Menjalankan misinya, Gravity kembali menemui Abil. Sejak melihat gadis itu sore-sore memakai pakaian Oren, Gravity sangat tertarik untuk mengenal anak itu. Apalagi ketika ia berjalan ceria didalam genggaman seorang anak laki-laki yang sepertinya usia diatas dia. Abil bersenandung ria menyanyikan lagu anak-anak.
Dan disinilah ia sekarang, didepan gadis berpipi tembem dengan pakaian renang berwarna biru dongker. Gravity tidak tahan untuk tidak mencubit pipi Abil gemas. Abil berteriak keras dan mendelik kesal melihat anak tengil di depannya ini.
“ngapain lagi?” tanya Abil ketus
“mau main, kemarin udah janji” jawab Gravity santai
Ia melangkah masuk tanpa permisi membuat Abil memegang lengannya refleks “iih, ini rumah Abil” Abil menghentakan kakinya kesal
“oh, halo Abil salam kenal. Kemarin kamu gak mau kenalan sama aku” bukannya mara
aku mungkin akan post beberapa bab dengan cerita dari masa lampau. soalnya lagi mau menceritakan Abil sama Gravity
Sesuai dengan janjinya kini Gravity membantu Abil membereskan mainnya supaya anak itu tidak perlu repot-repot menyimpannya disebuah kotak besar. Gravity mencoba membantu Abil supaya anak itu bisa nyaman berada dikamarnya dan ia bisa berani untuk tidur dikamarnya. Mereka mulai menyusun satu persatu mainan Abil yang didominasi dengan tamia-tamia kecil berukuran 5cm ke 3cm tersebut. Dikamar Abil sudah ada satu lemari tanpa pintu kosong yang sepertinya Daniel persiapkan untuk mainan-mainan Abil. Dari sana lah Gravity memiliki ide, sayang sekali kalau dibiarkan polos seperti itu. Abil juga terlihat sangat menikmati kegiatannya, anak itu tidak berhenti tersenyum lebar. Ia menanyakan kepada Gravity beberapa kali dimana tempat yang cocok untuk meletak
Sebenarnya Abil tidak terlalu ingin makan, jadi setelah selesai mengis perutnya cukup dengan tiga biji pisang dan pir saja sudah membuatnya kenyang. Dari pada ia harus berlama-lama menunggu teman-temannya yang lain makan, lebih baik Abil berjalan-jalan saja. Menghilangkan bosan dengan berjalan-jalan sepertinya tidak terlalu buruk, melihat orang-orang yang berlalu lalang menjadi sebuah hiburan tersendiri. Entah kenapa Abil suka sekali memperhatikan orang lain. Seperti sekarang misalnya, ada beberapa orang yang menarik perhatiannya. Ibu-ibu yang kerepotan karena anaknya menangis ingin menaiki wahana yang belum bisa ia naiki. Atau mungkin beberapa pasangan yang terlihat saling memancarkan aura kegembiraan. Tapi tak jarang juga ada ibu-ibu yang lebih heboh dari anaknya.
Berbeda dengan sebelumnya, sekarang Abil terlihat sangat bahagia dan seolah-olah kejadian tadi tidak pernah terjadi. Tapi anak itu tidak lepas dari tangan Gravity, kemana pun Gravity pergi Abil senantiasa mengikutinya. Sejak memasuki wahana rumah hantu ini Abil tidak henti-hentinya berteriak. Bukan berteriak ketakutan, melainkan kesenangan. Anak itu tidak ada takut-takutnya, setiap kali ada hantu yang muncul Abil akan dengan senang hati menghampirinya dan mengajak mereka bersalaman dengan alasan tak kenal maka tak sayang.“nanti ajak Abil ke rumah yang isinya pocong semua ya cong. Jangan malu-malu, nanti Abil bawain Pepsi” ucap Abil setelah mengajak salah satu pocong yang muncul untuk menghantui mereka. Pocong tersebut terlihat cukup terkejut melihat re
Potret keluarga yang menampilkan Daniel, Sagara dan Abil memenuhi seisi ruangan dengan berbagai macam pose dan gaya. Tapi sayangnya tidak terlihat potret yang mengabadikan momen pernikahan Daniel dan Kirana. Saat mengetahui kalau Kirana meninggalkan Daniel dan Abil yang baru berusia tujuh hari, Daniel telah memutuskan untuk tidak memajang foto dari wanita yang saat ini masih memenuhi ruang di hatinya itu. Bukan karena ia sudah melupakan atau pun membenci Kirana, Daniel hanya belum siap untuk bercerita kepada Abil. Ia takut kalau saat ia menceritakan kepada Abil kalau Kirana pergi meninnggalkan mereka disaat kulit Abil masih memerah.“masih bucin aja lo sama si medusa” Daniel menatap tak percaya keberadaan seseorang yang sangat ia kenal itu berada dihada
Menghabiskan waktu seharian dengan bermain-main cukup menguras tenaga Abil, walau pun ada beberapa insiden yang sepertinya menjadi memori yang menyebalkan. Kakinya dan tubuhnya terasa begitu sangat pegal. Alhasil sekarang Abil hanya bisa duduk terdiam seolah-olah raga sukmanya sedang beterbangan kesana kemari. Keadaan di mobil juga cukup tenang, hanya ada suara radio yang menemani perjalanan mereka. Galaksi memejamklan matanya dengan damai, Bagas menyumbat kedua telinganya dengan headphone, dan Gravity sedang fokus menyetir. Sagara meminta Gravity untuk membawa mobil terlebih dahulu dan membiarkan Sagara beristirahat sebelum ia kembali unuk menyetir sampai ke tujuan.“aaah bete. Masa Abil gak bisa karokean” Abil masih bisa melayangkan protes walau pun s
Bertemu dengan seorang Radit Rahrja di situasi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi Sagara. Laki-laki yang akrab disapan dengan panggilan Uncle tersebut mempunyai sifat seperti Abil, sama-sama hyperaktive dan to much talking.“Uncle, Abil kan udah tidur nih, bisa kali diganggunya besok aja” ini sudah kali ketiga Sagara mencoba memberi saran kepada Radit, tapi tak ditanggapi apa pun oleh laki-laki tersebut. Bak angin berlalu, omongan Sagara tidak ada arganya di telinga Radit. Dengan niat jahilnya Radit masih saja menepuk-nepuk pipi Abil dengan tujuan supaya gadis itu terbangun dan menangis karena tidurnya terganggu. Sebagai seorang ayah, Daniel pun tidak bisa memberitahu Radit untuk tidak menganggu putrinya itu. Radit se
“uncle, kalo nanti Abil jadian sama Diva gimana?” Radit yang sedang minum langsung tersedak seketika mendengar pertanyaan dari Abil. Ia memandang Abil dengan wajah kagetnya. Tapi Abil membalas tatapan Radit dengan wajah tak mengerti.“kenapa?” tanya Abil“kenapa kata lo? Heh, yang bener aja lu. Abil kan udah nenek-nenek, anak uncle masih perjaka ting-ting” jawba Radit sedikit menahan rasa kesalnyaPlak, Daniel memukul kepala belakang Radit menggunakan majalah yang ia bawa “nih, kemarin Papah dapat majalah yang covernya Isco” Daniel memberikan majalah yang tadi ia gunakan untuk memukul kepala Radit kepada Abil. Ia mengabaikan Radit yang sudah terlihat seperti ingin menikamnya. Radit memandang Sagara dengan kode meminta bantuannya tapi hanya dibalas gelengan kepala oleh a
Hawa yang Gravity rasakan saat pertama kali adalah ketegangan. Dapat ia lihat dengan jelas sorot mata memerah milik adiknya memandang Mamahnya dengan penuh tanya. Galaksi menghempaskan tangan Earth ketika wanita setengah baya itu mencoba meraih pergelangan tangan milik anak bungsunya.“Sayang, dengerin penjelasan Mamah dulu. Mamah punya alasan kenapa Mamah sembunyiin fakta ini. Selama ini juga Mamah mencoba mencari waktu yang tepat untuk membicarakan hal ini sama kamu” Gravity memalingkan wajahnya ketika melihat Earth yang begitu ketakutan melihat Galaksi yang marah kepadanya. Ia tidak pernah mendapatkan tatapan penuh ketakutan seperti itu dari Mamahnya. Bahkan ketika Gravity memilih untuk meninggalkan rumah berhari-hari, Earth tidak pernah sekhawatir itu.“but it’s hurting me more. Ini tentang kes