Kalia menatap heran kedua cucunya yang sudah berada dirumah padahal inru jam makan siang. Apa lagi Abil yang datang dengan muka cemberutnya, bahkan ia hampir tidak memberikan salam kepadanya. Tapi gadis itu kembali turun dari tangga dan menghampiti Kalia yang sedang asik menonton tv sambil mengucapkan kata maaf dan membungkuk ala orang Jepang.
Padahal Kalia sudah sering main ke rumah putra bungsunya ini, tapi tetap saja sikap Abil selalu memberikannya efek kejut yang menggelitik. Setidaknya, walaupun Abil sangat dimanjakan oleh Daniel dan Kalia tidak menyukai itu, Daniel menerapkan sopan santun yang sama dengan apa yang Ayahnya ajarkan kepada anak-anaknya.
“adik kamu kenapa lagi itu Sagara?” melihat Sagara yang memasuki rumah membuat Kalia langsung menanyakan apa yang terjadi kepada Abil, yang dijawab oleh gelengan kepala oleh Sagara sebagai tanda kalau Sagara pun tidak mengetahui alasan dari sikap Abil.
“kamu urus dulu itu si Abil, Omah mau tidur siang dulu” Kalia beranjal pergi menuju kamarnya
Sagara baru melangkahkan sebelah kakinya tapi sang Omah sudah terlebih dahulu menghindarinya. Sepertinya Sagara harus ekstra sabar, kesabarannya sungguh diuji kali ini. Selain harus sabar menghadapi sang Omah, Sagara juga harus bersabar menghadapi sikap Abil yang sunngu sangat membuatnya kesal hari ini. Sebenarnya ada dengan anak itu? Abil memang selalu random, tapi tidak seperti ini sampai harus bersikap tidak sopan kepada orang yang umurnya jauh diatas Abil.
Sagara menatap pintu kamar yang bertuliskan “SyAbila purple Key Alcantara” dari ukiran kayu yang dibuat seindah mungkin. Dari tulisan saja kita sudah tahu kalau itu adalah kamar milik Abil. Sagara mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum memasuki kamar Abil, tidak ada sahutan. Sagara memutar gagang pintu kamar Abil dan menghasilkan bunyi yang menandakan bahwa pemilik kamar tidak menguncinya.
“Bil, abang masuk ya?” Sagara bertanya sebelum benar-benar memasuki kamar Abil
Ruangan seluas dua belas meter persegi ini didominasi oleh cat berwarna ungu muda. Beberapa poster karakter Anime terlihat menempel menghiasi dinding kamar, rak yang berisikan koleksi album-album dan lightstick dari boyband favorit Abil disusun dengan sangat rapi. Sagara melihat jersey yang sudah 3 tahun ini menjadi benda pusaka bagi sang adik.
Tiga tahun yang lalu
Stadion tempat latihan klub raksasa Spanyol Real Madrid kini sesak dipenuhi para penggemar klub sepak bola yang memili julukan “los blancos” tersebut, pasalnya kali ini merenga mengadakan agenda sesi latihan terbuka yang bisa dihadiri para fans. Ribuan pengemar bersorak melihat interaksi antara pemain Real Madrid yang begitu akrab. Bahkan ada beberapa penonton yang turut serta membawa anaknya yang masih balita, tentunya mereka mengenakan jersey berwarna putih ciri khas Real Madrid.
Abil adalah salah satu dari ribuan penggemar sepak bola tersebut, sejak melihat pemain favoritnya memasukin lapangan hijau, Abil tak henti-hentinya berteriak menyeruakan namanya. Daniel dan Sagara bahkan harus sedikit menjauh karena segatan suara Abil dapat menyebabkan kelumpuhan pada telinga mereka.
“Abil, sini biar Papah yang minta Isco tanda tangan jersey kamu nanti” Daniel berbicara sedikit berteriak suapaya Abil tetap bisa mendengarnya ditengah kebisingan
“gak apa Papon, Abil bisa sendiri. Abi udah belajar bahasa Spanyol, jangan khawatir” seolah omongan Daniel adalah angin lalu, kini Abil kembali berteriak memanggil nama Isco lagi, dan lagi.
Semua pemain kini berkeliling menemui penggemar mereka dengan acak. Salah satu pemain tengah andalan Real Madrid, Casemiro menghampiri tribun yang ditempati oleh Abil. Gadis itu malah panik bingung mencari jersey lain yang sudah ia siapkan untuk menerima tanda tangannya. Sagara yang melihat itu segera memberikan jaket dan spidol miliknya kepada sang pemain yang memakai nomor punggung 14 itu.
Abil menatap Sagara seperti mengajak perang. Seharusnya kesempatan itu milik Abil, kurang lebih seperti itulah arti tatapan mata Abil. Sagara membalikan tubuh Abil secara paksa, pemain yang sedari tadi Abil teriaki namanya kini berjalan menuju arah mereka.
“ISCOOO” Abil berteriak sekeras tenaga sambil memameran jersey yang sudah ia siapkan sejak beberapa minggu yang lalu
Sang pemain mendengar teriakan Abil, ia memberi kode supaya Abil memberikan jersey nya untuk ia tanda tangani. Tanpa nge-bug seperti saat bertemu Casemiro Abil memberikan jerseynya kepada Isco
“aduh Abil mau nomong apa ya lupa” suara Abil terdengar parau seperti akan menangis
“hola isco, esta es mi hija, es tu fan. su nombre es SyAbila puedes llamarla Abil[1]” Daniel berbicara bahasa spanyol
“hola Abil, gusto en conocerte[2]” Abil melotot tak percaya, isco memanggil namanya. Walau tak jelas karena aksen spanyol, tapi tetap saja ini membuatnya sangat bahagia
“gracias, sé feliz, mantente feliz[3]” setelah memastikan Abil mengAbil jerseynya, Isco melambaikan tangannya dan pergi untuk menemui penggemar lainnya
“walaupun Abil tadik gak paham, Abil tetep deg-degan masyaAllah” melihat sikap Abil Daniel tidak bisa menyembunyika senyumannya. Kalau Abil bahagia, Daniel lebih bahadia lagi. Ia mengusap puncak kepala anaknya itu.
“abang, bisa bantuin Abil ngerjain tugas gambar gak?” tiba-tiba saja Abil muncul sambil memegang buku gambar ukuran A3 dan penggaris segitiga satu pasang di depan Sagara.
“Abil gak bisa terus-terusan lari dari tugas. Abil harus bertanggung jawab” Sagara tersenyum mendengar ucapan dari adiknya tersebut. “Abil gak punya banyak waktu, Abil ketinggalan 5 gambar soalnya” setelah mendengar penuturan Abil, kini Sagara mengerti kenapa gadis itu sangat terburu-buru memasuki rumah.
“tapi gak bisa sampai beres ya, abang juga punya tugas dari Papah yang harus dikerjain juga nih” Sagara menghampiri Abil yang sudah siap mengerjakan tugasnya itu
“gak apa, nanti ada Gravity kok yang batuin Abil” Abil menjawab pertanyaan Sagara tanpa mengalihkan fokusnya dari buku gambar.
Sagara hanya perlu mengarahkan Abil, sisanya anak itu sudah mengerti harus bagaimana kedepannya. Sagara juga lulusan Teknik Kendaraan Ringan, jadi ia sudah hapal gambar apa yang akan dikerjakan oileh adiknya. Yang Sagara tidak mengerti adalah kenapa Abil sampai bisa tertinggal banyak dari teman-temannya yang lain. Setahu Sagara anak ini tidak pernah bolos pelajaran atau bolos sekolah.
“kamu kenapa bisa ketinggalan banyak gini si Bil?” Sagara merapihkan pobil Abil yang ia rasa akan menganggu konsentrasi adiknya itu
“Abil ngebantuin temen Abil, katanya mereka butuh raper di band nya buat menuhin syarat ikut lomba, kebetulan lathannya barengan sama pelajaran ini, jadi mau gak mau Abil ketinggalan” begitu fokusnya Abil hingga ia menjawab pertanyaan Sagara tanpa menoleh sedikit pun
Memang kalau urusannya sudah denga Rap, Abil pasti akan dengan senang hati melakukannya. Abil sangat terobsesi menjadi Raper, ia bahkan peratnah membuat video berdurasi singkat seakan-akan ia bernyanyi di final dan memenangkan kompetisi Show Me The Money yang ada di Korea. Tapi Abil mengubahnya jadi Show Abil The Money, alasannya karena hanya Abil seorang kontestannya,
*****
Bagas memandangi mobil Galaksi dengan gelisah, Abil benar-benar merealistiskan ucapannya yang ingin membuat kempes ban mobil Galaksi. Lelaki berkulit sawo matang itu menjambak rambutnya karena ia sudah tau reaksi apa yang akan dibrikan Galaksi. Bagas bahkan sampai mencopot band captain merah yang selalu menempel dilengan kirinya karena frustasi.
Sudah cukup bagas dibuat pusing oleh pertikaian adik dan kakak itu yang tak pernah pernah berujung, menghadapi Galaksi yang terus-terusan mengusik Abil padahal ia tahu kalau Gravity sangat melindungi gadis itu. Sekarang Abil ikut-ikutan membat kepalanya pusing karena ulahnya. Gravity pasti akan memperingati Galaksi lewat bagas terlebih dahulu sebelum akhirnya ia melabrak Galaksi dengan bogeman mentah dipipi putihnya itu.
“gue udah minta pak satpam buat ngompa ini ban. Lo, gak perlu khawatir” bagas terperanjak kaget melihat Gravity yang tiba-tiba muncul di hadapannya.
“umm, thanks” ucapan terimakasih bagas hanya dijawab Gravity dengan menaik turunkan kedua alisnya
Bagas rasa ia tak perlu meladeni Gravity untuk sekarang, jadi ia putuskan untuk meninggalakannya saja. Tak perlu pamitan, bagas langsung beranjak pergi dan Gravity mematung memandangi punngung bagas yang semakin lama semakin mengecil. Mengheka nafas pasrah, Gravity mengambil band captain milik bagas yang tergeletak ditanah.
“Grav” Gravity menoleh dan melihat Danish dan Dede menghampirinya, mereka juga membawakan tas milik Gravity
“kita di skors tiga hari” dengan lesu Danish memberikan tas milik Gravity
“kejam banget emak lu, ngotot banget kalau kita mesti diskors” berbeda dengan Danish yang Dede malah semakin emosi setelah mendengar keputusan dari wali kelas mereka
“udah-udah, gue mau ke rumah Abil langsung nih, lo pada ikut kaga?” pertanyaan Gravity dijawab anggukan oleh temannya, ia memberikan kode supaya mereka langsung berangkat
Tak jauh dari sana, Galaksi menyembunyika dirinya dibalik pohon dan mendengarkan percakapan dari ketiga siswa tersebut. Kalau ia tidak salah menebak, mereka dua adalah orang yang tadi bersamanya di ruang BK. Dan yang satunya lagi Galaksi sudah pasti benar kalau itu Gravity. Ia tersenyum sinis melihat mereka mengendarai motor mereka keluar dari area sekolah.
Galaksi sudah tau kalau Abil membuat bannya kempes, ia menyaksikannya secara langsung ketika Abil melaksanakan rencana yang ada dikepalanya tersebut. Tanpa Gravity minta pihak sekolah untuk memperbaikinya pun Galaksi tidak akan kebingungan, ia akan pulang berasama Mamahnya. Biarkan saja mobil ini biar bagas atau dipo yang bawa.
Galaksi itu tinggi, atletis, pintar, lebih pintar dari Gravity bahkan. Ia juga terbilang sangat tampan denga kulit putih dengan rambutnya yang berwarna emas kecoklatan sangat pas ketika melihat rahanya yang tegas dan kedua bola matanya yang berwarna coklat madu. Darah Thailand dari Mamahnya dan Amerika dari Ayahnya membuat Galaksi semakin menawan. Tapi kenapa ia selalu menunduk, ia tidak bisa melihat lurus kedepan dengan percaya diri seperti orang lain? Seperti Gravity? Galaksi tidak pernah punya kepercayaan diri sebesar Gravity, seperti Gravity yang selalu siap pasang badan ketika Abil kena masalah. Galaksi tidak bisa, tidak akan pernah bisa.
Sepasang sepatu berwarna merah bata membuat Galaksi menaikan pandangannya, seorang wanita dengan dress berwarna senada memakai kalung yang sudah tampak lusuh berbentuk serigala menghampiri Galaksi. Galaksi tersenyuk ketika mn=engetahui kalau itu adalah Mamahnya.
“marven pulang sama Mamah aja, nanti biar bagas atau dipo yang bawa pulang mobil kamu” Earth mengusap lembut rambut coklat milik Galaksi, walau ia sudah mulai kesusahan karena tinggi Galaksi yang jauh diatasnya. Galaksi mengangguk sebagai jawaban, anak itu tidak pernah membantah apa yang Mamahnya katakan.
*****
Gravity dan teman-temmannya memasuki halaman rumah berlantai dua dengan nuansa putih-putih tersebut, tanpa tahu malu ia dan teman-temannya memakirkan motor mereka tepat disamping Camry hitam milik Sagara seolah-olah mereka adalah bagian dari keluarga ini.
Bak pemimpin gang, Gravity memimpin danish dan dede menuju kamar Abil di lantai dua. Tapi langkah mereka terhenti saat akan menaiki anak tangga ketika Gravity melihat tak jauh dari sana Kalia, Omahnya Abil berdiri memandangi mereka dengan berkacak pinggang. Gravity cengengesan dan menghampiri Omah Kalia untuk memberi salam terlebih dahulu.
“gak lihat dari tadi ada nenek-nenek disini?” Kalia langsung menyempprot Gravity karena aksinya itu. “Kalian kira ini mall apa?” Kalia melanjutkan omelannya
“ya maaf Omah, Grav kira Omah lagi istrihata” Gravity memeluk Kalia meminta maaf
“tadinya iya Omah mau istirahat, tapi gak jadi karena suara motor Kalian yang berisik” Kalia memukul Gravity dengan kipas yang dipegannya
“aduh Omah, Grav kan udah minta maaf” Kalia tidak mendengarkan keluhan Gravity, ia malah menabmah pukulannya sekali lagi
“sudah, Abil ada dikamarnya sama Sagara, Kalian naik aja. Omah mau istirahat lagi” Kalia masuk kedalam kamarnya dan menutup pintunya tanpa memperdulikan Gravity dan teman-temannya yang ada diluar sana
“selamat istirahat Omah” Gravity sebelum akhirnya ia melanjutkan kembali langkah kerennya yang tertunda karena harus menyapa Omah dulu
Gravity menyuruh danish dan dede naik terlebih dahulu karena ia akan membawa beberapa cemilan untuk jadi kudapan mereka. Tapi Gravity melarang mereka memasuki kamar Abil tanpa Gravity, ia bahkan memasang wajah yang menyeramkan dang mengancam kalau sampai danish dan dede berani memasuki kamar Abil tanpa izin.
Gravity membawa berapa snack yang biasanya papah Abil sediakan, tidak sepertinya grevity bisa membuat lemari yang tadinya penuh dengan makana itu menjadi kosong. Gravity juga membawa minuman bersoda yang akan menjadi teman mereka nantiya, walau cukup kesulitan Gravity tetap memaksakannya. Dasar serakah, padahal ia bisa membawa lagi nanti kalau memang mereka menginginkan lebih.
Dede dan danish memandang Gravity yang kesulitan membawa snack tanpa ada niatan membantunya sama sekali, mereka malah mengetuk pintu kamar Abil memberitahu Abil kalau mereka akan masuk. Seakrang kan sudah ada Gravity, mereka menempati janjinya untuk tidak masuk kamar Abil tanpa ada Gravity.
Saat dede hendak memasuki kamar Abil, Gravity menerobos terlebih dahulu. Bahkan beberapa snack berjatuhan karena ulahnya. Danish sudah biasa melihat Gravity yang over protective kepada Abil.
Gravity meloto tak percaya melihat Abil yang hanya menggenakan hot pants dan baju pendek model crop tee, rambut hitam panjangnya iya cepol asal. Wajah tanpa riasan Abil, pipi chuby Abil, ditambah Abil mengenakan kacamatanya, tidak Abil teralalu imut. Bahaya kalau sampai danish dan dedek naksir Abil. Gravity menyimpan snacknya asal diatas tempat tidur Abil dan berbalik dalam sekejap, danish dan dede yang di tatap dingin oleh Gravity hanya bisa menaikan alisnya bingung. Gravity mendorong kembalimereka keluar kamar Abil. Omah bilang Abil bersama abangnya, tapi kemana abanhnya sekarang? Kenapa Abil sendiran dikamarnya?
“Abil ganti celana sama baju lo, gak sopan tau” Gravity berteriak didepan pintu kamar Abil “nanti kalau udah teriak aja, ntar gue sama dede sama danish masuk” ya, ini adalah sisi menyebalkan dari Gravity. Sisi ptotectivenya.
“lo, nyuruh kita keluar cuma karena bail pake celana pendek?” Gravity mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan danish
“emang Psycho ni si Gravity. Lo pikir gue sama danish mau apain Abil hah?” dede tidak bisa lagi menyembunyikan kekesalannya kepada Gravity
“Abiil gue terlalu kawaii[4], nanti lo semua naksir kan bahaya” danish mengusap wajahnya kesal mendengar alasan tak masuk akal dari Gravity
Abil membuka pintu kamar dengan kesal, sekarang ia sudah memakai celana training hitam panjang dan sweter panjang berwarna ungu. Tapi masih dengan model rambut yang sama dengan kaca matanya yang masih ia kenakan.
Danish menghela nafas pasrah ketika Gravity sedang mengacak-ngacak isi tasnya sendiri mencari sesuatu yang sudah dapat danish duga ini akan out of the box.
“pake ini, biar mereka gak naksir sama lo” Gravity memasangkan masker Angri Bird berwarna hitam dimuka Abil
“kenapa gak seKalian si Abil suruh lo pakai mukena terus cadar, biar rapet sekaligus. Yang keliatan Cuma matanya doang” dede memukul kepala Gravity pelan karena kesal melihat tingkah temannya itu.
[1] hi isco, this is my daughter, she's your fan. her name is Syabila, you can call her Abil
[2] hallo Abil, nice to meet you
[3] thank you, be happy stay happy
[4] Imut
“gue beras lagi ada di Middle East deh kalau ngeliat lo” danish menarik masker yang dikenakan oleh Abil Gravity memberikan tatapan tajamnya kepada danish, seenak saja dia berani menyentuh sesuatu yang sudah Gravity tetapkan. Tapi kali ini danish tidak mengalah, boleh danis akui kalau visual Abil memang menarik, bahkan sangat menarik. Danish dan dede bahkan beberapa kali merasa terpukau dibuatnya, apalagi kalau Abil sudah mengenakan jilbab. Kalau kata Ramadan si, menyejukan hati. Abil melemparkan pensilnya kesal, sedari tadi Gravity tak henti-hentinya memandangi Abil dengan tatapan posesifnya. Dan kenapa pula ia harus menuruti perintah konyol Gravity? Papah dan Abangnya saja tidak masalah kalau Abil menggenakan celana pendek, kenapa Gravity malah kelewatan repot? Abil meniup poninya yang menghalangi pandangannya, ia m
Bagas tersenyum melihat kehadiran Gravity di arena balap, ia kira Gravity tidak akan datang. Bagas mengikuti jadwal pertandingan bola, dan Gravity biasanya akan absen kalau Real Madrid bermain demi menemani Abil menonton. Hari ini kalau Gravity memenangkan balapan keuntungan yang didapat cukup besar, penantangnya pun cukup dikenal dikalangan pergaulan mereka. Niga, salah satu alumni dari SMK Gravity yang sudah lama berkecimpung di dunia balap.“kenapa Grav? Muka kusut amat lo kaya keset bank” Gravity hanya ersenyum kecut mendengar basa-bais yang dilontarkan Bagas kepadanya“Grav ada yang nyariin elo nih” Graviy menaikan sebelah alisnya memberi kode siapa yang mencari dia“gak tau gue, tadi dia berdiri dipojok sana, nanyain Gravity nanti pakai motor warna apa? Aneh banget tuh orang, gak pernah ke tempat ini kayanya” orang tersebut menunjuk ujung jalan
Ini adalah hari minggu, hari dimana Abil akan menghabiskan seluruh waktunya dengan menonton tv. Ia bahkan sudah stand by didepan tv dari jam tujuh pagi, alasannya biar dia memenangkan perebutan remote dengan sang Papah. Abil menatap papahnya dengan tatapan puas, tidak adalagi siaran TVOne kalau remote ditangan Abil. Semuanya akan menonton acara infotaimen bersama Abil.“ey sudah bergaya saja, mau kemana kau?” Abil tidak bisa membendung rasa penasarannya melihat Sagara sudah rapi sekali, membuat Abil insecrue saja. Jangankan mandi, Abil gosok gigi saja belum“mau ke Gereja bareng Omah, kenapa?” Kalia muncul membuat Abil tersenyum jahil“nanti salam sama Ibu pendeta yang waktu itu bilang Abil imut ya Bang” ucapan yang keluar dari mulut Abil membuat semua orang bingung“itu Biarawati, bukan Ibu pendeta” jawaban dari Kalia membuat Abil b
“Paaah, Maaah. Liat deh, Abil negerecokin gambar gara terus, jadi gak selesai-selesai kan” adu gara kepada orang tuanya yang sedari tadi asik menonton tv“Abil bantuin bukan ngercokin” Abil membela dirinya“mana ada bantuin malah jadi acak-acakan begini” Sagara melempar kertas yang ia maksud kepada Abil“hey, Sagara gak boleh gitu sama adiknya” kirana menengahi pertengkaran kedua buah hatinya itu “Dan, bantuin dong. Ini anak lo kerjaannya ngerusuh mulu” protes kirana kepada Daniel yang sedari tadi hanya memperhatikan mereka“ini anak lo kerjaannya merusuh mulu” Abil menirukan omongan kirana dengan ciri khas anak kecil Sagara menutup mulut Abil dengan telapak tangannya, ia memberi peringatan lewat matanya kalau apa yang Abil lakukan itu tidak benar. Tapi Abil masih kecil, ia belum cukup pintar untuk mengerti kode
Mempunyai Papah yang sangat menyayanginya juga seorang Adik yang sungguh menggemaskan dan sangat menghormatinya saja sudah membuat Sagara bersyukurbukan main. Pasalanya ia adalah orang asing, senormal dan semurni apapun kasih sayang yang diberikan Daniel padanya tidak akan mengubah fakta kalau Sagara bukan anaknya. Melihat Abil dan Papahnya menghabiskan waktu semalaman membuat Sagara merasa bersalah kepada Abil. Mengingat Abil yang tidak pernah mengetahui bagaimana sosok Mamahnya. Kirana, semua anggota keluarga sepakat untuk tidak membawa nama itu kepermukaan apalgi menjadikannya topik pembicaraan sebelum Daniel sendiri yang mengatakannya terlebih dahulu. Dan sekarang setelah hampir 16 tahun Daniel sendiri yang mulai mengatakan fakta yang sebenarnya.“kamu ada kerjaan diluar Dan?” pertanyaan kalia membuat seisi meja makan men
“Abiiiil” Abil meringis lagi dan lagi. Semua teman-temannya kembali menertawakan Abil. Saat ini Abil sedang praktik membongkar dan merakit kembali Gardan atau Differential. Tapi ini sudah yang ketiga kalinya Abil masih saja tidak bisa merakitnya kembali, semua urutan yang Abil hafalkan ketika melihat teman-temannya praktik sekarang mendadak terbang bagaikan abu.Abil melempar kunci yang sedang ia genggam “semester depan Abil mau pindah jurusan aja”“heh, jangan main lempar-lempar aja. Itu punya sekolah” Pak Irfan memberi pelototan kepada Abil Abil memalingkan wajahnya malas. Rasanya Abil ingin protes saja kepada Papahnya, kenapa nama Abil dimulai dari huruf S? nomor urut absen Abil jadinya kedua dari belakang setelah dibawahnya ada Wahyu yang berawal dari huruf W. Gara-gara nomor absen Ab
Abil kecil berlarian mengelilingi taman mencari dimana Gravity kecil bersembunyi. Gadis kecil itu terlihat sangat lucu dengan gaun merah selutut yang ia kenangan, sangat kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Rambut hitamnya dicepol rapih dengan poni yang menutupi keningnya membuat siapa saja pasti akan langsung jatuh cinta pada gadis kecil ini. “Graav, Abil cape ah. Mau duduk aja, ndak mau cari Grav lagi” Abil mendudukan dirinya ditengah-tengah taman tanpa memperdulikan pakaian yang akan kotor“sini aku bantu, jangan dudk disini kotor” Abil melihat uluran tangan dari seorang anak yang juga sedang bermain ditaman tersebut, dengan cepat Abil menggeleng keras “Abil gak mau berdiri kalau bukan Gravity yang bantu” Abil memalingkan wajahnya“aku Galaksi, adiknya Gravity. Jadi kamu udah bisa berdiri” Ga
Disclaimer : it’s gonna be a special part for G>ernyata, selain jago di arena balap Gravity juga sangat bisa diandalkan dalam urusan masak-memasak. Bahkan masih ada beberapa hal lagi yang membuat Galaksi terkesan pada Gravity. Bagaimana tidak, Gravity memasakan Galaksi bubur dan juga menyiapkan keperluan untuk membersihkan diri Galaksi.Dengan telaten Gravity menyuapi Galaksi, walaupun anak itu masih kukuh menolak dan mengkalim kalau dirinya bisa makan sendir, tapi Gravity menulikan telinganya. Kali ini Galaksi tidak jauh berbeda dari Abil yang sedang sakit.Banyak sekali rengekan yang keluar dari bibir adiknya itu. Buburnya kurang asin, kepanasan, harus pake kerupuk lah, kecap lah. Kalau Galaksi berpikir dengan seperti itu Gravity akan mundur dan membiarkannya makan sendiri, Galaksi salah. Rengekan yang keluar dari mulut Abil lebih dari ini, Gravity sudah terbiasa akan hal tersebut.Setelah memaksal Gala
Gravity membuka matanya, tatapannya kosong. Setelah merasa kalau Abil sudah meninggalkan ruangan ini ia baru berani untuk membuka matanya. Dan sialnya, apakah harus terus-terusan langit-langit polos ini lagi yang menjadi pemandangan pertama untuk Gravity lihat? Jujur saja, ia sudah sadar dari saat Abil mulai bernyanyi. Bahkan ia dapat mendengar jelas semua keluh kesah gadis itu, termasuk oercakapan Abil dengan Mamahnya. Bagaiamana gadis itu mencoba membujuk Earth untuk membawa Gravity ikut serta, dan bagaimana Earth dengan tanpa pikir panjang menolaknya. Ini bukan oertama kalinya Gravity diperlakukan demikian, ia sudah tidak perlu lagi khawatir atau pun merasa sakit hati seperti saat ini. Penolakan adalah hal yang selalu ia dapatkan. Jangankan ketika Gravity meminta
Ternyata, menunggu seseorang untuk sadar sepenuhnya dari pengaruh alkohol bukan perkara yang mudah. Hampir satu jam lamanya Abil senantiasa menunggu Gravity untuk terbangun dari tidur panjangnya. Mati-matian Abil menahan dirinya untuk tidak melempar Gravity dengan tepung terigu yang kemarin Abil gunakan untuk membuat cireng yang gagal. Kalau saja menenggelamkan orang ke teluk alaska adalah perbuatan terpuji, maka saat ini Abil mungkin sudah dapat piala oscar. Hati Abil terus meneriakan kata umpatan untuk gracity karena tak kunjung sadar. Ia ingin segera bertanya kepada Gravity kenapa anak itu tidak meracau semalam padahal Gravity berada dibawah pengaruh alkohol.“kalau Abil nusuk-nusuk jari Gravity pake jarum, Abil dapat pahala gak yah?” ucap Abil dengan lesu
“ini anak siapa anjir? Kenapa datang ke klub pake baju tidur?” Abil semakin menyembunyikan dirinya dibalik punggung Sagara. Kalau bukan karena ia dapat panggilan dari seseorang yang mengatakan kalau Gravity mabuk berat, Abil ogah deh harus keluar malam-malam begini.“kamu tunggu di mobil aja gih. Abang sendirian aja, dari pada kamu diliatin banyak orang” ini sudah kesekian kalinya Sagara meyakinkan Abil supaya mau menunggu dimobil, dan membiarkan Sagara saja yang turun tangan. Bukannya menurut, Abil malah melangkah maju kedepan. Ia mengibaskan rambutnya kebelakan dan mencepol rambutnya asal-asalan. Abil berjalan mendahului Sagara dengan percaya dirinya, berbeda dengan sebelumnya. Sudah terlanjur menjadi pusat perhatian sejak dari park
Hawa yang Gravity rasakan saat pertama kali adalah ketegangan. Dapat ia lihat dengan jelas sorot mata memerah milik adiknya memandang Mamahnya dengan penuh tanya. Galaksi menghempaskan tangan Earth ketika wanita setengah baya itu mencoba meraih pergelangan tangan milik anak bungsunya.“Sayang, dengerin penjelasan Mamah dulu. Mamah punya alasan kenapa Mamah sembunyiin fakta ini. Selama ini juga Mamah mencoba mencari waktu yang tepat untuk membicarakan hal ini sama kamu” Gravity memalingkan wajahnya ketika melihat Earth yang begitu ketakutan melihat Galaksi yang marah kepadanya. Ia tidak pernah mendapatkan tatapan penuh ketakutan seperti itu dari Mamahnya. Bahkan ketika Gravity memilih untuk meninggalkan rumah berhari-hari, Earth tidak pernah sekhawatir itu.“but it’s hurting me more. Ini tentang kes
“uncle, kalo nanti Abil jadian sama Diva gimana?” Radit yang sedang minum langsung tersedak seketika mendengar pertanyaan dari Abil. Ia memandang Abil dengan wajah kagetnya. Tapi Abil membalas tatapan Radit dengan wajah tak mengerti.“kenapa?” tanya Abil“kenapa kata lo? Heh, yang bener aja lu. Abil kan udah nenek-nenek, anak uncle masih perjaka ting-ting” jawba Radit sedikit menahan rasa kesalnyaPlak, Daniel memukul kepala belakang Radit menggunakan majalah yang ia bawa “nih, kemarin Papah dapat majalah yang covernya Isco” Daniel memberikan majalah yang tadi ia gunakan untuk memukul kepala Radit kepada Abil. Ia mengabaikan Radit yang sudah terlihat seperti ingin menikamnya. Radit memandang Sagara dengan kode meminta bantuannya tapi hanya dibalas gelengan kepala oleh a
Bertemu dengan seorang Radit Rahrja di situasi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi Sagara. Laki-laki yang akrab disapan dengan panggilan Uncle tersebut mempunyai sifat seperti Abil, sama-sama hyperaktive dan to much talking.“Uncle, Abil kan udah tidur nih, bisa kali diganggunya besok aja” ini sudah kali ketiga Sagara mencoba memberi saran kepada Radit, tapi tak ditanggapi apa pun oleh laki-laki tersebut. Bak angin berlalu, omongan Sagara tidak ada arganya di telinga Radit. Dengan niat jahilnya Radit masih saja menepuk-nepuk pipi Abil dengan tujuan supaya gadis itu terbangun dan menangis karena tidurnya terganggu. Sebagai seorang ayah, Daniel pun tidak bisa memberitahu Radit untuk tidak menganggu putrinya itu. Radit se
Menghabiskan waktu seharian dengan bermain-main cukup menguras tenaga Abil, walau pun ada beberapa insiden yang sepertinya menjadi memori yang menyebalkan. Kakinya dan tubuhnya terasa begitu sangat pegal. Alhasil sekarang Abil hanya bisa duduk terdiam seolah-olah raga sukmanya sedang beterbangan kesana kemari. Keadaan di mobil juga cukup tenang, hanya ada suara radio yang menemani perjalanan mereka. Galaksi memejamklan matanya dengan damai, Bagas menyumbat kedua telinganya dengan headphone, dan Gravity sedang fokus menyetir. Sagara meminta Gravity untuk membawa mobil terlebih dahulu dan membiarkan Sagara beristirahat sebelum ia kembali unuk menyetir sampai ke tujuan.“aaah bete. Masa Abil gak bisa karokean” Abil masih bisa melayangkan protes walau pun s
Potret keluarga yang menampilkan Daniel, Sagara dan Abil memenuhi seisi ruangan dengan berbagai macam pose dan gaya. Tapi sayangnya tidak terlihat potret yang mengabadikan momen pernikahan Daniel dan Kirana. Saat mengetahui kalau Kirana meninggalkan Daniel dan Abil yang baru berusia tujuh hari, Daniel telah memutuskan untuk tidak memajang foto dari wanita yang saat ini masih memenuhi ruang di hatinya itu. Bukan karena ia sudah melupakan atau pun membenci Kirana, Daniel hanya belum siap untuk bercerita kepada Abil. Ia takut kalau saat ia menceritakan kepada Abil kalau Kirana pergi meninnggalkan mereka disaat kulit Abil masih memerah.“masih bucin aja lo sama si medusa” Daniel menatap tak percaya keberadaan seseorang yang sangat ia kenal itu berada dihada
Berbeda dengan sebelumnya, sekarang Abil terlihat sangat bahagia dan seolah-olah kejadian tadi tidak pernah terjadi. Tapi anak itu tidak lepas dari tangan Gravity, kemana pun Gravity pergi Abil senantiasa mengikutinya. Sejak memasuki wahana rumah hantu ini Abil tidak henti-hentinya berteriak. Bukan berteriak ketakutan, melainkan kesenangan. Anak itu tidak ada takut-takutnya, setiap kali ada hantu yang muncul Abil akan dengan senang hati menghampirinya dan mengajak mereka bersalaman dengan alasan tak kenal maka tak sayang.“nanti ajak Abil ke rumah yang isinya pocong semua ya cong. Jangan malu-malu, nanti Abil bawain Pepsi” ucap Abil setelah mengajak salah satu pocong yang muncul untuk menghantui mereka. Pocong tersebut terlihat cukup terkejut melihat re