“ini semua gak masuk akal. Kenapa dunia ini terlalu pilih kasih? Demi tuhan Abil meresa didiskriminasikan. Pertama, kenapa kalau laki-laki yang ngomong kasar dianggap biasa aja, beda sama Abil sebagai perempuan. Semua orang biasanya bakal menanggap kalau perempuan yang suka ngomong kasar gak punya attitude, kenapa? Dua, laki-laki nongkrong gak pernah tuh digunjingin tetangga, coba perempuan yang nongkrong. Ketiga, kalian semua kaum adam akan seperti pada umunya kalo ngeroko bahkan minum-minuman keras pun. Kalau kita dianggap wanita gak berpendidikan, dipandang sebelah mata, bahkan disebut gak ada harga dirinya, WHY?” Gravity menghela nafas lelah melihat gadis didepannya ini, sudah sejak 30 menit yang lalu ia terus mengeluh mengenai kesetaraan gender
“kita itu sama, satu spesies, bedanya Abil perempuan dan Gravity laki-laki” Abil melanjutkan ocehannya sambil menyilangkan kedua tangannya didada
Grvaity mengerti keresahan Abil sebagai perempuan yang sangat mengutamakan kesetaraan gender, tapi tidak semua orang paham hal tersebut. Apalagi mereka bukan tinggal diperkotaan yang notabenya masyarakat sudah jauh lebih didepan dibandingkan orang-orang disekitar mereka. Gravity juga tidak tahu bagaimana asal usulnya sehingga Abil mengoceh panjang lebar seperti ini.
“coba ceritain dulu detail nya, gue dari tadi dengernya gak paham. Sini duduk dulu” Gravity menepuk-nepuk tempat disebelahnya mengisyaratkan Abil untuk duduk disebelahnya
Abil memanyunkan bibirnya kesal, kalau sudah gini pasti Abil akan dinasihati lagi. Memangya laki-laki disekeliling Abil itu tidak pernah membela Abil, baik Papahnya, Abangnya maupun Gravitynya. Menyebalkan, namun Abil tetap menuruti permintaan Gravity untuk duduk.
“Galaksi, semuanya gara-gara Galaksi” raut wajah Gravity langsung berubah dingin mendengar nama tersebut keluar dari mulut Abil
“kan gue udah bilang jagan berurusan sama Marven Abil” suara Gravity yang berubah menjadi dingin membuat semua amarah Abil seketika menghilang
“enggak gitu Grav, awalya Abil juga gak mau berurusan sama Galaksi, cuma dianya yang mulai duluan. Dia buat Abil jatuh. Liaat” Abil menunjukan luka dilututnya yang memerah “jadi Abil kelepasan ngebentak dia” karena tak kunjung mendapat jawaban Abil melanjutkan ucapannya yang dibalas Gravity hanya dengan anggukan kepala
“iya, iya, iya. Abil kelepasannya banyak, ngomong kasar juga. Udah Abil ngaku” finall, Abil menundukan kepalanya
“terus?” pertanyaan Gravity membuat Abil mengerutkan keningnya bingung “iya terus apa yang si Marven bilang sampe lo ngoceh-ngoceh begini” seakan mengerti apa yang Abil pikirkan Gravity membuat pertanyaannya lebih jelas
“pokoknya ada deh, Gravity gak perlu tau” Abil membuang mukanya
“drama lagi” Abil melotot tak percaya mendengar penuturan dari temannya ini
Gravity mengangkat bahunya tak peduli, nanti Abil akan bercerita dengan sendirinya. Anak itu tidak akan tahan memendam semuanya sendirian, mari kita lihat sampai mana Abil akan diam seperti sekarang. Kalaupun Abil betah menyimpannya sendirian, ia pasti akan uring-uringan semalaman paling tidak sedikitnya akan menyebabkan kegaduhan dirumah yang sangat damai ini, damai kalau tidak adak Abil tentunya.
Abil menatap Gravity dengan tatapan horor, berurusan dengan seorang Marven Galaksi Prakasa selalu bisa membuat sisi lain dari Gravity keluar. Ya Abil mengaku, sesekali Abil memang senang menjahili Galaksi. Tapi Abil berani bersumpah sekarang, kalau kejadian ini tanpa rekayasa, Abil sama sekali tidak berniat untuk berusuan dengan Galaksi. Ini murni karena ulah Galaksi yang membuat lututnya terluka.
“Galaksi bilang gak ada cowo yang mau sama cewe tukang ngomong kasar kaya Abil, puas” menekan rasa takutnya Abil melotot guna membuat Gravity merasa tertikam
Gravity menghela nafas, padahal sudah berapa kali ia peringatkan untuk tidak mengusik orang-orang disekitarnya terutama Abil. Tapi tetap saja anak itu masih menganggu Abil, walau terkadang Abil juga terlihat meladeni Galaksi. Menjalani hidup bersama Abil selama kurang lebih 9 tahun membuat Gravity atau pun Galaksi sudah pasti mengenal bagaimana karakter Abil, membuat Galaksi lebih mudah untuk menyulut emosi gadis ini.
“sini, gue peluk dulu” Gravity merentangkan tangannya memberi kode supaya Abil datang kepelukannya
Abil yang mengerti arti dari kode tersebut langsung menghambur ke pelukan Gravity. Abil memanyunkan bibirnya karena satu kali lagi ia kalah dari Gravity. Memang kalau sudah seorang Gravity Rajata Prakasa yang bertindak, sesulit apapun itu Abil pasti dibuat luluh. Katakan saja Abil lebay, setiap apapun urusan yang ada dalam hidup Abil, sudah dapat dipastikan Graviy akan berperan penting disana.
Mereka hanya sebatas teman, tidak lebih. Tidak, mungkin ini lebih karena Gravity sudah seperti anak kandung sendiri bagi Papah Abil. Gravity banyak menghabiskan waktu bersama dengan keluarga Abil. Gravity sangat akrab dengan Sagara, Abangnya Abil. Bahkan tak jarang Gravity diajak untuk datang ke acara keluarga Daniel, Papah Abil.
*****
Jam ditangan Gravity menunjukan kalau ini sudah pukul 10 malam lewat 30 menit, tapi Gravity baru sampai dirumahnya. Lampu utama diiarkan menyala tapi kamar dilantai dua milik Galaksi sudah mati, sepertinya Galaksi sudah tidur. Gravity bisa menghela nafas lega, setidaknya ia tidak perlu melemparkan kata-kata sinis kepada adiknya tersebut.
“Gravity” sial, padahal Gravity baru saja menaiki beberapa anak tangga tapi suara Mamahnya mengharusnyakannya berbalik
“habis dari mana kamu? Balapan lagi?” pertanyaan dari sang mamah mengharuskan Gravity membalikan badannya menghadap, ia bisa melihat dengan jelas kalau sang mamah menatapnya dengan dingin
“hmm, udah kan? Gravity cape mah, mau istriahat” Gravity kembali melangkah kakinya menuju kamarnya dilantai dua
“Gravity, kamu tahu kan kalau kamu masih tinggal dirumah mamah? Jadi tolong ikuti aturan mamah dan berhenti ikut balapan, guru kamu terus menghubungi mamah” Earh, mamahnya Gravity mengeluarkan semua yang ada dipikirannya. “dan jangan bikin mamah malu”
Gravity mengabaikan peringatan dari sang mamah, ia melanjutkan kembali langkahnya menuju kamar walaupun mamahnya beberapa kali menyeruakan namanya. Gravity cukup tahu diri, seperti yang mamahnya katakan, ia masih menumpang dirumah mamahnya walaupun Gravity sudah tidak memakai uang yang diberikan mamahnya untuk sekolah karena Gravity membiayai sekolahnya sendiri.
Gravity sangat paham kenapa mamahnya bersikap dingin seperti ini terhadapnya, mamahnya masih belum bisa berdamai dengan keadaan, dan terjebak dalam kesedihannya selama ini. Gravity mengerti akan hal tersebut, mamah dan adiknya masih diselimuti rasa sesaknya. Bukannya Gravity tidak merasa sesak, sedih, hanya saja dGravity sedang mencoba berdamai dengan keadaan dan ia sungguh sangat berharap kalah mamah dan adiknya akan berdamai dengan keadaan yang ada. Gravity kesepian selama ini, ia berjuang sendirian melawan rasa sunyinya.
Semenjak ayahnya meninggal 10 tahun yang lalu, bukan hanya sikap Galaksi yang menjadi lebih dingin. Perkataan yang terlontar dari mulut sang mamah semakin hari semakin sinis dan tajam terhadapnya. Semua orang seakan mengutuk Gravity ata skepergiaan ayahnya, mungkin ini hukuman yang harus Gravity karena terlalu serakah. Gravity bahkan tidak pernah mengharapkan ada kebahagiaan tersisa dihidupnya, Gravity sadar akan tempatnya.
Gravity mendesah kesal saat handphonenya tidak berhenti berbunyi, ini pasti ulah teman-teman sekelasnya. Mereka tidak bisa apa kalau idak membuat gaduh di group chat barang sehari saja? Padahal Gravity sebagai ketua murid sudah memperingatkan agar tidak membahas sesuatu diluar topik sekolah, mungkin gosip sekolahan masih bisa di acc, tapi tman-tamannya sungguh sangat random dalam menentukan topik
*SUPER OTOMOTIF SQUAD*
[ Dede Arnold ] Fiks, drama Korea yang Goblin sungguh sangat rekomendid
[ Abil-chan ] Huaa bener bangeeeet. Episode 1 aja Abil udah nangis termehek-mehek
[ Pangeran Danish ] Laki-laki pendrama dan perempuan pendrama
[ Dede Arnold ] Abiiil, lo udah nonton ternyata. Episode satu pas emaknya mati kan?
[ Ramadan baik hati ] Meninggal anjir, gada sopan-sopannya lo
[ Abil-chan ] Eh iya bener pas mati itu, kasian anjir jadi piatu
[ Arnold bukan dede ] Ini lu pada bahas apa si?
[ Angga handsome ] 2in deh, gue kaga paham
[ Pangeran Danish ] Ini anak dua lagi bahas drama Korea
[ Ramadan baik hati ] JADI GRPUP KELAS DIPAKE BUAT BAHAS DRAKOR?
[ Abil-chan ] pokonya Abil mewek termehek-mehek pas si ibunya mati terus si Ji Eun Tak jadi piatu. ditambah pas adegan Ajushi nya musnah jadi abu
[ Dede Arnold ] Anjir gue juga sama. Si malaikat pencabut nyawa juga tragis
[ Ramadan baik hati ] Anjir gue udah pake capslock masih aja di kacangin
[ Pangeran Danish ] Lo berdua gak tau fitur personal chat ya?
Dede Arnold mengeluarkan Pangeran Danish dari group
[ Arnold bukan dede ] Anjir Dede, di tampol si Danish mampus lo
Gravity menyirit bingung membaca semua username yang ada di layar handphonenya, apa-apaan ini? Ramadan baik hati? Angga handsome? Pangeran Danish? Heel, kalau Arnold bukan dede itu memang murni Gravity yang memberi nama, tapi kalau untuk yang lain? Kalimat yang menyatakan tidak ada sopan santun antara teman adalah benar, tidak ada lagi ruang privasi di handphone Gravity sekarang.
God damn it I like it
Pretty good cant be shaken
I don’t need you need you need you
Gimme a shot to over everything, God damn it I like it
“Bagas” Gravity menghela nafas lagi dan lagi. Tidak bisakah ia beristirahat, berada seharian disekolah, menghadapi Abil dalam mode bad mood, dan juga balapan kali ini tidak berjalan sesuai harapan Gravity padahal ia sedang membutuhkan uang yang cukup besar. Mamahnya yang memperingati Gravity untuk berhenti balapan dan sekarang Bagas? Apa memang semendesak itu sampai tidak bisa menunggu esok pagi?
“kenapa?”
“lo yang kenapa” Gravity menyirit tak mengerti
“kalo lo niat mau mati, jangan depan mata gue”
Gravity memejamkan matanya melihat layar ponselnya hitam, Bagas mematikan panggilannya secara sepihak tanpa memberi kesempatan bagi Gravity menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Bagas memang sering bertemu Gravity diarena balapan, dia sama seperty Gravity, mencari uang dengan cara yang sama. Bahkan sudah beberapa kali mereka berselisih diatas trek.
*****
Seorang wanita paruh baya keluar dari sedan putih yang terparkir dihalaman rumah Abil, ia terlihat membawa dua koper berukuran sedang memandangi pintu utama rumah. Tanpa berpikir dua kali ia membuka pintu tersebut dan memasuki rumah kediaman Abil, melihat seisi rumah masih sepi padahal ini sudah hampir pukul 7 pagi, seharusnya Abil sudah bersiap pergi ke sekolah.
“Ibu? Ibu kapan sampai? Kenapa gak bilang kalau mau kesini, au gitu biar daniel jemput”
Sang wanita yang dipanggil Ibu oleh daniel ini memandang daniel dengan tatapan heran. Pasalnya sekarang daniel berdiri diujung anak tangga dan sedang menggendong cucunya yang masih menggunakan pakaian tidur?
“Ibu gak lumpuh, kamu urus aja anak kamu itu. Sudah besar kok masih di gending sama Papahnya. Gak tau malu banget” Kalia, Ibunya daniel sekaligus omanya Abil meninggalkan daniel menuju meja makan.
“biar saya saja yang lanjutkan, kamu tolong bereskan barang-barang saya terlebih dahulu” Kalia menunjukan dua koper yang masih berada didekat pintu kepada Ina yang langsung dituruti perempuan tersebut.
Daniel menggelengkan kepalanya gemas, padahal anak gadisnya kini sudah berusia 16 tahun tapi masih sama menggemaskannya ketika ia baru pertama kali melihat dunia ini. Rasanya baru kemarin Abil merengek karena mengingkan ice cream disaat batuk, mogok makan karena tidak dizinkan mengikuti lomba nyanyi antar TK, sekarang gadis kecilnya sudah beranjak remaja dan kata imut yang selama ini Daniel sematkkan telah berganti menjadi kata cantik.“maaf Pak, Abil memang bebal kalau dibangunin” Daniel menaikan alisnya mendengar istilah yang disematkan Ina untuk anak gadisnya ini, bebal? Daniel jadi ragu apa dia benar-benar mengerti arti dari kata tersebut“tidak apa-apa, kamu siapkan saja bajunya. Biar saya yang bangunin Abil” Daniel megambil alih peran Ina untuk membangunkan Abil“Abil sayang, bangun nak. Kamu harus sekolah, sebentar lagi Gravity pasti kesini” seb
Abil mengintip dibalik kaca ruangan guru BK, ia melihat dengan jelas kalau Tante Erath, Mamahnya Galaksi dan Gravity sedang berusaha keras kepada wali kelas Abil, guru BK dan guru mata pelajaran yang saat itu memisahkan perkelahiannya. Abil tidak tahu pasti apa yang dibicarakan oleh Tante Earth. Tapi kalau Abil bisa menebak, Tante Earth pasti minta Gravity dan teman-temannya di skors karena mengeroyok putra mahkota seperti Galaksi. Aish klasik sekali, membuat Abil makin kesal saja.“kalau lo penasaran masuk, jangan ngintip kaya orang mau maling” Abil mengubah raut wajahnya menjadi dingin sebelum menatap Galaksi dengan pasti Abil menaikan sebelah alisnya dan memandang Galaksi dingin. Abil masih marah sama Galaksi, kalau Abil mau ngadu. Sudah apat di pastikan Galaksi merugi, diam-diam abagnya itu mematikan. Galaksi memandang Ab
Kalia menatap heran kedua cucunya yang sudah berada dirumah padahal inru jam makan siang. Apa lagi Abil yang datang dengan muka cemberutnya, bahkan ia hampir tidak memberikan salam kepadanya. Tapi gadis itu kembali turun dari tangga dan menghampiti Kalia yang sedang asik menonton tv sambil mengucapkan kata maaf dan membungkuk ala orang Jepang. Padahal Kalia sudah sering main ke rumah putra bungsunya ini, tapi tetap saja sikap Abil selalu memberikannya efek kejut yang menggelitik. Setidaknya, walaupun Abil sangat dimanjakan oleh Daniel dan Kalia tidak menyukai itu, Daniel menerapkan sopan santun yang sama dengan apa yang Ayahnya ajarkan kepada anak-anaknya.“adik kamu kenapa lagi itu Sagara?” melihat Sagara yang memasuki rumah membuat Kalia langsung menanyakan apa yang terjadi kepada Abil, yang dijawab oleh gelengan kepala ole
“gue beras lagi ada di Middle East deh kalau ngeliat lo” danish menarik masker yang dikenakan oleh Abil Gravity memberikan tatapan tajamnya kepada danish, seenak saja dia berani menyentuh sesuatu yang sudah Gravity tetapkan. Tapi kali ini danish tidak mengalah, boleh danis akui kalau visual Abil memang menarik, bahkan sangat menarik. Danish dan dede bahkan beberapa kali merasa terpukau dibuatnya, apalagi kalau Abil sudah mengenakan jilbab. Kalau kata Ramadan si, menyejukan hati. Abil melemparkan pensilnya kesal, sedari tadi Gravity tak henti-hentinya memandangi Abil dengan tatapan posesifnya. Dan kenapa pula ia harus menuruti perintah konyol Gravity? Papah dan Abangnya saja tidak masalah kalau Abil menggenakan celana pendek, kenapa Gravity malah kelewatan repot? Abil meniup poninya yang menghalangi pandangannya, ia m
Bagas tersenyum melihat kehadiran Gravity di arena balap, ia kira Gravity tidak akan datang. Bagas mengikuti jadwal pertandingan bola, dan Gravity biasanya akan absen kalau Real Madrid bermain demi menemani Abil menonton. Hari ini kalau Gravity memenangkan balapan keuntungan yang didapat cukup besar, penantangnya pun cukup dikenal dikalangan pergaulan mereka. Niga, salah satu alumni dari SMK Gravity yang sudah lama berkecimpung di dunia balap.“kenapa Grav? Muka kusut amat lo kaya keset bank” Gravity hanya ersenyum kecut mendengar basa-bais yang dilontarkan Bagas kepadanya“Grav ada yang nyariin elo nih” Graviy menaikan sebelah alisnya memberi kode siapa yang mencari dia“gak tau gue, tadi dia berdiri dipojok sana, nanyain Gravity nanti pakai motor warna apa? Aneh banget tuh orang, gak pernah ke tempat ini kayanya” orang tersebut menunjuk ujung jalan
Ini adalah hari minggu, hari dimana Abil akan menghabiskan seluruh waktunya dengan menonton tv. Ia bahkan sudah stand by didepan tv dari jam tujuh pagi, alasannya biar dia memenangkan perebutan remote dengan sang Papah. Abil menatap papahnya dengan tatapan puas, tidak adalagi siaran TVOne kalau remote ditangan Abil. Semuanya akan menonton acara infotaimen bersama Abil.“ey sudah bergaya saja, mau kemana kau?” Abil tidak bisa membendung rasa penasarannya melihat Sagara sudah rapi sekali, membuat Abil insecrue saja. Jangankan mandi, Abil gosok gigi saja belum“mau ke Gereja bareng Omah, kenapa?” Kalia muncul membuat Abil tersenyum jahil“nanti salam sama Ibu pendeta yang waktu itu bilang Abil imut ya Bang” ucapan yang keluar dari mulut Abil membuat semua orang bingung“itu Biarawati, bukan Ibu pendeta” jawaban dari Kalia membuat Abil b
“Paaah, Maaah. Liat deh, Abil negerecokin gambar gara terus, jadi gak selesai-selesai kan” adu gara kepada orang tuanya yang sedari tadi asik menonton tv“Abil bantuin bukan ngercokin” Abil membela dirinya“mana ada bantuin malah jadi acak-acakan begini” Sagara melempar kertas yang ia maksud kepada Abil“hey, Sagara gak boleh gitu sama adiknya” kirana menengahi pertengkaran kedua buah hatinya itu “Dan, bantuin dong. Ini anak lo kerjaannya ngerusuh mulu” protes kirana kepada Daniel yang sedari tadi hanya memperhatikan mereka“ini anak lo kerjaannya merusuh mulu” Abil menirukan omongan kirana dengan ciri khas anak kecil Sagara menutup mulut Abil dengan telapak tangannya, ia memberi peringatan lewat matanya kalau apa yang Abil lakukan itu tidak benar. Tapi Abil masih kecil, ia belum cukup pintar untuk mengerti kode
Mempunyai Papah yang sangat menyayanginya juga seorang Adik yang sungguh menggemaskan dan sangat menghormatinya saja sudah membuat Sagara bersyukurbukan main. Pasalanya ia adalah orang asing, senormal dan semurni apapun kasih sayang yang diberikan Daniel padanya tidak akan mengubah fakta kalau Sagara bukan anaknya. Melihat Abil dan Papahnya menghabiskan waktu semalaman membuat Sagara merasa bersalah kepada Abil. Mengingat Abil yang tidak pernah mengetahui bagaimana sosok Mamahnya. Kirana, semua anggota keluarga sepakat untuk tidak membawa nama itu kepermukaan apalgi menjadikannya topik pembicaraan sebelum Daniel sendiri yang mengatakannya terlebih dahulu. Dan sekarang setelah hampir 16 tahun Daniel sendiri yang mulai mengatakan fakta yang sebenarnya.“kamu ada kerjaan diluar Dan?” pertanyaan kalia membuat seisi meja makan men