Bagas tersenyum melihat kehadiran Gravity di arena balap, ia kira Gravity tidak akan datang. Bagas mengikuti jadwal pertandingan bola, dan Gravity biasanya akan absen kalau Real Madrid bermain demi menemani Abil menonton. Hari ini kalau Gravity memenangkan balapan keuntungan yang didapat cukup besar, penantangnya pun cukup dikenal dikalangan pergaulan mereka. Niga, salah satu alumni dari SMK Gravity yang sudah lama berkecimpung di dunia balap.
“kenapa Grav? Muka kusut amat lo kaya keset bank” Gravity hanya ersenyum kecut mendengar basa-bais yang dilontarkan Bagas kepadanya
“Grav ada yang nyariin elo nih” Graviy menaikan sebelah alisnya memberi kode siapa yang mencari dia
“gak tau gue, tadi dia berdiri dipojok sana, nanyain Gravity nanti pakai motor warna apa? Aneh banget tuh orang, gak pernah ke tempat ini kayanya” orang tersebut menunjuk ujung jalan
Gravity menyipitkan matanya memastikan kalau ia tidak salah mengenali orang. Itu Galaksi, dengan hoodie biru mudanya dan celana pendek selutut. Galaksi berdiri dibawah pohon sambil memandangi kedua motor yang berada digaris start. Gravity jadi semakin yakin kalau selama ini anak itu pura-pura tahu tentang hidup seperti apa yang Gravity jalani.
“ngapain lo disini?” Gravity tersenyum melihat Galaksi yang sepertinya kaget kalau posisinya diketahui Gravity.
“gue cuman mau mastiin kalau lo menang biar gue gak dijadiin babu sama orang” jawaban ketus dari mulut Galaksi membuat kening Gravity mengerut tak mengerti
“maksud lo?” kali ini giliran Galaksi yang memasang raut wajah heran
Gravity menggelengkan kepalanya, ia mencerna baik-baik apa yang dikatakan oleh adiknya itu “jadi, isi pesan lo sama Mamah itu beneran?” Gravity menanyakan kebernaran dibalik insiden tamparan sang Mamah
“lo pikir gue bakal mau gitu jauh-jauh kesini? Dih ngerepotin” Galaksi masih menjawabya dengan suara ketus khas dirinya
Gravity tersenyum sinis mendengar jawaban Galaksi “lo, kalau udah pinter dibidang akademis. Setidaknya jangan goblok masalah duniawi. Marven” penekanan kata Marven diakhir membuat raut wajah Galaksi berubah
“sekarang lo boleh pulang. Gue emang benci sama lo, tapi gue gak akan ngejual lo” Gravity mendorong Galaksi menjauh
Bagas, dalang dari semua ini adalah anak tersebut. Ia benar-benar mengadu dombakan Gravity dengan Galaksi, dan bodohnya Galaksi mudah sekali ditipu. Gravity jadi prihatin dengan kebodohan adiknya itu. Gravity tidak bisa menuduhnya seenak jidat, ia bahkan tidak punya bukti apapun.
Gravity akui, ia ikut andil dalam perubahan sikap Bagas kepadanya. Dulu anak itu tidak seperti ini, dia akan bersikap biasa saja. Paling ia hanya protes sesekali, tapi tidak sampai membuatnya bertengkar dengan Galaksi apalagi sampai menyebabkan Gravity ditampar sang Mamah didepan umum.
*****
Galaksi menutup wajahnya malu “lo mau ikut festival apa gimana?” ia berbisik kepada Abil yang hanya dijawab gelengan kepala oleh gadis itu
Bagaimana tidak, Abil tampil sangat percaya diri dengan jumpsuit ungu diatas lutut dilengkapi dengan kaos berwarna ungu didalamnya, ia memakai sneakers berwarna ungu, mencepol asal rambutnnya dengan ikatan rambut warna ungu dan juga bando yang menjadi ciri khasnya berwarna ungu pula. Padahal semalam ia berkata kalau ia hanya akan memakai band barna biru dongker, tapi lihat kenyataannya.
“Abil tampil begini biar gampang dikenalin tau” tanpa mengurangi rasa percaya dirinya sedikit pun Abil memasang pose dihadapan Galaksi
“lo mau ngomong apa? Don’t waste my time, hurry up” Galaksi lebih memilih to the point dari pada harus berlama-lama dengan gadis aneh ini
“santai dulu aja, Abil mau serius ngomong soalnya” mengabaikan Galaksi Abil memanggil salah satu pelayan caffe dan menyebutkan pesanannya “Galaksi mau apa?” Abil bertanya sambil mengedipkan matanya genit
“mau lo musnah dari pandangan gue” jawaban dingin Galaksi dijawab acungan jempol Abil
“oke Mbak, dua banana ice cream, dia yang bayar” Abil menunjukan raut wajah puas setelah melihat Galaksi yang memutar bola matanya kesal
Setelah beberapa menit mereka habiskan dengan saling berdiam diri tanpa ada yang membuka suara terlebih dahulu, akhirnya pesanan Abil datang. Tanpa memperdulikan Galaksi, Abil memakan ice creamnya sendirian membuat Galaksi geram karenanya. Bisa-bisanya Galaksi terebak berdua bersama gadis itu.
Tanpa sadar Galaksi memperhatikan wajah Abil dengan seksama. Wajah Abil yang bulat sangat cocok sekali dengan model rambutnya kali ini, apalgi kulit putih bersihnya membuat ia selalu terlihat pas mengenakan baju warna apapun. Pipi tembemnya membuat Abil semakin kelihatan imut, apalgi kedua bola matanya yang berwarna hitam pekat membuat siapa pun laki-laki terpikat dibuatnya.
Galaksi menghela nafas kesal, pantas saja Gravity menyayangi dan melindungi Abil setengah mati. Wong, gadis yang dilindunginya ini cantik rupawan seperti ini. Apalagi melihat interaksi diantara keduanya yang begitu dekat semakin membuat Galaksi dongkol, ia jadi berpikiran negatif kan. Tidak mungkin Abil dan Gravity tidak berada dalam satu hubungan yang spesial.
“udah?” Galaksi menaikan sebelah alisnya mendengar pertanyaan Abil
“udah apa?” Galaksi sebisa mungkin menahan senyumannya ketika melihat Abil yang menunjukan ekspresi bingungnya
Ah sial, kenapa Key mendadak semenggemaskan ini? Percayalah, ini adalah suara hati Galaksi
“maaf lah, kemarin Galaksi nampar Abil. Harus minta maaf lah, cepetan Abil tungguin” waw, ucapan yang keluar dari mulut Abil hampir saja membuat Galaksi tertawa
“gue gak biasa mengucapkan kata maaf. Kalau lo mau, lo lo bisa minta maaf sama gue dan gue bisa menerima permintaan maaf lo” Galaksi tersenyum sinis
Abil mengembuskan nafasnya kesal “kemarin Gravity, Dede sama Danis kan udah minta maaf. Tapi Abil gak ngeliat Galaksi minta maaf juga sama mereka?” raut wajah Abil berubah menjadi serius
Galaksi tahu kalau Abil menyaksikan semuanya ketika Mamahnya memaksa Gravity dan temannya meminta maaf kepada Galaksi dan memaksa pihak sekolah memberikan skors terhadap mereka. Apalagi melihat perubahan wajah Abil Galaksi rasa kalau anak itu marah karena Mamahnya membua temannya di skors.
“gue yang dikeroyok” Galaksi menjawabnya dengan sederhana, ia penasaran mendengar tanggapan Abil tentang jawabannya
“ini tuh salah Tante Earth tau gak” ini bukan oertanyaan, ini pernyataan dari Abil untuk Mamahnya
“dari kecil, Galaksi tuh seneng banget gangguin orang-orang yang ada disekeliling Grav, termasuk Abil. Galaksi sering bikin mainan mereka rusak terus Galaksi dipukul, akhirnya yang kena marah Gravity. Tante Earth bilang Grav gak bisa jagain Galaksi” penjelasan panjang lebar dari Abil masih sulit dicerna oleh Galaksi. Galaksi masih tidak tahu kemana Abil membawa arah pembicaraan ini.
“Tante Earh itu menjauhkan Galaksi dari masalah” Abil menjeda perkataannya
“maksud lo?”
“Wooah” Abil memalingkan wajahnya geram
“Galaksi pernah bertanggung jawab atas apa yang Galaksi perbuat?” Abil memperpendek jaraknya dengan Galaksi
“setiap Galaksi melakukan kesalahan, Tante Earth dengan sigap membuat masalah itu jauh. Akhirnya ya kaya gini, berucap maaf saja sulit” menekan kata maaf, Abil menjauhkan kembali wajahnya dari Galaksi
“kasih sang yang benar dari orang tua itu adalah mengenalkan anak dengan masalah. Kasih mereka paham kalau masalah yang mereka perbuat itu berakhibat seperti apa, sikap seperti apa yang harus mereka punya ketika menghadapi masalah. Bukannya malah dijauhkan”
Ucapan-ucapan Abil sungguh menikam Galaksi tepat di ulu hatinya. Ia tidak menyangka kalau gadis manja yang masih suka minta digendong Papahnya itu sedewasa ini pikirannya. Bahkan jauh lebih dewasa dibandingkan dengan Gravity sendiri.
“gimana udah cukup menikam? Kalau udah Abil mau pamit pulang, dan makasih ya buat traktirannya” Galaksi tidak menjawab Abil, ia hanya bisa memandangi gadis itu hingga ia hilang dibalik pintu
Setiap kalimat yang Abil ucapkan kepada Galaksi kini berputar dikepalanya terus menerus. Membuat Galaksi meragukan kembali kasih sayang Earth terhadapnya. Kalau memang cara Earth mendidik Galaksi adalah salah, maka yang benar adalah Earth yang membiarkan Gravity menhadapi dunia ini diatas kakinya sendiri.
Apakah ini kekalahan ke-tiga bagi Galaksi? Kalau iya, selama ini berarti Galaksi dibodhi oleh semesta. Ia pikir ia menang, Earth berada disisinya. Bahkan keluarga besar dari mendiang Ayahnya pun berihak kepada Galaksi. Galaksi tak percaya dengan kenyataan kalau ia masih kalah dari Gravity diatas semua ini?
“kasih sayang seorang ibu?” Galaksi tertawa mendengar pertanyaan dari mulutnya sendiri
“Key, lu bahkan gak pernah tau seperti apa Mamah lo. Dan lo berani membuat gue goyah dengan semua buala lo itu? It’s a dark joke?” Gravity membuang mukanya
Ini adalah hari minggu, hari dimana Abil akan menghabiskan seluruh waktunya dengan menonton tv. Ia bahkan sudah stand by didepan tv dari jam tujuh pagi, alasannya biar dia memenangkan perebutan remote dengan sang Papah. Abil menatap papahnya dengan tatapan puas, tidak adalagi siaran TVOne kalau remote ditangan Abil. Semuanya akan menonton acara infotaimen bersama Abil.“ey sudah bergaya saja, mau kemana kau?” Abil tidak bisa membendung rasa penasarannya melihat Sagara sudah rapi sekali, membuat Abil insecrue saja. Jangankan mandi, Abil gosok gigi saja belum“mau ke Gereja bareng Omah, kenapa?” Kalia muncul membuat Abil tersenyum jahil“nanti salam sama Ibu pendeta yang waktu itu bilang Abil imut ya Bang” ucapan yang keluar dari mulut Abil membuat semua orang bingung“itu Biarawati, bukan Ibu pendeta” jawaban dari Kalia membuat Abil b
“Paaah, Maaah. Liat deh, Abil negerecokin gambar gara terus, jadi gak selesai-selesai kan” adu gara kepada orang tuanya yang sedari tadi asik menonton tv“Abil bantuin bukan ngercokin” Abil membela dirinya“mana ada bantuin malah jadi acak-acakan begini” Sagara melempar kertas yang ia maksud kepada Abil“hey, Sagara gak boleh gitu sama adiknya” kirana menengahi pertengkaran kedua buah hatinya itu “Dan, bantuin dong. Ini anak lo kerjaannya ngerusuh mulu” protes kirana kepada Daniel yang sedari tadi hanya memperhatikan mereka“ini anak lo kerjaannya merusuh mulu” Abil menirukan omongan kirana dengan ciri khas anak kecil Sagara menutup mulut Abil dengan telapak tangannya, ia memberi peringatan lewat matanya kalau apa yang Abil lakukan itu tidak benar. Tapi Abil masih kecil, ia belum cukup pintar untuk mengerti kode
Mempunyai Papah yang sangat menyayanginya juga seorang Adik yang sungguh menggemaskan dan sangat menghormatinya saja sudah membuat Sagara bersyukurbukan main. Pasalanya ia adalah orang asing, senormal dan semurni apapun kasih sayang yang diberikan Daniel padanya tidak akan mengubah fakta kalau Sagara bukan anaknya. Melihat Abil dan Papahnya menghabiskan waktu semalaman membuat Sagara merasa bersalah kepada Abil. Mengingat Abil yang tidak pernah mengetahui bagaimana sosok Mamahnya. Kirana, semua anggota keluarga sepakat untuk tidak membawa nama itu kepermukaan apalgi menjadikannya topik pembicaraan sebelum Daniel sendiri yang mengatakannya terlebih dahulu. Dan sekarang setelah hampir 16 tahun Daniel sendiri yang mulai mengatakan fakta yang sebenarnya.“kamu ada kerjaan diluar Dan?” pertanyaan kalia membuat seisi meja makan men
“Abiiiil” Abil meringis lagi dan lagi. Semua teman-temannya kembali menertawakan Abil. Saat ini Abil sedang praktik membongkar dan merakit kembali Gardan atau Differential. Tapi ini sudah yang ketiga kalinya Abil masih saja tidak bisa merakitnya kembali, semua urutan yang Abil hafalkan ketika melihat teman-temannya praktik sekarang mendadak terbang bagaikan abu.Abil melempar kunci yang sedang ia genggam “semester depan Abil mau pindah jurusan aja”“heh, jangan main lempar-lempar aja. Itu punya sekolah” Pak Irfan memberi pelototan kepada Abil Abil memalingkan wajahnya malas. Rasanya Abil ingin protes saja kepada Papahnya, kenapa nama Abil dimulai dari huruf S? nomor urut absen Abil jadinya kedua dari belakang setelah dibawahnya ada Wahyu yang berawal dari huruf W. Gara-gara nomor absen Ab
Abil kecil berlarian mengelilingi taman mencari dimana Gravity kecil bersembunyi. Gadis kecil itu terlihat sangat lucu dengan gaun merah selutut yang ia kenangan, sangat kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Rambut hitamnya dicepol rapih dengan poni yang menutupi keningnya membuat siapa saja pasti akan langsung jatuh cinta pada gadis kecil ini. “Graav, Abil cape ah. Mau duduk aja, ndak mau cari Grav lagi” Abil mendudukan dirinya ditengah-tengah taman tanpa memperdulikan pakaian yang akan kotor“sini aku bantu, jangan dudk disini kotor” Abil melihat uluran tangan dari seorang anak yang juga sedang bermain ditaman tersebut, dengan cepat Abil menggeleng keras “Abil gak mau berdiri kalau bukan Gravity yang bantu” Abil memalingkan wajahnya“aku Galaksi, adiknya Gravity. Jadi kamu udah bisa berdiri” Ga
Disclaimer : it’s gonna be a special part for G>ernyata, selain jago di arena balap Gravity juga sangat bisa diandalkan dalam urusan masak-memasak. Bahkan masih ada beberapa hal lagi yang membuat Galaksi terkesan pada Gravity. Bagaimana tidak, Gravity memasakan Galaksi bubur dan juga menyiapkan keperluan untuk membersihkan diri Galaksi.Dengan telaten Gravity menyuapi Galaksi, walaupun anak itu masih kukuh menolak dan mengkalim kalau dirinya bisa makan sendir, tapi Gravity menulikan telinganya. Kali ini Galaksi tidak jauh berbeda dari Abil yang sedang sakit.Banyak sekali rengekan yang keluar dari bibir adiknya itu. Buburnya kurang asin, kepanasan, harus pake kerupuk lah, kecap lah. Kalau Galaksi berpikir dengan seperti itu Gravity akan mundur dan membiarkannya makan sendiri, Galaksi salah. Rengekan yang keluar dari mulut Abil lebih dari ini, Gravity sudah terbiasa akan hal tersebut.Setelah memaksal Gala
Jam dinding dikamar milik Galaksi sudah menunjukan pukul dua dini hari, tapi ia masih belum tertidur barang lima belas menit pun. Rasa pusing yang semula menyerang kepalanya kini berkembak biak, bukan hanya nafasnya yang semakin sesak, tapi sekujur tubuhnya pun mengalami sakit. Semakin ia abaikan, rasa sakitnya semakin menjadi-jadi. Seingat Galaksi, ia tidak pernah mempunyai riwayat penyakit yang akan menyebabkanya sesakit ini. Mentok-mentok ia tifus diakhir taun, itu pun tidak separah ini. Seluruh badannya ngilu-ngilu, bahkan keringat dingin membanjiri badannya. Ingin sekali Galaksi meminta bantuan Mamahnya, tapi Earth tidak ada dirumah. Earth bilang kalau dia harus menyelesaikan pekerjaannya, dan kemungkinan pulangnya dipagi hari. Meminta bantuan Gravity? Tidak, lebih b
Gravity menghela nafas terlebih dahulu mempersiapkan diri untuk memasuki club malam yang biasanya ia kunjungi bersama Bagas. Sebenarnya Gravity sudah hampir enam bukan ia tidak lagi menginjakan kakinya ditempat ini dan sekarang Gravity kembali untuk menjemput Bagas. Kalau mengingat perlakuan Bagas terhadapnya beberapa hari terakhir ini sungguh membuat Gravity marah. Tapi, ia juga tidak bisa dengan tega membiarkannya kesulitan. Apalagi setahu Gravity, orang tua Bagas cukup disiplin. Mengetahui Bagas yang berkecimpung di dunia balap saja sudah membuat orang tuanya marah besar apalagi melihat kondisi Bagas yang pulang dengan keadaan mabuk. Bukan maksud Gravity menyembunyikan sifat atau kelakuan Bagas yang bisa dibilang tidak baik, hanya saja Gravity percaya kalau suatu saat,