Mempunyai Papah yang sangat menyayanginya juga seorang Adik yang sungguh menggemaskan dan sangat menghormatinya saja sudah membuat Sagara bersyukurbukan main. Pasalanya ia adalah orang asing, senormal dan semurni apapun kasih sayang yang diberikan Daniel padanya tidak akan mengubah fakta kalau Sagara bukan anaknya.
Melihat Abil dan Papahnya menghabiskan waktu semalaman membuat Sagara merasa bersalah kepada Abil. Mengingat Abil yang tidak pernah mengetahui bagaimana sosok Mamahnya. Kirana, semua anggota keluarga sepakat untuk tidak membawa nama itu kepermukaan apalgi menjadikannya topik pembicaraan sebelum Daniel sendiri yang mengatakannya terlebih dahulu. Dan sekarang setelah hampir 16 tahun Daniel sendiri yang mulai mengatakan fakta yang sebenarnya.
“kamu ada kerjaan diluar Dan?” pertanyaan kalia membuat seisi meja makan menatapnya. Kalia menghembuskan nafasnya kasar “Ibu mau bicara sama kamu” seakan janjian, Daniel, Abil dan Sagara menganggukan kepalanya secara serentak
“Abil hari ini diantar Abang aja” Daniel tersenyum simpul mendengar penuturan Abil
“nanti abang anterinnya ke tempat karoke tapi” Abil memakerkan deretan gigi putihnya, ia memasang wajah tengil membuat siapapun yang melihatnya merasa ingin membantingnya ke dasar jurang
“Sagara, nanti kamu langsung aja kirim Abil ke rumah orang tua aslinya” ucapan Daniel dihadiahi Abil dengan kerutan didahinya
“si-a-pa?” Abil menatap Daniel denga penuh selidik
“iya Pah, tukang jualan cangcimeng yang urmahnya dibelakang sekolah Gara dulu kan?” tanya Sagara yang segera dijawab Daniel dengan anggukan kepala dan acungan jempol membuat Abil memanyunkan bibirnya kesal.
“mana ada anak cangimeng sebeauty Abil” Abil mengibaskan rambutnya sombong
Sagara memberi rekasi seolah-olah dia mau muntah “keracunan pd nya Abil” Sagara menajuhkan piringnya yang telah kosong dan dibalas oleh acungan jari tengah Abil
“lagian iu rasis ih, emang anak cangcimeng gak boleh cantik?” kini giliran kalia yang membuka suaranya
“eeeyyt, ini satu rumah kompak banget mendzolimi Abil yang manis ini” mendengus kesal mendengar semua anggota keluarganya, ia mengangkat pisau yang sedang ia pegang, memberi peringatan untuk berhenti mengolok-ngoloknya.
*****
Daniel tersenyum melihat putra dan putrinya yang sudah mulai mengabur dari pandangannya karena jarak yang semakin jauh. Bagi seorang Ayah tunggal seperti Daniel, melihat kedua anaknya tumbuh dengan baik saja sudah membuatnya begitu bersyukur, apalagi kalau mengingat semua perjuangannya. Rasanya semua lelah dan peluh Daniel terbayar sudah.
“Ibu denger obrolan kamu sama Abil” Daniel menoleh melihat sang Ibu yang berjalan mendekat kearahnya, ia hanya menjawabnya dengan senyuman. “jadi, kamu udah putuskan buat memberi tahu Abil semuanya?” pertanyaan kalia dijawab gelengan kepala oleh Daniel
“aku belum tau Bu, aku masih takut kalau perkataan Abil akan melukai hati Kirana nantinya” jawab Daniel
“Lah? Bukannya yang Kirana lakukan juga membuat hati cucu Ibu terluka?” pertanyaan sekaligus sindiran kalia ini mampu membuat Daniel menggeleng keras
“bukan gitu Bu, aku cuman takut kalau pada akhirnya mereka akan saling menyakiti satu sama lain. Lebih baik aku diam aja sampai Abil bilang kalau ia memang mau mengetahui segalanya”
Kalia menghela nafas malas mendengar jawaban dari putranya tersebut, Daniel dan seluruh cintanya bagi Kirana “kamu yang harusnya lebih ngertiin posisi Abil, bagaimana kalau misalnya Abil tutup mulut selama ini bukan karena tidak ingin tau tapi karena dia tau kalau kamu yang belum menerima kalau Kirana memang pergi meninggalkan kamu” kalia sudah terlalu bosan melihat Daniel yang terus-terusan menyimpan rapat fakta ini.
“kamu juga tau kan dimana selama ini Kirana berada?” Daniel mengangguk pasrah menjawab pertanyaan kalia.
Zaman sudah semakin canggih, semua hal dipermudah, termasuk untuk menemukan seseoramg. Dan Daniel punya kekuatan yang cukup kalau hanya untuk melacak keberadaan Istrinya tersebut. Kalia yakin selama ini Daniel tahu dimana dan bagaimana keadaan Kirana, hanya saja ia memilih untuk diam.
“Buuu, jangan bahas soal Kii lagi ya. Daniel gak mau maksa Kii buat balik sama Daniel lagi. jadi udah, biarkan Daniel dengan kehidupan Daniel dan Kiirana dengan kehidupannya yang sekarang” setelah mengatakan semuanya Daniel beranjak pergi masuk kedalam rumah
“jangan bodoh Daniel, Ibu bahkatn tau nominal uang yang kamu transfer ke rekening milik Kirana” kalia tersenyum sinis melihat Daniel yang menghentikan langkahnya “di Agama kamu, kamu wajibkan memberi dia nafkah selama tidak ada kata Talak diantara kalian?” ucapan kalia berlanjut dan semakin membuat Daniel terdiam kaku.
Daniel, stupid. Seharusnya lo sadar dengan siapa lo berhadaoan sekarang. Monolog Daniel dalam hati
Kekuasaan, dunia ini memang tidak adil. Bagi seseorang yang mempunyai kekuatan dan kekuasaan seperti Kalia, semua rahasia tidak pernah menjadi rahasia bagi wanita itu. Jangankan untuk menggali informasi dari Daniel, informasi yang cakupannya sulit pun wanita itu bisa dapatkan, apalagi ini hanya seorang Daniel.
Tangan Daniel mengepal keras, ia merasa kalau semua yang ia simpan diam-diam untuk menjaga kestAbilan keadaan keluarganya sia-sia. Kalia menatap Daniel dengan sorot mata tak bersahabat, kalia sudah muak melihat Daniel yang terlalu lemah hanya karena cinta. Kenapa Daniel harus memaksakan diri hidup menderita disini sedangkan Kirana tersenyum lebar disana tanpa perduli dengan seorang anak yang sudah ia tinggalkan selaam hampir 16 tahun ini.
“Ibu mau pulang, Caroline tadi pagi bilang buat minta ditemani sampai dia lahiran anak ke empat” ucapan kalia membuat Daniel ingin melayangkan protes, namun ertahan karena Kalia meberinya inerupsi supaya diam.
“kalau kamu gak mau maksa Kirana. Its ok, tapi ini bukan hanya tentang kamu. Ini berlaku juga bagi Sagara dan Abil. Kedua anak kamu” kalia menepuk bahu putranya memberi sedikit kekuatan bagi Daniel supaya ia mampu mengungkapkan semua kebenerannya.
*****
Daniel menatap Kirana dengan seksama, Kirananya maish sama. Sama seperti yang ia kenal dulu, tidak ada periubahan meski sudah melahirkan satu pangeran dan satu putri untuknya. Setelah melewatti proses persalinan yang cukup lama, Kirana beristirahat dengan sangat nyaman.
Daniel harus menyaksikan Kirana melawan mautnya sendirian demi untuk menyelamatkan putri mereka dan sekarang ia memandang gadis kecil itu dibalik kaca inkubator. Anaknya lahir dengan keadaan pre-mature dan mengharuskannya berda didalam sana dalam beberapa hari.
Tapi semua itu tidak menghalanginya untuk mengucap syukur beribu kali. Daniel bahkan bulak-balik sholat malam beberapa kali demi menyampaikan rasa terimakasihnya kepada Sang Maha Pengasih atas semua nikmat yang telah diberikan kepadanya dan keluarga kecil miliknya.
**********
“Papah” Daniel tersenyum melihat putranya berlari mendekat kearahnya, ia membawanya kedalam pangkuannya membuat anak itu menenggelamkan wajahnya dibalik lehernya
“kenapa sayang? Hmmm?” tanya Daniel kepada Sagara kecil
Daniel dibuat bingung oleh sikap Sagara kini, kenapa anaknya itu berlinang air mata? Dan kenapa bisa ia keluar dari kamar rawat Kirana sepagi ini. Daniel baru pulang dari sholat subuh dan ia melihat anaknya berkeliaran sendirian dijam seperti ini. Bahkan, matahari saja belum menampakan dirinya.
“Mamah gak ada diruangannya” ucapan lirih Sagara tidak terdengar jelas ditelinga Daniel.
“Mamaah, mamah gak ada. Setelah aku bangun, mamah udah gak ada Papah” Sagara menangis membuat Daniel semakin takut kalau apa yang sedang ia pikirkan sekarang memang sedang terjadi
“kamu tenang dulu ya, jagoan gak boleh nangis. Harus kuat” Daniel mencoba menenangkan sagar erlbeiih dahulu, padahal jantungnya sudah berdeub kencang tak karuan
Daniel membawa Sagara kembali menuju ruang rawat Kirana, dalam hatinya Daniel tak henti-hentinya berharap kalau apa yang Sagara katakan itu bukan sebuah kebenaran. Sagara hanya kaget melihat Kirana yang tidak ada diranjang setelah bangun tidur, padahal Kirana hanya buar air ke kamar mandi, atau sedang mengambil wudhu.
Tapi harapannya musnah, Kirana tidak ada dikamarnya, bahkan di kamar mandi pun. Daniel ingin bergeas mencari keberadaan istrinya tersebut tapi ia tidak ingin membuat Sagara semakin panik. Ia memilih menidurkan Sagara terlebih dahulu, Daniel akan mencari Kirana setelah anaknya itu tertidur kembali.
“Papah, cari Mamah. Kasian, Mamah belum ketemu Adik” Daniel tertegun mendengar penuturan putranya itu, Sagara masih berusia 6 tahun, tapi anak itu sudah memiliki pemikiran yang dewasa. Daniel benar-benar dibuat kagum oleh Sagara, Kirana mendidik anaknya itu dengan sangat baik.
Daniel sungguh berharap kalau Kirana idak benar-benar meninggalkannya. Ini baru 7 hari setelah ia melahrikan, Kirana tidak mungkin meninggalkannya dengan seorang anak yang bahkan belum Kirana lihat secara langsung. Daniel dan Kirana berjanji akan memilihkan nama bagi anak mereka bersama.
“Abiiiil” Abil meringis lagi dan lagi. Semua teman-temannya kembali menertawakan Abil. Saat ini Abil sedang praktik membongkar dan merakit kembali Gardan atau Differential. Tapi ini sudah yang ketiga kalinya Abil masih saja tidak bisa merakitnya kembali, semua urutan yang Abil hafalkan ketika melihat teman-temannya praktik sekarang mendadak terbang bagaikan abu.Abil melempar kunci yang sedang ia genggam “semester depan Abil mau pindah jurusan aja”“heh, jangan main lempar-lempar aja. Itu punya sekolah” Pak Irfan memberi pelototan kepada Abil Abil memalingkan wajahnya malas. Rasanya Abil ingin protes saja kepada Papahnya, kenapa nama Abil dimulai dari huruf S? nomor urut absen Abil jadinya kedua dari belakang setelah dibawahnya ada Wahyu yang berawal dari huruf W. Gara-gara nomor absen Ab
Abil kecil berlarian mengelilingi taman mencari dimana Gravity kecil bersembunyi. Gadis kecil itu terlihat sangat lucu dengan gaun merah selutut yang ia kenangan, sangat kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Rambut hitamnya dicepol rapih dengan poni yang menutupi keningnya membuat siapa saja pasti akan langsung jatuh cinta pada gadis kecil ini. “Graav, Abil cape ah. Mau duduk aja, ndak mau cari Grav lagi” Abil mendudukan dirinya ditengah-tengah taman tanpa memperdulikan pakaian yang akan kotor“sini aku bantu, jangan dudk disini kotor” Abil melihat uluran tangan dari seorang anak yang juga sedang bermain ditaman tersebut, dengan cepat Abil menggeleng keras “Abil gak mau berdiri kalau bukan Gravity yang bantu” Abil memalingkan wajahnya“aku Galaksi, adiknya Gravity. Jadi kamu udah bisa berdiri” Ga
Disclaimer : it’s gonna be a special part for G>ernyata, selain jago di arena balap Gravity juga sangat bisa diandalkan dalam urusan masak-memasak. Bahkan masih ada beberapa hal lagi yang membuat Galaksi terkesan pada Gravity. Bagaimana tidak, Gravity memasakan Galaksi bubur dan juga menyiapkan keperluan untuk membersihkan diri Galaksi.Dengan telaten Gravity menyuapi Galaksi, walaupun anak itu masih kukuh menolak dan mengkalim kalau dirinya bisa makan sendir, tapi Gravity menulikan telinganya. Kali ini Galaksi tidak jauh berbeda dari Abil yang sedang sakit.Banyak sekali rengekan yang keluar dari bibir adiknya itu. Buburnya kurang asin, kepanasan, harus pake kerupuk lah, kecap lah. Kalau Galaksi berpikir dengan seperti itu Gravity akan mundur dan membiarkannya makan sendiri, Galaksi salah. Rengekan yang keluar dari mulut Abil lebih dari ini, Gravity sudah terbiasa akan hal tersebut.Setelah memaksal Gala
Jam dinding dikamar milik Galaksi sudah menunjukan pukul dua dini hari, tapi ia masih belum tertidur barang lima belas menit pun. Rasa pusing yang semula menyerang kepalanya kini berkembak biak, bukan hanya nafasnya yang semakin sesak, tapi sekujur tubuhnya pun mengalami sakit. Semakin ia abaikan, rasa sakitnya semakin menjadi-jadi. Seingat Galaksi, ia tidak pernah mempunyai riwayat penyakit yang akan menyebabkanya sesakit ini. Mentok-mentok ia tifus diakhir taun, itu pun tidak separah ini. Seluruh badannya ngilu-ngilu, bahkan keringat dingin membanjiri badannya. Ingin sekali Galaksi meminta bantuan Mamahnya, tapi Earth tidak ada dirumah. Earth bilang kalau dia harus menyelesaikan pekerjaannya, dan kemungkinan pulangnya dipagi hari. Meminta bantuan Gravity? Tidak, lebih b
Gravity menghela nafas terlebih dahulu mempersiapkan diri untuk memasuki club malam yang biasanya ia kunjungi bersama Bagas. Sebenarnya Gravity sudah hampir enam bukan ia tidak lagi menginjakan kakinya ditempat ini dan sekarang Gravity kembali untuk menjemput Bagas. Kalau mengingat perlakuan Bagas terhadapnya beberapa hari terakhir ini sungguh membuat Gravity marah. Tapi, ia juga tidak bisa dengan tega membiarkannya kesulitan. Apalagi setahu Gravity, orang tua Bagas cukup disiplin. Mengetahui Bagas yang berkecimpung di dunia balap saja sudah membuat orang tuanya marah besar apalagi melihat kondisi Bagas yang pulang dengan keadaan mabuk. Bukan maksud Gravity menyembunyikan sifat atau kelakuan Bagas yang bisa dibilang tidak baik, hanya saja Gravity percaya kalau suatu saat,
Akhirnya Gravity bisa membawa Bagas ke kamar hotel setelah perjuangan yang menyebabkan bahunya kesemutan. Bagas tidak ada henti-hentinya meracau, Gravity bahkan menjadi pusat perhatian orang karena suara Bagas yang cukup keras. Ia membanting tubuh Bagas ke atas kasur, membuka sepatu yang dikenakannya dan juga melepaskan ikat pinggangnya. Ia tidak ingin kalau hal tersebut akan menganggu tidur Bagas.“Graav” Gravity memutar bola matanya malas mendengar panggilan dari Bagas“Graav, lo masih disni kan?” Gravity hanya menajwab pertanyaan Bagas dengan anggukan kepala saja, walau pun ia tahu kalau Bagas tidak akan melihatnya“Graav? Lo gak akan ninggalin gue demi si Abil lagi kan?” ucapan dari Bagas kali ini sukses membuat Gravity menghentikan aktivitasnya“lo tahu seberapa tersiksanya gue? Hah?” oke, sepertnya Gravity hanya perlu mendengarkan racau
Sinar matahari menyeruak masuk menembus jendela kamar hotel. Tapi walaupun begitu Gravity masih asik terlelap dipelukan Bagas padahal handphone Bagas sedari tadi terus berdering tapi hal itu tidak membuat mereka terusik, Gravity malah semakin meneggelamkan wajahnya dibalik badan Bagas, membuat Bagas semakin memper erat pelukannya. Bagas adalah orang pertama yang membuka matanya, ia tersenyum melihat Gravity yang terdur dipelukannya bak putri tidur. Rasa kesal da cembutu yang beberapa hari belakang ini terus membuatnya merasa tak nyaman kini hilang entah kemana setelah kejadian semalam, tidak maksud Bagas adalah kejadian pagi tadi. Mereka terpaksa harus bolos sekolah karena jam sudah hampir menunjukan pukul sebelas siang yang artinya mereka sudah terlambat hampir lima ja
Abil memasuki rumahnya dengan raut wajah bahagia, bahkan senyuman manis tak luntur dari wajahnya membuat Sagara yang sedang menonton tv terheran melihat kelakuan adiknya itu. Sagara jadi penasaran hal apa yang terjadi diantara Abil dan Galaksi. Pasalnya, setau Sagara hubungan Abil dengan marven tidak terlalu bagus. Dari pada akur mereka lebih sering bertengkar dan berselisih, maka dari itu Sagara khawatir dan penasaran dalam waktu yang bersamaan. Setelah selang beberapa menit, akhirnya Abil kembali keluar dengan pakaian santai khas dirinya. Ia memakai jumpsuit berwarna lilac selutut dan kaus hitam croptee yang semakin membuatnya menawan, Abil juga mencepol rambutnya asal. Seperti biasa, tentunya anak itu tidak lepas dari warna ungu, begitupun pula dengan sneakersnya. Sagara dapat melihat dengan jelas kalau Abil tersenyum setelah meliha
Gravity membuka matanya, tatapannya kosong. Setelah merasa kalau Abil sudah meninggalkan ruangan ini ia baru berani untuk membuka matanya. Dan sialnya, apakah harus terus-terusan langit-langit polos ini lagi yang menjadi pemandangan pertama untuk Gravity lihat? Jujur saja, ia sudah sadar dari saat Abil mulai bernyanyi. Bahkan ia dapat mendengar jelas semua keluh kesah gadis itu, termasuk oercakapan Abil dengan Mamahnya. Bagaiamana gadis itu mencoba membujuk Earth untuk membawa Gravity ikut serta, dan bagaimana Earth dengan tanpa pikir panjang menolaknya. Ini bukan oertama kalinya Gravity diperlakukan demikian, ia sudah tidak perlu lagi khawatir atau pun merasa sakit hati seperti saat ini. Penolakan adalah hal yang selalu ia dapatkan. Jangankan ketika Gravity meminta
Ternyata, menunggu seseorang untuk sadar sepenuhnya dari pengaruh alkohol bukan perkara yang mudah. Hampir satu jam lamanya Abil senantiasa menunggu Gravity untuk terbangun dari tidur panjangnya. Mati-matian Abil menahan dirinya untuk tidak melempar Gravity dengan tepung terigu yang kemarin Abil gunakan untuk membuat cireng yang gagal. Kalau saja menenggelamkan orang ke teluk alaska adalah perbuatan terpuji, maka saat ini Abil mungkin sudah dapat piala oscar. Hati Abil terus meneriakan kata umpatan untuk gracity karena tak kunjung sadar. Ia ingin segera bertanya kepada Gravity kenapa anak itu tidak meracau semalam padahal Gravity berada dibawah pengaruh alkohol.“kalau Abil nusuk-nusuk jari Gravity pake jarum, Abil dapat pahala gak yah?” ucap Abil dengan lesu
“ini anak siapa anjir? Kenapa datang ke klub pake baju tidur?” Abil semakin menyembunyikan dirinya dibalik punggung Sagara. Kalau bukan karena ia dapat panggilan dari seseorang yang mengatakan kalau Gravity mabuk berat, Abil ogah deh harus keluar malam-malam begini.“kamu tunggu di mobil aja gih. Abang sendirian aja, dari pada kamu diliatin banyak orang” ini sudah kesekian kalinya Sagara meyakinkan Abil supaya mau menunggu dimobil, dan membiarkan Sagara saja yang turun tangan. Bukannya menurut, Abil malah melangkah maju kedepan. Ia mengibaskan rambutnya kebelakan dan mencepol rambutnya asal-asalan. Abil berjalan mendahului Sagara dengan percaya dirinya, berbeda dengan sebelumnya. Sudah terlanjur menjadi pusat perhatian sejak dari park
Hawa yang Gravity rasakan saat pertama kali adalah ketegangan. Dapat ia lihat dengan jelas sorot mata memerah milik adiknya memandang Mamahnya dengan penuh tanya. Galaksi menghempaskan tangan Earth ketika wanita setengah baya itu mencoba meraih pergelangan tangan milik anak bungsunya.“Sayang, dengerin penjelasan Mamah dulu. Mamah punya alasan kenapa Mamah sembunyiin fakta ini. Selama ini juga Mamah mencoba mencari waktu yang tepat untuk membicarakan hal ini sama kamu” Gravity memalingkan wajahnya ketika melihat Earth yang begitu ketakutan melihat Galaksi yang marah kepadanya. Ia tidak pernah mendapatkan tatapan penuh ketakutan seperti itu dari Mamahnya. Bahkan ketika Gravity memilih untuk meninggalkan rumah berhari-hari, Earth tidak pernah sekhawatir itu.“but it’s hurting me more. Ini tentang kes
“uncle, kalo nanti Abil jadian sama Diva gimana?” Radit yang sedang minum langsung tersedak seketika mendengar pertanyaan dari Abil. Ia memandang Abil dengan wajah kagetnya. Tapi Abil membalas tatapan Radit dengan wajah tak mengerti.“kenapa?” tanya Abil“kenapa kata lo? Heh, yang bener aja lu. Abil kan udah nenek-nenek, anak uncle masih perjaka ting-ting” jawba Radit sedikit menahan rasa kesalnyaPlak, Daniel memukul kepala belakang Radit menggunakan majalah yang ia bawa “nih, kemarin Papah dapat majalah yang covernya Isco” Daniel memberikan majalah yang tadi ia gunakan untuk memukul kepala Radit kepada Abil. Ia mengabaikan Radit yang sudah terlihat seperti ingin menikamnya. Radit memandang Sagara dengan kode meminta bantuannya tapi hanya dibalas gelengan kepala oleh a
Bertemu dengan seorang Radit Rahrja di situasi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi Sagara. Laki-laki yang akrab disapan dengan panggilan Uncle tersebut mempunyai sifat seperti Abil, sama-sama hyperaktive dan to much talking.“Uncle, Abil kan udah tidur nih, bisa kali diganggunya besok aja” ini sudah kali ketiga Sagara mencoba memberi saran kepada Radit, tapi tak ditanggapi apa pun oleh laki-laki tersebut. Bak angin berlalu, omongan Sagara tidak ada arganya di telinga Radit. Dengan niat jahilnya Radit masih saja menepuk-nepuk pipi Abil dengan tujuan supaya gadis itu terbangun dan menangis karena tidurnya terganggu. Sebagai seorang ayah, Daniel pun tidak bisa memberitahu Radit untuk tidak menganggu putrinya itu. Radit se
Menghabiskan waktu seharian dengan bermain-main cukup menguras tenaga Abil, walau pun ada beberapa insiden yang sepertinya menjadi memori yang menyebalkan. Kakinya dan tubuhnya terasa begitu sangat pegal. Alhasil sekarang Abil hanya bisa duduk terdiam seolah-olah raga sukmanya sedang beterbangan kesana kemari. Keadaan di mobil juga cukup tenang, hanya ada suara radio yang menemani perjalanan mereka. Galaksi memejamklan matanya dengan damai, Bagas menyumbat kedua telinganya dengan headphone, dan Gravity sedang fokus menyetir. Sagara meminta Gravity untuk membawa mobil terlebih dahulu dan membiarkan Sagara beristirahat sebelum ia kembali unuk menyetir sampai ke tujuan.“aaah bete. Masa Abil gak bisa karokean” Abil masih bisa melayangkan protes walau pun s
Potret keluarga yang menampilkan Daniel, Sagara dan Abil memenuhi seisi ruangan dengan berbagai macam pose dan gaya. Tapi sayangnya tidak terlihat potret yang mengabadikan momen pernikahan Daniel dan Kirana. Saat mengetahui kalau Kirana meninggalkan Daniel dan Abil yang baru berusia tujuh hari, Daniel telah memutuskan untuk tidak memajang foto dari wanita yang saat ini masih memenuhi ruang di hatinya itu. Bukan karena ia sudah melupakan atau pun membenci Kirana, Daniel hanya belum siap untuk bercerita kepada Abil. Ia takut kalau saat ia menceritakan kepada Abil kalau Kirana pergi meninnggalkan mereka disaat kulit Abil masih memerah.“masih bucin aja lo sama si medusa” Daniel menatap tak percaya keberadaan seseorang yang sangat ia kenal itu berada dihada
Berbeda dengan sebelumnya, sekarang Abil terlihat sangat bahagia dan seolah-olah kejadian tadi tidak pernah terjadi. Tapi anak itu tidak lepas dari tangan Gravity, kemana pun Gravity pergi Abil senantiasa mengikutinya. Sejak memasuki wahana rumah hantu ini Abil tidak henti-hentinya berteriak. Bukan berteriak ketakutan, melainkan kesenangan. Anak itu tidak ada takut-takutnya, setiap kali ada hantu yang muncul Abil akan dengan senang hati menghampirinya dan mengajak mereka bersalaman dengan alasan tak kenal maka tak sayang.“nanti ajak Abil ke rumah yang isinya pocong semua ya cong. Jangan malu-malu, nanti Abil bawain Pepsi” ucap Abil setelah mengajak salah satu pocong yang muncul untuk menghantui mereka. Pocong tersebut terlihat cukup terkejut melihat re