Angin malam Jakarta menyapa pipi galaksi dan terasa sedikit dingin membuatnya memegang pipi dengan refleks. Ternyata jalan-jalan malam di Jakarta tidak terlalu buruk. Setelah meyakinkan diri kalau tidak akan terjadi apa-apa walau pun ia keluar sednirian, jadi dsinilah galaksi sekarang, disalah satu rumah makan pinggir jalan dan menunggu pesanannya datang, Ayam bakar dengan daun semanggi adalah menu favorit nya.
Setelah rasa sakit yang sejak siang mengujinya dan membuat galaksi kehabisan energi, sekarang ia harus kembali mengisi kekuatannya supaya besok ia tetap bisa menjalani kegiatan dengan antusias yang sama. Izinkan galaksi melupakan seluruh penatnya sebentar sebelum ia harus dipaksa ditarik kembali ke dunia yang tidak bisa menerima galaksi sepenuhnya.
“jalan-jalan gak ngajak lo, sombong amat” seorang pria seumuran galaksi
ini special part Abil-Galaksi Ini sudah hampir jam sebelas malam tapi Abil masih betah berada di kolam renang walau hanya memasukan kakinya kedalam air. Galaksi memang sudah memberi kabar kepada Sagara kalau mereka sedang berdua jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Namun tetap saja mereka harus segera istirahat bukan, walau pun seharian tadi Abil tertidur.“Key, balik ke kamar yu, gue udah mulai ngantuk ini” ini sudah kali ke enam Galaksi membujuk Abil supaya mau kembali ke kamarnya. Tidak ada respon apa pun dari gadis itu. Suasana sudah sepi karena memang ini sudah hampir mau tengah malam. Orang gila mana yang mau menenggelamkan dirinya di kolam renang jam sebelas malam. Ya betul, itu adalah Abil.“Galaksi coba deh duduk sini sama Abil” Abil menepuk-nepuk tempat
Kejadian semalam anatara Abil dan Galaksi tidak membuat mereka canggung sama sekali. Padahal saat ini Abil dan Galaksi sedang mati-matian menahan degupan jantung masing-masing. Tapi itu tidak menjadi halangan bagi mereka, buktinya sekarang mereka sedang asik mendengarkan musik dari berduaan sambil menunggu antrean untuk menaiki wahana Histeria. Padahal sejak tadi Gravity sudah memberitahu mereka kalau ia tidak ingin menaiki wahana yang sangat menantang adrenali itu. Tapi Abil memaksanya dan menyeret Gravity hingga akhirnya Gravity pasrah menghadapi siksaanya ini. Tidak ada gunanya ia meminta bantuan dari Sagara dan Bagas, kedua laki-laki itu sekarang malah dengan senang hati mendengarkan apa yang Abil katakan untuk menahan Gravity supaya tidak kabut. Tidak ada jalan kelua
Bagas datang membawa beberapa minuman botol dikantung plastik yang ia tenteng. Ia tersenyum melihat Gravity dan Abil masih diam menunduk dan tak bersuara, sedangkan sagar berdiri didepan keduanya dengan kedua tangan yang ia silangkan didepan dada. Insiden jamba-jambakan antara Abil dan Gravity berakhir dengan sudut bibir Galaksi yang terluka. Abil secara tidak sengaja ingin memukul Gravity namun sialnya pukulan itu malah mengarah ke Galaksi. Alhasil mereka kena omel Sagara.“emang gak berkah” dengus Sagara kesal “ini tuh gara-gara lo semua palsuin surat izin, jadinya insidennya begini. Malu-maluin dasar” lanjut Sagara belum puas mengomeli Abil dan Gravity“gue gak kenapa-kenapa kok Bang, kasian mereka kalau harus lo omelin terus” Galaksi menyentuh pundak Sagara, berharap dengan begini amarah lel
Menjalankan misinya, Gravity kembali menemui Abil. Sejak melihat gadis itu sore-sore memakai pakaian Oren, Gravity sangat tertarik untuk mengenal anak itu. Apalagi ketika ia berjalan ceria didalam genggaman seorang anak laki-laki yang sepertinya usia diatas dia. Abil bersenandung ria menyanyikan lagu anak-anak. Dan disinilah ia sekarang, didepan gadis berpipi tembem dengan pakaian renang berwarna biru dongker. Gravity tidak tahan untuk tidak mencubit pipi Abil gemas. Abil berteriak keras dan mendelik kesal melihat anak tengil di depannya ini. “ngapain lagi?” tanya Abil ketus “mau main, kemarin udah janji” jawab Gravity santai Ia melangkah masuk tanpa permisi membuat Abil memegang lengannya refleks “iih, ini rumah Abil” Abil menghentakan kakinya kesal “oh, halo Abil salam kenal. Kemarin kamu gak mau kenalan sama aku” bukannya mara
Sesuai dengan janjinya kini Gravity membantu Abil membereskan mainnya supaya anak itu tidak perlu repot-repot menyimpannya disebuah kotak besar. Gravity mencoba membantu Abil supaya anak itu bisa nyaman berada dikamarnya dan ia bisa berani untuk tidur dikamarnya. Mereka mulai menyusun satu persatu mainan Abil yang didominasi dengan tamia-tamia kecil berukuran 5cm ke 3cm tersebut. Dikamar Abil sudah ada satu lemari tanpa pintu kosong yang sepertinya Daniel persiapkan untuk mainan-mainan Abil. Dari sana lah Gravity memiliki ide, sayang sekali kalau dibiarkan polos seperti itu. Abil juga terlihat sangat menikmati kegiatannya, anak itu tidak berhenti tersenyum lebar. Ia menanyakan kepada Gravity beberapa kali dimana tempat yang cocok untuk meletak
Sebenarnya Abil tidak terlalu ingin makan, jadi setelah selesai mengis perutnya cukup dengan tiga biji pisang dan pir saja sudah membuatnya kenyang. Dari pada ia harus berlama-lama menunggu teman-temannya yang lain makan, lebih baik Abil berjalan-jalan saja. Menghilangkan bosan dengan berjalan-jalan sepertinya tidak terlalu buruk, melihat orang-orang yang berlalu lalang menjadi sebuah hiburan tersendiri. Entah kenapa Abil suka sekali memperhatikan orang lain. Seperti sekarang misalnya, ada beberapa orang yang menarik perhatiannya. Ibu-ibu yang kerepotan karena anaknya menangis ingin menaiki wahana yang belum bisa ia naiki. Atau mungkin beberapa pasangan yang terlihat saling memancarkan aura kegembiraan. Tapi tak jarang juga ada ibu-ibu yang lebih heboh dari anaknya.
Berbeda dengan sebelumnya, sekarang Abil terlihat sangat bahagia dan seolah-olah kejadian tadi tidak pernah terjadi. Tapi anak itu tidak lepas dari tangan Gravity, kemana pun Gravity pergi Abil senantiasa mengikutinya. Sejak memasuki wahana rumah hantu ini Abil tidak henti-hentinya berteriak. Bukan berteriak ketakutan, melainkan kesenangan. Anak itu tidak ada takut-takutnya, setiap kali ada hantu yang muncul Abil akan dengan senang hati menghampirinya dan mengajak mereka bersalaman dengan alasan tak kenal maka tak sayang.“nanti ajak Abil ke rumah yang isinya pocong semua ya cong. Jangan malu-malu, nanti Abil bawain Pepsi” ucap Abil setelah mengajak salah satu pocong yang muncul untuk menghantui mereka. Pocong tersebut terlihat cukup terkejut melihat re
Potret keluarga yang menampilkan Daniel, Sagara dan Abil memenuhi seisi ruangan dengan berbagai macam pose dan gaya. Tapi sayangnya tidak terlihat potret yang mengabadikan momen pernikahan Daniel dan Kirana. Saat mengetahui kalau Kirana meninggalkan Daniel dan Abil yang baru berusia tujuh hari, Daniel telah memutuskan untuk tidak memajang foto dari wanita yang saat ini masih memenuhi ruang di hatinya itu. Bukan karena ia sudah melupakan atau pun membenci Kirana, Daniel hanya belum siap untuk bercerita kepada Abil. Ia takut kalau saat ia menceritakan kepada Abil kalau Kirana pergi meninnggalkan mereka disaat kulit Abil masih memerah.“masih bucin aja lo sama si medusa” Daniel menatap tak percaya keberadaan seseorang yang sangat ia kenal itu berada dihada