Abil memasuki rumahnya dengan raut wajah bahagia, bahkan senyuman manis tak luntur dari wajahnya membuat Sagara yang sedang menonton tv terheran melihat kelakuan adiknya itu. Sagara jadi penasaran hal apa yang terjadi diantara Abil dan Galaksi. Pasalnya, setau Sagara hubungan Abil dengan marven tidak terlalu bagus. Dari pada akur mereka lebih sering bertengkar dan berselisih, maka dari itu Sagara khawatir dan penasaran dalam waktu yang bersamaan.
Setelah selang beberapa menit, akhirnya Abil kembali keluar dengan pakaian santai khas dirinya. Ia memakai jumpsuit berwarna lilac selutut dan kaus hitam croptee yang semakin membuatnya menawan, Abil juga mencepol rambutnya asal. Seperti biasa, tentunya anak itu tidak lepas dari warna ungu, begitupun pula dengan sneakersnya. Sagara dapat melihat dengan jelas kalau Abil tersenyum setelah meliha
Prosopagnosia atau face blindness bisa disebabkan oleh kelainan genetik atau masalah pada otak yang berfungsi untuk mendeteksi dan mengingat wajah. Penderita kondisi ini umumnya akan sulit mengenal dan membedakan wajah orang lain, baik yang belum atau sudah dikenalnya. Galaksi tidak dapat mengenali wajah seseorang dengan baik. Maka dari itu, orang-orang disekitarnya memakai sesuatu yang sama secara terus menerus. Contohnya, untuk mengetahui identitas sang Mamah, Earth selalu mengenakan kalung berliontin serigala supaya anak bungsunya itu bisa mengenalinya. Abil selalu memakai bando, Gravity dengan tindiknya dan bagas dengan band captain di lengan kanannya sebagai ciri identittasnya didepan Galaksi. Alasan Galaksi sealalu menunduk adalah karena dia tidak bisa mengenali orang-orang disekitarnya. Ia tidak suka film mau pun olahra
“Life doesn’t allow us to go back and fix what we have done wrong in the past, but it does allow for us to live each day better than our last” Semua orang yang berada di ruangan besar tersebut bertepuk tangan dengan meriah setelah melihat penampilan memukai dari kontestan termuda di lomba kali ini. Para juri bahkan memberikan standing aplouse melihat kemampuan yang sangat brilian dari Marven Galaksi Prakasa, di usianya yang masih sangat muda tapi keterampilannya sungguh luar biasa. Galaksi tersenyum melihat reaksi yang diberikan orang-orang di ruangan besar ini. Ayahnya berada diantara ratusan orang yang sedang bertepuk tangan itu. Ia membayangkan senyuman bangga yang akan diberikan Ayahnya, pelukan dan juga ucapan selamat
WARNING : ini spesial part Galaksi,Gravity sama Abil. enjoy the read Selalu seperti ini, setelah ia tidak bisa melihat dengan jelas semua orang disekitarnya. Ia pasti akan terbangun di ruangan serba putih dengan bau-bauan khas dan juga seragam pasien. Galaksi menghitung dalam hatinya, enam, ini kali ke enam ia mengalami hal serupa. Tertidur dan bangun distiuasi yang sama seperti sekarang. To be honnest, Galaksi sudah cukup muak dengan kondisinya yang sekarang karena terus-terusan harus berurusan dengan dokter dan Psikiater. Setelah kejadian beberapa tahun lalu yang menimpanya, ia terbangun dengan kondisi seperti saat ini. Tidak bisa mengenali wajah seserorang. Kesedihan Galaksi tidak berakhir sampai disana, ia bahkan dipaksa menerima kabar ka
“kamu gak bisa keluar jauh dari pengawasan Dokter Sandi sayang. Kamu harus tetap dalam jangkauannya” Earth mengusap lembut lengan Galaksi mencoba memberikan kekuatan lewat usapannya “tapi kenapa Mah? Aku udah sehat kok. Aku keluar sama Gravity, sama Abil sama Bagas. its gonna be okay, you don’t have to worry” ini sudah kesekian kalinya Galaksi meyakikan Mamahnya agar mengizinkannya pegi berlibur bersama Abil “Mamah jadi penasaran deh, kamu sama Abil ada apa? Kenapa tumben banget mau liburan bareng Abil. Apalagi ini ada Gravity. Biasanya juga anti banget” tanya Earth penasaran dengan Galaksi yang ngotot meminta izinya Galaksi menghela nafasnya “enggak gitu, ini ada Bagas. Aku cuman mau ke dufan, aku belum pernah ke dufan” “sama Mamah, gimana? Gak harus sama Abil” Earth menawarkan win-win solution “no, that’s not funny. I need my space, Mom” ucap Galaksi putus asa “emangnya aku kenapa si? Tumben banget Mamah kaya gini
Perjalanan menuju ke Jakarta kali ini cukup leluasa, mungkin karena mereka berangkat dihari kerja. Biasanya kalau Sagara mengecek cabang restaurant mereka yang berada di Jakarta, jalanan sungguh padat luar biasa. Mungkin kali ini Tuhan mengizinkan mereka untuk bersenang-senang, walau pun harus memalsukan surat izin ke sekolah. Memang dasar anak-anak laknat. Mereka pikir sekolah itu milik ibu bapak mereka dan SPP dibayar pakai cinta dan ucapan rindu.Sejak perjalanan Abil tak henti-hentinya menyakikan beberapa lagu dan membuat telinga Sagara memerah padam karena bosan. Gravity dan Bagas yang asik bercengkrama dan bermain game di ponsel, juga Galaksi yang asik dengan dunianya sendiri. Anak itu hanya membaca buku dan tidak berbicara sama sekali, ia hanya berdehem saja untuk menanggapi pertanyaan-pertenyaan ringan dari orang-orang disekitarnya.“kali ini Abil nyanyi lagu apa ya enaknya?” Sagara
Ini sudah tiga puluh menit sejak Galaksi meminta kepada Sagara untuk mampir ke salah satu Rumah Sakit, akhirnya mereka bisa menemukan salah satu Rumah Sakit. Galaksi segera turun dan berlari masuk kedalam mengabaikan semua seruan yang memanggil namanya. Yang Galaksi butuhkan sekarang adalah tempat duduk, ia tidak ingin kalau harus minum obat sambil berdiri. Galaksi akhirnya bisa bernafas lega ketika menemukan salah satu kursi ditempat yang tidak terlalu ramai, ia segera mencari botol obat miliknya. Galaksi menyirit ketika mengetahui ternyata obatnya tinggal tiga biji. Beberapa kali terakhir, nyeri didada Galaksi akan menggila jika ia telat meminum obatnya. Apa benar ucapan Mamahnya itu kalau ini hanya sekedar vitamin, atau malah obat peredanyeri? Untuk memenuhi rasa penas
Tujuan utama Sagara sekarang adalah hotel, ia harus cepat-cepat sampai ketempat tujuan tapi ia juga tidak boleh membuat yang lainnya curiga. Walau pun sebenarnya tidak ada yang erlalu memperhatikannnya karena Abil sedang tidur, sedangkan Gravity dan Bagas sedari tadi asik bermain ponsel dan Galaksi yang memejamkan matanya disamping Sagara. Disisi lain Galaksi mati-matian menahan sakit dan sesaknya. Sejak ia memejamkan matanya Galaksi tidak pernah satu menit pun tertidur. Ia sibuk menahan rintihannya supaya tidak keluar, padahal Galaksi sudah memakan obat oenghilang rasa sakitnya. Apa Galaksi harus meminumnya lagi supaya rasa sakitnya cepat mereda?“gue ada air mineral di laci dashboard, kalau lo butuh” seakan membaca pikiran Galaksi, Sagara memberitahu kalau ia bisa meminum obatnya dua kaliGalaksi menoleh kea
Angin malam Jakarta menyapa pipi galaksi dan terasa sedikit dingin membuatnya memegang pipi dengan refleks. Ternyata jalan-jalan malam di Jakarta tidak terlalu buruk. Setelah meyakinkan diri kalau tidak akan terjadi apa-apa walau pun ia keluar sednirian, jadi dsinilah galaksi sekarang, disalah satu rumah makan pinggir jalan dan menunggu pesanannya datang, Ayam bakar dengan daun semanggi adalah menu favorit nya. Setelah rasa sakit yang sejak siang mengujinya dan membuat galaksi kehabisan energi, sekarang ia harus kembali mengisi kekuatannya supaya besok ia tetap bisa menjalani kegiatan dengan antusias yang sama. Izinkan galaksi melupakan seluruh penatnya sebentar sebelum ia harus dipaksa ditarik kembali ke dunia yang tidak bisa menerima galaksi sepenuhnya.“jalan-jalan gak ngajak lo, sombong amat” seorang pria seumuran galaksi