimpung di dunia balap.“kenapa Grav? Muka kusut amat lo kaya keset bank” Gravity hanya ersenyum kecut mendengar basa-bais yang dilontarkan Bagas kepadanya“Grav ada yang nyariin elo nih” Graviy menaikan sebelah alisnya memberi kode siapa yang mencari dia“gak tau gue, tadi dia berdiri dipojok sana, nanyain Gravity nanti pakai motor warna apa? Aneh banget tuh orang, gak pernah ke tempat ini kayanya” orang tersebut menunjuk ujung jalan
Ini adalah hari minggu, hari dimana Abil akan menghabiskan seluruh waktunya dengan menonton tv. Ia bahkan sudah stand by didepan tv dari jam tujuh pagi, alasannya biar dia memenangkan perebutan remote dengan sang Papah. Abil menatap papahnya dengan tatapan puas, tidak adalagi siaran TVOne kalau remote ditangan Abil. Semuanya akan menonton acara infotaimen bersama Abil.“ey sudah bergaya saja, mau kemana kau?” Abil tidak bisa membendung rasa penasarannya melihat Sagara sudah rapi sekali, membuat Abil insecrue saja. Jangankan mandi, Abil gosok gigi saja belum“mau ke Gereja bareng Omah, kenapa?” Kalia muncul membuat Abil tersenyum jahil“nanti salam sama Ibu pendeta yang waktu itu bilang Abil imut ya Bang” ucapan yang keluar dari mulut Abil membuat semua orang bingung“itu Biarawati, bukan Ibu pendeta” jawaban dari Kalia membuat Abil b
“Paaah, Maaah. Liat deh, Abil negerecokin gambar gara terus, jadi gak selesai-selesai kan” adu gara kepada orang tuanya yang sedari tadi asik menonton tv“Abil bantuin bukan ngercokin” Abil membela dirinya“mana ada bantuin malah jadi acak-acakan begini” Sagara melempar kertas yang ia maksud kepada Abil“hey, Sagara gak boleh gitu sama adiknya” kirana menengahi pertengkaran kedua buah hatinya itu “Dan, bantuin dong. Ini anak lo kerjaannya ngerusuh mulu” protes kirana kepada Daniel yang sedari tadi hanya memperhatikan mereka“ini anak lo kerjaannya merusuh mulu” Abil menirukan omongan kirana dengan ciri khas anak kecil Sagara menutup mulut Abil dengan telapak tangannya, ia memberi peringatan lewat matanya kalau apa yang Abil lakukan itu tidak benar. Tapi Abil masih kecil, ia belum cukup pintar untuk mengerti kode
Mempunyai Papah yang sangat menyayanginya juga seorang Adik yang sungguh menggemaskan dan sangat menghormatinya saja sudah membuat Sagara bersyukurbukan main. Pasalanya ia adalah orang asing, senormal dan semurni apapun kasih sayang yang diberikan Daniel padanya tidak akan mengubah fakta kalau Sagara bukan anaknya. Melihat Abil dan Papahnya menghabiskan waktu semalaman membuat Sagara merasa bersalah kepada Abil. Mengingat Abil yang tidak pernah mengetahui bagaimana sosok Mamahnya. Kirana, semua anggota keluarga sepakat untuk tidak membawa nama itu kepermukaan apalgi menjadikannya topik pembicaraan sebelum Daniel sendiri yang mengatakannya terlebih dahulu. Dan sekarang setelah hampir 16 tahun Daniel sendiri yang mulai mengatakan fakta yang sebenarnya.“kamu ada kerjaan diluar Dan?” pertanyaan kalia membuat seisi meja makan men
“Abiiiil” Abil meringis lagi dan lagi. Semua teman-temannya kembali menertawakan Abil. Saat ini Abil sedang praktik membongkar dan merakit kembali Gardan atau Differential. Tapi ini sudah yang ketiga kalinya Abil masih saja tidak bisa merakitnya kembali, semua urutan yang Abil hafalkan ketika melihat teman-temannya praktik sekarang mendadak terbang bagaikan abu.Abil melempar kunci yang sedang ia genggam “semester depan Abil mau pindah jurusan aja”“heh, jangan main lempar-lempar aja. Itu punya sekolah” Pak Irfan memberi pelototan kepada Abil Abil memalingkan wajahnya malas. Rasanya Abil ingin protes saja kepada Papahnya, kenapa nama Abil dimulai dari huruf S? nomor urut absen Abil jadinya kedua dari belakang setelah dibawahnya ada Wahyu yang berawal dari huruf W. Gara-gara nomor absen Ab
Abil kecil berlarian mengelilingi taman mencari dimana Gravity kecil bersembunyi. Gadis kecil itu terlihat sangat lucu dengan gaun merah selutut yang ia kenangan, sangat kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Rambut hitamnya dicepol rapih dengan poni yang menutupi keningnya membuat siapa saja pasti akan langsung jatuh cinta pada gadis kecil ini. “Graav, Abil cape ah. Mau duduk aja, ndak mau cari Grav lagi” Abil mendudukan dirinya ditengah-tengah taman tanpa memperdulikan pakaian yang akan kotor“sini aku bantu, jangan dudk disini kotor” Abil melihat uluran tangan dari seorang anak yang juga sedang bermain ditaman tersebut, dengan cepat Abil menggeleng keras “Abil gak mau berdiri kalau bukan Gravity yang bantu” Abil memalingkan wajahnya“aku Galaksi, adiknya Gravity. Jadi kamu udah bisa berdiri” Ga
Disclaimer : it’s gonna be a special part for G>ernyata, selain jago di arena balap Gravity juga sangat bisa diandalkan dalam urusan masak-memasak. Bahkan masih ada beberapa hal lagi yang membuat Galaksi terkesan pada Gravity. Bagaimana tidak, Gravity memasakan Galaksi bubur dan juga menyiapkan keperluan untuk membersihkan diri Galaksi.Dengan telaten Gravity menyuapi Galaksi, walaupun anak itu masih kukuh menolak dan mengkalim kalau dirinya bisa makan sendir, tapi Gravity menulikan telinganya. Kali ini Galaksi tidak jauh berbeda dari Abil yang sedang sakit.Banyak sekali rengekan yang keluar dari bibir adiknya itu. Buburnya kurang asin, kepanasan, harus pake kerupuk lah, kecap lah. Kalau Galaksi berpikir dengan seperti itu Gravity akan mundur dan membiarkannya makan sendiri, Galaksi salah. Rengekan yang keluar dari mulut Abil lebih dari ini, Gravity sudah terbiasa akan hal tersebut.Setelah memaksal Gala
Jam dinding dikamar milik Galaksi sudah menunjukan pukul dua dini hari, tapi ia masih belum tertidur barang lima belas menit pun. Rasa pusing yang semula menyerang kepalanya kini berkembak biak, bukan hanya nafasnya yang semakin sesak, tapi sekujur tubuhnya pun mengalami sakit. Semakin ia abaikan, rasa sakitnya semakin menjadi-jadi. Seingat Galaksi, ia tidak pernah mempunyai riwayat penyakit yang akan menyebabkanya sesakit ini. Mentok-mentok ia tifus diakhir taun, itu pun tidak separah ini. Seluruh badannya ngilu-ngilu, bahkan keringat dingin membanjiri badannya. Ingin sekali Galaksi meminta bantuan Mamahnya, tapi Earth tidak ada dirumah. Earth bilang kalau dia harus menyelesaikan pekerjaannya, dan kemungkinan pulangnya dipagi hari. Meminta bantuan Gravity? Tidak, lebih b
Gravity membuka matanya, tatapannya kosong. Setelah merasa kalau Abil sudah meninggalkan ruangan ini ia baru berani untuk membuka matanya. Dan sialnya, apakah harus terus-terusan langit-langit polos ini lagi yang menjadi pemandangan pertama untuk Gravity lihat? Jujur saja, ia sudah sadar dari saat Abil mulai bernyanyi. Bahkan ia dapat mendengar jelas semua keluh kesah gadis itu, termasuk oercakapan Abil dengan Mamahnya. Bagaiamana gadis itu mencoba membujuk Earth untuk membawa Gravity ikut serta, dan bagaimana Earth dengan tanpa pikir panjang menolaknya. Ini bukan oertama kalinya Gravity diperlakukan demikian, ia sudah tidak perlu lagi khawatir atau pun merasa sakit hati seperti saat ini. Penolakan adalah hal yang selalu ia dapatkan. Jangankan ketika Gravity meminta
Ternyata, menunggu seseorang untuk sadar sepenuhnya dari pengaruh alkohol bukan perkara yang mudah. Hampir satu jam lamanya Abil senantiasa menunggu Gravity untuk terbangun dari tidur panjangnya. Mati-matian Abil menahan dirinya untuk tidak melempar Gravity dengan tepung terigu yang kemarin Abil gunakan untuk membuat cireng yang gagal. Kalau saja menenggelamkan orang ke teluk alaska adalah perbuatan terpuji, maka saat ini Abil mungkin sudah dapat piala oscar. Hati Abil terus meneriakan kata umpatan untuk gracity karena tak kunjung sadar. Ia ingin segera bertanya kepada Gravity kenapa anak itu tidak meracau semalam padahal Gravity berada dibawah pengaruh alkohol.“kalau Abil nusuk-nusuk jari Gravity pake jarum, Abil dapat pahala gak yah?” ucap Abil dengan lesu
“ini anak siapa anjir? Kenapa datang ke klub pake baju tidur?” Abil semakin menyembunyikan dirinya dibalik punggung Sagara. Kalau bukan karena ia dapat panggilan dari seseorang yang mengatakan kalau Gravity mabuk berat, Abil ogah deh harus keluar malam-malam begini.“kamu tunggu di mobil aja gih. Abang sendirian aja, dari pada kamu diliatin banyak orang” ini sudah kesekian kalinya Sagara meyakinkan Abil supaya mau menunggu dimobil, dan membiarkan Sagara saja yang turun tangan. Bukannya menurut, Abil malah melangkah maju kedepan. Ia mengibaskan rambutnya kebelakan dan mencepol rambutnya asal-asalan. Abil berjalan mendahului Sagara dengan percaya dirinya, berbeda dengan sebelumnya. Sudah terlanjur menjadi pusat perhatian sejak dari park
Hawa yang Gravity rasakan saat pertama kali adalah ketegangan. Dapat ia lihat dengan jelas sorot mata memerah milik adiknya memandang Mamahnya dengan penuh tanya. Galaksi menghempaskan tangan Earth ketika wanita setengah baya itu mencoba meraih pergelangan tangan milik anak bungsunya.“Sayang, dengerin penjelasan Mamah dulu. Mamah punya alasan kenapa Mamah sembunyiin fakta ini. Selama ini juga Mamah mencoba mencari waktu yang tepat untuk membicarakan hal ini sama kamu” Gravity memalingkan wajahnya ketika melihat Earth yang begitu ketakutan melihat Galaksi yang marah kepadanya. Ia tidak pernah mendapatkan tatapan penuh ketakutan seperti itu dari Mamahnya. Bahkan ketika Gravity memilih untuk meninggalkan rumah berhari-hari, Earth tidak pernah sekhawatir itu.“but it’s hurting me more. Ini tentang kes
“uncle, kalo nanti Abil jadian sama Diva gimana?” Radit yang sedang minum langsung tersedak seketika mendengar pertanyaan dari Abil. Ia memandang Abil dengan wajah kagetnya. Tapi Abil membalas tatapan Radit dengan wajah tak mengerti.“kenapa?” tanya Abil“kenapa kata lo? Heh, yang bener aja lu. Abil kan udah nenek-nenek, anak uncle masih perjaka ting-ting” jawba Radit sedikit menahan rasa kesalnyaPlak, Daniel memukul kepala belakang Radit menggunakan majalah yang ia bawa “nih, kemarin Papah dapat majalah yang covernya Isco” Daniel memberikan majalah yang tadi ia gunakan untuk memukul kepala Radit kepada Abil. Ia mengabaikan Radit yang sudah terlihat seperti ingin menikamnya. Radit memandang Sagara dengan kode meminta bantuannya tapi hanya dibalas gelengan kepala oleh a
Bertemu dengan seorang Radit Rahrja di situasi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi Sagara. Laki-laki yang akrab disapan dengan panggilan Uncle tersebut mempunyai sifat seperti Abil, sama-sama hyperaktive dan to much talking.“Uncle, Abil kan udah tidur nih, bisa kali diganggunya besok aja” ini sudah kali ketiga Sagara mencoba memberi saran kepada Radit, tapi tak ditanggapi apa pun oleh laki-laki tersebut. Bak angin berlalu, omongan Sagara tidak ada arganya di telinga Radit. Dengan niat jahilnya Radit masih saja menepuk-nepuk pipi Abil dengan tujuan supaya gadis itu terbangun dan menangis karena tidurnya terganggu. Sebagai seorang ayah, Daniel pun tidak bisa memberitahu Radit untuk tidak menganggu putrinya itu. Radit se
Menghabiskan waktu seharian dengan bermain-main cukup menguras tenaga Abil, walau pun ada beberapa insiden yang sepertinya menjadi memori yang menyebalkan. Kakinya dan tubuhnya terasa begitu sangat pegal. Alhasil sekarang Abil hanya bisa duduk terdiam seolah-olah raga sukmanya sedang beterbangan kesana kemari. Keadaan di mobil juga cukup tenang, hanya ada suara radio yang menemani perjalanan mereka. Galaksi memejamklan matanya dengan damai, Bagas menyumbat kedua telinganya dengan headphone, dan Gravity sedang fokus menyetir. Sagara meminta Gravity untuk membawa mobil terlebih dahulu dan membiarkan Sagara beristirahat sebelum ia kembali unuk menyetir sampai ke tujuan.“aaah bete. Masa Abil gak bisa karokean” Abil masih bisa melayangkan protes walau pun s
Potret keluarga yang menampilkan Daniel, Sagara dan Abil memenuhi seisi ruangan dengan berbagai macam pose dan gaya. Tapi sayangnya tidak terlihat potret yang mengabadikan momen pernikahan Daniel dan Kirana. Saat mengetahui kalau Kirana meninggalkan Daniel dan Abil yang baru berusia tujuh hari, Daniel telah memutuskan untuk tidak memajang foto dari wanita yang saat ini masih memenuhi ruang di hatinya itu. Bukan karena ia sudah melupakan atau pun membenci Kirana, Daniel hanya belum siap untuk bercerita kepada Abil. Ia takut kalau saat ia menceritakan kepada Abil kalau Kirana pergi meninnggalkan mereka disaat kulit Abil masih memerah.“masih bucin aja lo sama si medusa” Daniel menatap tak percaya keberadaan seseorang yang sangat ia kenal itu berada dihada
Berbeda dengan sebelumnya, sekarang Abil terlihat sangat bahagia dan seolah-olah kejadian tadi tidak pernah terjadi. Tapi anak itu tidak lepas dari tangan Gravity, kemana pun Gravity pergi Abil senantiasa mengikutinya. Sejak memasuki wahana rumah hantu ini Abil tidak henti-hentinya berteriak. Bukan berteriak ketakutan, melainkan kesenangan. Anak itu tidak ada takut-takutnya, setiap kali ada hantu yang muncul Abil akan dengan senang hati menghampirinya dan mengajak mereka bersalaman dengan alasan tak kenal maka tak sayang.“nanti ajak Abil ke rumah yang isinya pocong semua ya cong. Jangan malu-malu, nanti Abil bawain Pepsi” ucap Abil setelah mengajak salah satu pocong yang muncul untuk menghantui mereka. Pocong tersebut terlihat cukup terkejut melihat re