Ini adalah hari minggu, hari dimana Abil akan menghabiskan seluruh waktunya dengan menonton tv. Ia bahkan sudah stand by didepan tv dari jam tujuh pagi, alasannya biar dia memenangkan perebutan remote dengan sang Papah. Abil menatap papahnya dengan tatapan puas, tidak adalagi siaran TVOne kalau remote ditangan Abil. Semuanya akan menonton acara infotaimen bersama Abil.
“ey sudah bergaya saja, mau kemana kau?” Abil tidak bisa membendung rasa penasarannya melihat Sagara sudah rapi sekali, membuat Abil insecrue saja. Jangankan mandi, Abil gosok gigi saja belum
“mau ke Gereja bareng Omah, kenapa?” Kalia muncul membuat Abil tersenyum jahil
“nanti salam sama Ibu pendeta yang waktu itu bilang Abil imut ya Bang” ucapan yang keluar dari mulut Abil membuat semua orang bingung
“itu Biarawati, bukan Ibu pendeta” jawaban dari Kalia membuat Abil ber-aaa tanpa suara.
Selama 16 tahun hidupnya Abil sudah beberapa kali ikut Sagara beribadah ke Gereja, Abil juga sering melihat para Biarawati yang ia maksud tadi. Tapi Abil baru tahu kalau sebutan beliau-beliau itu adala Biarawati. Pantas saja ketika ia Abil menyapa beliau dengan sebutan Ibu Pendeta selalu dihadiahi dengan tawa ringan, ternyata Abil salah.
Kalia dan Sagara tak habis pikir dengan Abil. Normalnya orang lain akan salah beberapa kali atau beberapa pertemuan, bagaimana bisa Abil terjebak dalam kesalah pahaman tersebut dalam bertahun-tahun.
“Astagfirullah, kebodohn Abil ini turun dari siapa si Papon?” setelah memastikan kalau omah dan abangnya sudah pergi dan tidak bisa mendengarnya Abil bertanya kepada Daniel dengan wajah lesu
“dari kemalasan Abil” Daniel menjulurkan lidahnya puas melihat anak gadisnya itu frustasi
“kalau aja dulu waktu ngaji adab-adaban Abil bolos, mungkin sekarang kita udah di meja hijau” ucap Abil sambil berkacak pinggang menatap papahnya kesal
“Papah bisa punya Hotman Paris, kamu?” tak ingin kalah, Daniel melakukan hal serupa dengan Abil
Abil menyipitkan matanya kesal melihat repson yang diberikan Daniel, bisa-bisanya Daniel tidak ingin mengalah kepada Abil. “Papon tuh kenapa si gak mau ngalah sama Abil?” pertanyaan Abil dihadiahi tawa mengejek oleh Daniel
“yang harusnya ngalah itu anak sama orang tua. Kebalik kamu” Daniel melempar Abil dengan bantal, boom tepat sasaran
Abil mendengus kesal melihat kelakuan Daniel, ia tak percaya kalau laki-laki yang ada didepannya kini sudah memasuki usia 44 tahun. “ini frekuensi humor kita udah gak kaya anak sama bapak ya” Abil membalas lemparan Daniel tak kalah keras
“gak ada juga anak yang berani ngajak perang bantal sama Papahnya”
“ada, SyAbila Key Alcantara”
“aduh, Papah kelupaan. Kalau liburan keluarga itu anak bisa ditinggalkan gak ya?” pertanyaan yang tiba-tiba dari Daniel membuat kegiatan Abil terhenti seketika.
Apa barusan, liburan keluarga? Oho, Abil menghampiri Daniel sembari merapihkan penampilannya itu, ia berlutut dihadapan Daniel yang memalingkan wajahnya dari Abil “Mohon maaf paduka, yang barusan itu alter hamba” nada suara Abil dibuat semirip mungkin dengan tokoh disinetrin kiang santang langganan Ibu Kantin sekolahnya itu
Daniel tidak bisa menyembunyikan rasa gemasnya lagi melihat kelakuan gadis kecilnya itu. Abil selalu bisa membuat suasana hati Daniel membaik, padahal yang ia dan Abil lakukan hanya beradu mulut dan saling melempar bantal, tapi itu saja sudah membuat energi Daniel kembali terisi.
Sejak awal mendengar penuturan sang Ibu kalau ia akanpergi berdua saja bersama Sagara sudah membuat Daniel gelisah. Daniel takut kalau Kalia akan berbicara sesuatu yang akan membuat putra sulungnya itu terluka. Tapi untungnya Abil bisa mengembalikan kepercayaan Daniel, Kalia tidak mungkin melakukan hal bodoh seperti apa yang sedang Daniel khawartirkan. Ia percaya kepada Ibunya dan juga Sagara.
*****
Selama perjalanan menuju Gereja Sagara, hal yang menemaninya bersama dengan Kalia hanyalah sunyi. Tidak ada yang berani memulai percakapan terlebih dahulu, bahkan sampai pada saat Sagara berhasil mendapatkan tempat parkir pun mereka masih tidak bersuara. Sagara tuurun terlebih dahulu dan membukakan pintu untuk sang Omah, Sagara bahkan membantu Kalia untuk turun dari mobil.
“kamu cari tempat mu, omah mau di depan aja” itu adalah perintah, setidaknya bagi Sagara seperti itu.
Sagara hanya mengangguk pasrah melihat sang omah yang berjalan kedepan meninggalkan Sagara yang masih berdiri di depan pintu masuk. Setelah memastikan Kalia mendapatkan tempat duduk, sagra memilih duduk dideretan kursi paling belakang.
Setelah acara ibadah selesai Kalia masih setia ditempatnya, ia berdoa sangat khusyu kepada Tuhan. Kalia meminta keselamatan juga panjang umur bagi Daniel dan kedua cucunya, masih banyak hal yang ia curahkan kepada sang Maha Segalanya tersebut.
Melihat Kalia yang masih sibuk berkomunikasi dengan Tuhan membuat Sagara berpikir kalauitu mungkin akan memakan waktu sedikit lama. Sagara menyenderkan kepalanya kebelakang dan memejamkan matanya. Ia bisa merasakan hawa dingin dari AC ruangan menyapa kulitnya dengan lembut membuatnya semakin nyaman. Sagara bahkan tidak sadar kalau Kalia sudah selesai dengan kegiatannya.
“kamu baik-baik aja Sagara?” Sagara terperanjak kaget melihat sang omah yang tiba-tiba sudah berada disampingnya. Memangnya sepulas itukah tidur Sagara?
Sagara membenarkan posisi duduknya terlebih dahulu, walaupun Kalia adalah keluarganya, tapi sopan santun itu tetap yang utama “aku, baik” singkat, Sagara menjawabnya dengan singkat
“boleh omah tanya sesuatu yang privasi?” Kalia bertanya tanpa mengalihkan fokusnya sama sekali yang dijawab anggukan mantap oleh Sagara
“kamu, kenapa memilih menjadi sorang Kristen sedangkan Papah kamu seorang mualaf?” kali ini Kalia mengalihkan pandangannya menatap cucu laki-lakinya tersebut
“sederhana aja si, ketenangan batin” Sagara menarik nafasnya “Papah bilang, agama itu dipilih bukan diwariskan. Aku merasa nyaman menjadi seorang Kristen, yang mungkin sekarang Papah rasakan ketika menjadi seorang Muslim” jawaban singkat yang diberikan Sagara membuat Kalia menetska air matanya
Bukan kenapa, Kalia masih tidak rela Daniel memilih jalan religi yang berbeda denganya. Awalnya Kalia berpikir kala Daniel memilih menjadi mualaf hanya agar bisa menikah dengan Ibunya Abil, hanya karena cinta. Tapi setelah mendengar jawban dari Sagara, Kalia memantapkan hatinya. Kalau putra bungsunya itu memang memilih menjadi seorang muslim karena panggilan batinnya.
“Ibu kamu itu muslim yang taat, saya saja masih tidak percaya kalau anak sulungnya sendiri adalah seorang Kristen yang taat pula” Kalia merasa heran dengan keberagaman yang ada dikeluarganya ini
Daniel dilihat dari sisi manapun tidak mempunyai wajah Indonesia sama sekali padahal Kalia adalah setengah Indonesia. Sagara yang terlihat seperti seorang Amerika-Indonesia dan Abil yang sangat ayu, wajah Abil cantiknya sunggu Indonesia sekali, aoalagi kalau kulitnya sawo matang. Semua orang yang melihat Abil bahkan tidak percaya kalau Daniel adalah Papahnya.
“kalau dipikir, ketika keluarga besar kumpul itu udah kaya perserikatan bangsa-bangsa” tanpa sadar Sagara mengungkapkan isi pikirannya membuat Kalia tertawa karena sadar kalau itu semua memang benar adanya.
*****
Daniel dan Gravity saling memandang satu sama lain memberikan kode untuk segera mengambil tindakan guna menghentikan Abil. Bagaimana tidak, sejak satu setengah jam yang lalu, Daniel dan Gravity dipaksa Abil untuk mengomentari penampilannya. Abil bilang ia akan mengikuti audisi Indoenesia Mencari Bakat yang sebentar lagi akan dibuka,
“kalau Abil mengabadikan suara Abil diusia dua puluh tahun lewat konser solo gimana?” Abil menaik turunkan alisnya menunggu jawaban dari Papahnya dan Gravity penasaran
“wah acara Kardashian mau mulai nih” Gravity berpura-pura membuka layar ponselnya, mengabaikan pertanyaan Abil
“Masyaallah, janda komplek sebelah ngechat Papah loh Bil, lihat” Abil menepis layar ponsel yang ditunjukan oleh Daniel
“cie om punya janda” Gravity masih dalam mode menghindari Abil
“engga lah, dia cuman mau booking restaurant buat acara nikahan anaknya” jelas Daniel
“buset, udah tua dong om?”
“cucunya aja udah ada yang seumuran Abil”
Kalau saja Abil bisa, sudah Abil pastikan mereka Abil pasung. Berani-beraninya mengabaikan Abil, dan apa janda? Abil tergeser posisinya oleh janda? Tidak Abil tahu siapa nenek itu, cuucnya adalah kakak kelas Abil dan gavity, Papahnya salah.
“iiiih, kok Abil baru tau si, itu siapa yang Papon jadiin wallpaper chat?”
Hening, pertanyaan Abil yang tiba-tiba membuat suasana menjadi canggung. Daniel bahkan terlihat sedikit menengang sebelum akhirnya ia bisa kembali mengontrol raut wajahnya. Kepana Daniel ceroboh sekali, padahal ia yakin waktu itu wallpaper chat di handphonenya poto Abil dan Sagara sewaktu kecil.
“kamu sholat ashar dulu sana, nanti lanjut lagi ngomongin konser solo kamu itu” akhirnya, kalimat yang Abil tunggu-tunggu keluar juga
“oke, tunggu 15 menit aja”
Melihat Abil yang sudah menghilang dibalik pintu kamarnya membuat Daniel bernafas lega, setidaknya untuk saat ini Abil tidak curiga. Walau Daniel yakin suatu saat Abil akan kembali menanyakan hal serupa, Daniel bahkan tahu kalau sebenarnya Abil juga ingin mengetahuinya hanya saja Abil menghargai keputusan Daniel yang belum siap untuk bercerita.
“itu Tante Kirana om?” tanya Gravity
“iya, kenapa? Mirip ya sama Abil?” Daniel tersenyum melihat betapa miripnya Abil dengan kirana, Mamahnya
“cantikan Tante Kirana Om” Gravity menunjukan deratan gigi rapinya, ia senang sekali menggoda Daniel. Apalagi kini melihat pipi Daniel bersemu merah.
“Paaah, Maaah. Liat deh, Abil negerecokin gambar gara terus, jadi gak selesai-selesai kan” adu gara kepada orang tuanya yang sedari tadi asik menonton tv“Abil bantuin bukan ngercokin” Abil membela dirinya“mana ada bantuin malah jadi acak-acakan begini” Sagara melempar kertas yang ia maksud kepada Abil“hey, Sagara gak boleh gitu sama adiknya” kirana menengahi pertengkaran kedua buah hatinya itu “Dan, bantuin dong. Ini anak lo kerjaannya ngerusuh mulu” protes kirana kepada Daniel yang sedari tadi hanya memperhatikan mereka“ini anak lo kerjaannya merusuh mulu” Abil menirukan omongan kirana dengan ciri khas anak kecil Sagara menutup mulut Abil dengan telapak tangannya, ia memberi peringatan lewat matanya kalau apa yang Abil lakukan itu tidak benar. Tapi Abil masih kecil, ia belum cukup pintar untuk mengerti kode
Mempunyai Papah yang sangat menyayanginya juga seorang Adik yang sungguh menggemaskan dan sangat menghormatinya saja sudah membuat Sagara bersyukurbukan main. Pasalanya ia adalah orang asing, senormal dan semurni apapun kasih sayang yang diberikan Daniel padanya tidak akan mengubah fakta kalau Sagara bukan anaknya. Melihat Abil dan Papahnya menghabiskan waktu semalaman membuat Sagara merasa bersalah kepada Abil. Mengingat Abil yang tidak pernah mengetahui bagaimana sosok Mamahnya. Kirana, semua anggota keluarga sepakat untuk tidak membawa nama itu kepermukaan apalgi menjadikannya topik pembicaraan sebelum Daniel sendiri yang mengatakannya terlebih dahulu. Dan sekarang setelah hampir 16 tahun Daniel sendiri yang mulai mengatakan fakta yang sebenarnya.“kamu ada kerjaan diluar Dan?” pertanyaan kalia membuat seisi meja makan men
“Abiiiil” Abil meringis lagi dan lagi. Semua teman-temannya kembali menertawakan Abil. Saat ini Abil sedang praktik membongkar dan merakit kembali Gardan atau Differential. Tapi ini sudah yang ketiga kalinya Abil masih saja tidak bisa merakitnya kembali, semua urutan yang Abil hafalkan ketika melihat teman-temannya praktik sekarang mendadak terbang bagaikan abu.Abil melempar kunci yang sedang ia genggam “semester depan Abil mau pindah jurusan aja”“heh, jangan main lempar-lempar aja. Itu punya sekolah” Pak Irfan memberi pelototan kepada Abil Abil memalingkan wajahnya malas. Rasanya Abil ingin protes saja kepada Papahnya, kenapa nama Abil dimulai dari huruf S? nomor urut absen Abil jadinya kedua dari belakang setelah dibawahnya ada Wahyu yang berawal dari huruf W. Gara-gara nomor absen Ab
Abil kecil berlarian mengelilingi taman mencari dimana Gravity kecil bersembunyi. Gadis kecil itu terlihat sangat lucu dengan gaun merah selutut yang ia kenangan, sangat kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Rambut hitamnya dicepol rapih dengan poni yang menutupi keningnya membuat siapa saja pasti akan langsung jatuh cinta pada gadis kecil ini. “Graav, Abil cape ah. Mau duduk aja, ndak mau cari Grav lagi” Abil mendudukan dirinya ditengah-tengah taman tanpa memperdulikan pakaian yang akan kotor“sini aku bantu, jangan dudk disini kotor” Abil melihat uluran tangan dari seorang anak yang juga sedang bermain ditaman tersebut, dengan cepat Abil menggeleng keras “Abil gak mau berdiri kalau bukan Gravity yang bantu” Abil memalingkan wajahnya“aku Galaksi, adiknya Gravity. Jadi kamu udah bisa berdiri” Ga
Disclaimer : it’s gonna be a special part for G>ernyata, selain jago di arena balap Gravity juga sangat bisa diandalkan dalam urusan masak-memasak. Bahkan masih ada beberapa hal lagi yang membuat Galaksi terkesan pada Gravity. Bagaimana tidak, Gravity memasakan Galaksi bubur dan juga menyiapkan keperluan untuk membersihkan diri Galaksi.Dengan telaten Gravity menyuapi Galaksi, walaupun anak itu masih kukuh menolak dan mengkalim kalau dirinya bisa makan sendir, tapi Gravity menulikan telinganya. Kali ini Galaksi tidak jauh berbeda dari Abil yang sedang sakit.Banyak sekali rengekan yang keluar dari bibir adiknya itu. Buburnya kurang asin, kepanasan, harus pake kerupuk lah, kecap lah. Kalau Galaksi berpikir dengan seperti itu Gravity akan mundur dan membiarkannya makan sendiri, Galaksi salah. Rengekan yang keluar dari mulut Abil lebih dari ini, Gravity sudah terbiasa akan hal tersebut.Setelah memaksal Gala
Jam dinding dikamar milik Galaksi sudah menunjukan pukul dua dini hari, tapi ia masih belum tertidur barang lima belas menit pun. Rasa pusing yang semula menyerang kepalanya kini berkembak biak, bukan hanya nafasnya yang semakin sesak, tapi sekujur tubuhnya pun mengalami sakit. Semakin ia abaikan, rasa sakitnya semakin menjadi-jadi. Seingat Galaksi, ia tidak pernah mempunyai riwayat penyakit yang akan menyebabkanya sesakit ini. Mentok-mentok ia tifus diakhir taun, itu pun tidak separah ini. Seluruh badannya ngilu-ngilu, bahkan keringat dingin membanjiri badannya. Ingin sekali Galaksi meminta bantuan Mamahnya, tapi Earth tidak ada dirumah. Earth bilang kalau dia harus menyelesaikan pekerjaannya, dan kemungkinan pulangnya dipagi hari. Meminta bantuan Gravity? Tidak, lebih b
Gravity menghela nafas terlebih dahulu mempersiapkan diri untuk memasuki club malam yang biasanya ia kunjungi bersama Bagas. Sebenarnya Gravity sudah hampir enam bukan ia tidak lagi menginjakan kakinya ditempat ini dan sekarang Gravity kembali untuk menjemput Bagas. Kalau mengingat perlakuan Bagas terhadapnya beberapa hari terakhir ini sungguh membuat Gravity marah. Tapi, ia juga tidak bisa dengan tega membiarkannya kesulitan. Apalagi setahu Gravity, orang tua Bagas cukup disiplin. Mengetahui Bagas yang berkecimpung di dunia balap saja sudah membuat orang tuanya marah besar apalagi melihat kondisi Bagas yang pulang dengan keadaan mabuk. Bukan maksud Gravity menyembunyikan sifat atau kelakuan Bagas yang bisa dibilang tidak baik, hanya saja Gravity percaya kalau suatu saat,
Akhirnya Gravity bisa membawa Bagas ke kamar hotel setelah perjuangan yang menyebabkan bahunya kesemutan. Bagas tidak ada henti-hentinya meracau, Gravity bahkan menjadi pusat perhatian orang karena suara Bagas yang cukup keras. Ia membanting tubuh Bagas ke atas kasur, membuka sepatu yang dikenakannya dan juga melepaskan ikat pinggangnya. Ia tidak ingin kalau hal tersebut akan menganggu tidur Bagas.“Graav” Gravity memutar bola matanya malas mendengar panggilan dari Bagas“Graav, lo masih disni kan?” Gravity hanya menajwab pertanyaan Bagas dengan anggukan kepala saja, walau pun ia tahu kalau Bagas tidak akan melihatnya“Graav? Lo gak akan ninggalin gue demi si Abil lagi kan?” ucapan dari Bagas kali ini sukses membuat Gravity menghentikan aktivitasnya“lo tahu seberapa tersiksanya gue? Hah?” oke, sepertnya Gravity hanya perlu mendengarkan racau