Share

5. Lie

“gue beras lagi ada di Middle East deh kalau ngeliat lo” danish menarik masker yang dikenakan oleh Abil

            Gravity memberikan tatapan tajamnya kepada danish, seenak saja dia berani menyentuh sesuatu yang sudah Gravity tetapkan. Tapi kali ini danish tidak mengalah, boleh danis akui kalau visual Abil memang menarik, bahkan sangat menarik. Danish dan dede bahkan beberapa kali merasa terpukau dibuatnya, apalagi kalau Abil sudah mengenakan jilbab. Kalau kata Ramadan si, menyejukan hati.

            Abil melemparkan pensilnya kesal, sedari tadi Gravity tak henti-hentinya memandangi Abil dengan tatapan posesifnya. Dan kenapa pula ia harus menuruti perintah konyol Gravity? Papah dan Abangnya saja tidak masalah kalau Abil menggenakan celana pendek, kenapa Gravity malah kelewatan repot? Abil meniup poninya yang menghalangi pandangannya, ia menatap ketiga temannya secara bergantian.

“padahal Abil udah beberapa kali mencoba untuk tidak membenci teman-teman Abil. Tapi waaaah, Abil terlanjur benci sepertinya”

“udah nyampe mana Bil gmbarnya? Sini Pangeran Danish bantu” danish mengambil pensil yang sudah Abil lemparkan dan mencoba membulak-balik buku gambarnya dengan seksama mencari dimana letak kesalahan yang perlu Abil perbaiki

“mmm….mmmmm….mmmmm..mmmm” dede menggelengkan kepalanya ia melihat sesuatu yang janggal dari kasus kali ini

“berhenti akting kalau lo detektif dede” baru saja dede akan membuka mulutnya, tapi peringatan dari Gravity membuat dede mengurungkan niatnya

“Abil lanjut nanti aja ngerjainnya, ini malah jadi gak fokus kalau kalian gini terus” Abil menekuk wajahnya dongkol. Padahal ia masih harus menyelesaikan 2 gambar lagi, tapi karena teman-temannya ia jadi tidak bisa fokus kembali. Seharunya tadi Abil tidak mengizinkan ketiganya masuk kalau endingnya akan membuat Abil kembali menunda pekerjaannya

good choose, gue bawa kartu ridge nih. Main poker gimana?” graivty mengangkat kotak kecil berbentuk segipanjang yang ternyata sudah sedari tadi ia bawa disaku celana sekolahnya. Gravity dengan segala persiapannya memang bukan main. “buat hukumannya kita tentuka setelah setiap permainan berakhir” Gravity menjelaskan peraturan permainnya

            Selama putaran pertama permainan, seluruh pemain masih dalam kondisi yang santai tanpa beban. Bermain poker bukan hanya membutuhkan strategi tapi juga melatih kita mengingat kartu apa saja yang sudah terbuang sehingga dapat mengetahui kemungkinnan kemenangan kita, ditambah ekspresi wajah. Bagi seorang Gravity yang sangat lihai menyembunyikan raut wajah tentu sangat menguntungkan, para pemain lawan tidak bisa mengetahui kartu seperti apa yang dimilik oleh gavity.

            Berbeda dengan dede yang akan langsung memperlihatkan wajah kesalnya ketika kartu yang ia dapat tidak sesuai dengan harapannya. Semua orang dapat melihat itu dengan jelas, dede gampang sekali untuk panik sehingga Abil dan danish senang sekali membuat dede mati langkah.

“ARRRGH, kok lo gak bilang-bilang punya kartu empat? Ini poker gue belum keluar satu pun” Gravity tertawa puas melihat ekspresi kesal dede karena permainan berbalik.

            Kalau ada salah satu pemain mengeluarkan kartu empat maka permainan yang semula saling berlomba dengan angka yang besar maka akan berubah menjadi sebaliknya, mereka harus melayaninya dengan kartu dibwaha nomilan yang dibuang sebelumnya. Dan poker adalah angka terbesar dalam permainan ini, yaitu angka 2.

            Boom, Gravity melongo melihat hasil akhir dari permainan pertama mereka. Ini si namanya senjata makan tuan, Gravity yang mengeluarkan kartu empat tapi dia yang mengalami kekalahan. Semua pemain sepakat kalau orang yang kalah untuk pertama kali akan memakai helm dengan posisi terbalik. Gravity menggerutu kesal saat melihat danish menertawakkannya dengan keras, kapan lagi ia melihat Gravity seperty ini.

            Putaran kedua sungguh membuat sisi kompetitif Gravity naik drastis, bagaimana bisa ia kalah dipuaran pertama permainan anak  ini? Gravity bahkan sudah bisa memenangkan uang lewat permain ini saat masih duduk di kelas 5 SD, tidak patut dicontoh? Memang, dan jangan pernahmencobanya, hanya Gravity seorang yang bisa melakukan sesuatu seperti itu.

            Kalah dua kali berturut-turut, Gravity mendapat tambahan guling diatas helm yang telah digunakannya. Beruntung karena putaran ketiga yang mendapatkan hukuman adalah danish, ia memakai helm karena baru pertalunggu mereka, ma kali kalah. Untuk melepaskan hukuman yang telah membelunggu mereka , maka mereka harus menang dengan dua kali berturut-turu untuk melepaskan satu hukuman, kalau mereka menang sekali lalu setelahnya kalah kembali, makan presentasenya kembali ke nol.

            Puataran keempat dede harus mendapatkan bagian  yang sama yaitu memakai helm. Abil menertawakan ketiga temannya yang sudah mengalami kekalahan. Ia memamerkan kedua telapak tangannya guna mengejek kalau dia belum pernah mengocok kartu. Gravity menjitak kening gaids itu sedikit keras karena kesal melihat tingkah tengiknya.

            Permainan masih berlanjut hingga pada akhirnya semua pemain mengalami kekalahan. Mari kita review penampilan mereka setelah melewati beberapa putaran. Gravity memakai helm dengan guling diaasnya, ia harus setengah berdiri selama permainan berlangsung karena kekalahan keempatnya, ia juga memakai riasan bibir dan kedua sepatu yang menggantung dilehernya.

            Danish tidak jauh berebeda dengan Gravity, hanya saja ia tidak perlu menggantungkan sepatu dilehernya. Abil hanya berakhir dengan helm dan glinng yang ditaruh diatasnya. Dede adalah yang terparah, selain mengalami semua yang ada di Gravity dede juga harus terus mengigit sendok dan sepasang sumpit dikedua mulut. Hasil menunjukan aklau Abil berada diperingkat pertama, disusul danish dan Gravity juga dede yang berada diurutan akhir.

*****

“Gravity” Gravity terkejut bukan main saat tiba-tiba ia menerima tamparan dari sang Mamah

            Semua orang yang berada disuper market mulai berkerumun karena penasaran atas kejadian yang menimpa Gravity. Gravity bahkan tidak menyangka ia akan mendapatkan tamparan di depan umum seperti ini. Gravity memang pernah beberapa kali ditampar oleh earth, tapi kalau di depan umum ini adalah yang pertama kalinya.

“Mah?” hanya satu suku kata yang dapat Gravity ungkapkan, padahal dalam benaknya ada beribu-ribu kata tanya tentang sikap earth kali ini

“sebegitu butuhnya kamu sama uang?” pertanyaan dari earth menyirit tak menegerti

“maksudnya?” Gravity sungguh tidak mengerti kemana arah pembicaraan ini. Uang? Gravity butuh uang? Kalau Gravity boleh sombong, tanpa melakukan balapan pun Gravity masih bisa hidup tanpa sepeser pun uang dari Mamahnya kalau hanya untuk 2 tahun kedepan.

            Earth menunjukan percakapan anatar Galaksi dengan Bagas, earth membiarkan Gravity membacanya dengan seksama. Setelah ia rasa kalau Gravity memahaminya, earth memasukan kembali ponsel berwarna biru itu kedalam tasnya. Gravity tersenyum miring membaca isi percakapan tersebut.

“aku? Jadiin marven bahan taruhan?” Gravity menaikan sebelah alisnya, ia tidak menunjukan rasa takut sama sekali. Karena kali ini Galaksi sudah keterlaluan

“mau sampai kapan si Mah, Mamah dibohongin anak kesayangan mamah itu? Mau sampai kapan?” Gravity tidak menaikan intonasi, malah ia melakukan sebaliknya. Ia mencoba berbicara dengan suara yang sangat rendah

            Abil menyimak semua pembicaraan antara Gravity dan earth. Ia melihat laki-laki yang mengenakan kaos hitam tanpa lengan itu kini tengah dikerumuni banyak orang. Bahkan tindik yang selalu Gravity pakai itu terlepas dari daun telinganya ketika earth menampar Gravity untuk yang kedua kalinya.

“aisssh… Tante maaf ya Abil ambil dulu gravnya. Abil suruh beliin stroberry milk tapi malah asik ngobrol, maaf ya tante” tanpa menunggu persetujuan Abil menggandeng Gravity menjauh dari kerumunan yang sedari tadi sibuk menonton perdebatan mereka.

            Selama sepuluh menit perjalanan mereka lalui dengan tidak bersuara sama sekali. Jalanan kompleks yang sepi sungguh mendukung suasananya, membuat Abil semakin canggung untuk memulai percakapan karena graviy yang masih setia memasang wajah menyeramkan, setidaknya itu menurut Abil.

“maaf kalau tadi Abil lancang menyela percakapan anatara grav sama tante erath” akhirnya Abil memberanikin diri untuk memulai percakapan terlebih dahulu

“gue gak apa-apa Abil. Jadi sekarang lo bisa masuk rumah dengan tenang. Ini udah malem” Abil mengedipkan kedua matanya beralaga imut setelah mendengar Gravity yang masih perduli dengannya walau ia masih diselimuti rasa marah

“gue besok gak bisa nganter lo, tapi gue usahain buat jemput lo” Abil mengerutkan kening tak mengerti, “gue di skors, tiga hari” Gravity mengerti raut wajah Abil

“woaah tante earth bener-bener daebak[1]. Grav di skors tapi Galaksi enggak?” Abil memejamkan matanya kesal, kenapa earth selalu seperti ini kepada Galaksi? Rasa sayang macam apa itu?

*****

            Galaksi sudah sebisa mungkin mencoba mengabaikan panggilan dari ponselnya itu, tapi sang penelon sungguh sangat keras kepala. Galaksi melirik layar handphonenya, “Key Alcantara”. Galaksi memutar bola mata malas, ia sedang malas meladeni gadis bawel itu.  Ia sudah cukup lelah hanya karena kabar dari temannya Bagas dan sekarang ia akan semakin lelah mendengar ocehan gadis ini.

“lama banget angkatnya. Keliatan jelas ngehindarin Abil” apa Galaksi bilang, ia bahkan belum sempat mengucapkan hallo tapi gadis itu disebrang sana sudah menyemprot dirinya

what’s wrong?” walaupun Abil tidak mahir berbahasa Inggris tapi Galaksi rasa Abil akan paham perkataannya.

“besok Abil tunggu trakirannya ya Galaksi” Galaksi menjauhkan ponsel dari telinganya, ketika mendengar suara Abil yang dibuat semanis mungkin oleh anak itu

“besok Abil pake bandi warna biru dongker, tidak menerima penolakan tapi menerima cashback” Galaksi menatap malas layar handphonennya yang kembali menghitam. Abil memutuskan panggilannya secara sepihak, dasar tidak tahu malu.

[1] Luar biasa

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status