Share

0.2 MISTAKE

Author: TantriMariana
last update Last Updated: 2021-07-23 15:15:17

Maxime menurunkan tubuh Leonardo diatas ranjang king size yang tersedia didalam kamar VIP di hotel tersebut. Tak lama Leonardo mendudukkan tubuhnya dan bersender dikepala ranjang.

"Max, pesankan aku Vodka sekarang."

"Tidak, kau sudah sangat mabuk Leo."

"Aku tak apa."

"Leo, hentikan tidurlah."

"Baiklah, pergi saja sekarang. Aku ingin sendiri."

"Leo aku tak bisa meninggalkanmu sendirian."

"Pergilah Max aku ingin menyendiri dulu. Aku ingin saat kau pergi pesankan aku vodka dan minta pelayan untuk mengantarkannya kemari."

"Baiklah."

"Cepatlah pergi." Usir Leonardo pelan dengan menggunakan tangannya.

"Iya, jika kau butuh sesuatu hubungi aku."

"Iya."

Maxime melirik sebentar kearah Leonardo yang terlihat sangat berantakan, pria itu terlihat sangat kacau. Dan mungkin meninggalkannya sendiri adalah pilihan yang paling baik sekarang. Maxime pun melenggangkan kakinya keluar dari kamar hotel ia mendekati pelayan hotel yang terlihat sedang membawa troly makanan.

"Permisi?"

"Iya." Balas gadis itu sopan.

"Bisakah kau antarkan sebotol vodka untuk pria di dalam kamar 550?"

"Tentu, saya akan antarkan." Balasnya polos.

"Baiklah."

Maxime menjalankan kakinya sementara wanita itu berjalan dulu mengantarkan makanan yang dipesan oleh tamu kamar hotel lain. Setelah selesai ia pun mengambil sebotol vodka dan mengantarkannya ke kamar 550.

Di dalam kamar, Leonardo menghubungi seseorang, Dyandra, seorang mucikari ternama di kalangan wanita penghibur di New York.

"Aku butuh anak buahmu."

"Tentu saja kami punya yang istimewa untukmu."

"Perawan?"

"Sayang sekali, kau tau gadis New York yang masih perawan adalah sebuah anugerah."

"Berarti itu tidak istimewa."

"Tapi aku jamin kau akan puas dengan apa yang akan aku kirimkan."

"Baiklah, kirimkan segera."

Leonardo mematikan sambungan teleponnya sepihak, ia membutuhkan wanita-wanita itu untuk melepaskan segala rasa dendamnya pada Alexa walaupun dendam itu masih tersimpan rapih di dalam benaknya. Tak lama pintu kamar diketuk tiga kali.

"Cepat sekali." Lirih Leonardo mulai kehilangan kesadarannya. Bahkan pandangannya pun mulai terganggu.

"MASUKLAH!" Setelah mendengar sahutan dari sang tamu hotel, wanita itu pun mendorong trolinya ke dalam. Ia meletakkan botol vodka di meja bundar tepat di samping ranjang.

"Ini pesananmu tuan."

Gadis itu tanpa menunggu jawaban dari tamunya langsung membalikkan tubuhnya menjalankan kakinya keluar dari sana. Namun pergelangan tangannya dicekal.

"Aku sudah menunggumu." Bisik Leonardo sensual. Bahkan ia dengan kurang ajarnya mencoba melepas kancing kemeja gadis itu.

"Lepaskan aku!" Gadis itu meronta dengan segala tenaga yang ia miliki. Namun tenaganya tak sebanding dengan pria di hadapannya.

Leonardo mengunci tubuh gadis itu dan menciumnya rakus. Gadis itu benar-benar merasa terhina. Ia melepaskan tautan itu lalu dengan cepat melayangkan satu tamparan kuat di pipi kanan Leonardo.

"Jaga sikapmu tuan!" Sentak gadis itu dan mencoba secepat mungkin pergi dari kamar itu.

"Kau tak bisa lari dariku jalang!" Leonardo dengan cepat menyusul gadis itu, mencekal kuat pergelangan tangannya dan menutup pintunya rapat tak lupa tangannya dengan cepat mengunci pintu itu.

"Mau lari kemana kau!"

"Ku mohon lepaskan aku." Pintanya dengan air mata yang sudah tak terbendung.

"Aku sudah membayarmu mahal!" Leonardo dengan cepat melempar tubuh gadis itu ke tengah ranjang.

Gadis itu sekuat tenaga berusaha keluar dan terbebas dari kungkungan pria iblis di depannya. Namun semuanya sia-sia. Ia hanya bisa menangis meratapi nasibnya yang sangat buruk. Ia begitu sangat membenci dirinya sendiri karena tak bisa menjaga harta satu-satunya yang paling berharga di sisa hidupnya. Pria itu merenggut paksa kehormatannya. Ia melakukannya dengan kasar dan ia hanya bisa menangis ditengah-tengah aktifitas pria bejat diatasnya.

***

Leonardo membuka matanya perlahan, ia melihat sekeliling kamar yang terlihat sangat berantakan. Pria itu memegangi kepalanya yang sangat pusing akibat mabuk semalam. Ia mendudukan tubuhnya dan merasakan dinginnya AC yang langsung mengenai kulitnya.

Leonardo melihat tubuhnya yang hanya tertutupi oleh selembar selimut dan ia pun sedikit menyibakkan selimut itu, matanya membola seketika saat melihat bercak darah yang menodai selimut putih itu. Darahnya berdesir dan ia pun dengan cepat meraih ponselnya. Terlihat dua pesan di sana dengan orang yang sama, Dyandra.

"Maafkan aku Mr. De Lavega aku tak bisa mengirimkan anak buahku padamu. Ada sedikit masalah disini dan aku harus menyelesaikannya. Tapi aku berjanji akan memberimu dua jalang terbaikku untuk memuaskanmu."

"Sekali lagi maafkan aku Leo, tapi aku akan menggantinya lain kali."

Leonardo menggeram seketika, jika bukan anak buah Dyandra yang semalam ia tiduri lalu siapa? Dan apakah ia telah merebut kehormatan seorang gadis?

Leonardo mengusap wajahnya kasar dengan telapak tangannya, ia sangat bingung. Entahlah dia mungkin akan menyelidiki siapa gadis yang semalam bersamanya. Sekarang ia harus segera pulang ke mansion, pasti orang tuanya sudah menunggunya.

Leonardo meraih selimut itu dan ia pun berjalan memasuki kamar mandi membersihkan tubuhnya. Pikirannya kembali teringat dengan kejadian semalam, hell! apa dia memakai pengaman tadi malam! Sial dia melupakan itu! Kau dalam masalah besar Leo!! Batin Leonardo geram.

Setelah selesai dengan acara mandinya. Ia pun bergegas memakai pakaiannya lalu beranjak keluar dari hotel itu. Dan ia baru ingat lagi mobilnya masih di club milik Maxime, bagaimana ia pulang sekarang? Alhasil ia pun menelpon Alexander.

"Uncle?"       

"Kau dimana? Daddy mu seperti orang gila mencarimu Leo!"

"Uncle hentikan, sekarang aku ingin pulang tapi aku lupa membawa mobilku. Bisakah kau menjemputku?"

"Tentu, dimana kau?"

"Aku di Hotel dekat mansion."

"Ah baiklah, aku akan kesana tunggulah sebentar."

"Uncle, tolong jangan beritahu Daddy dulu biar aku sendiri yang bicara."

"Baiklah, aku berangkat sekarang."

"Oke."

Panggilan terputus ia pun memainkan ponselnya menelpon Reoxane.

"Aku butuh bantuanmu."

"Apa?"

"Kita bertemu jam makan siang ini."

"Baiklah dimana?"

"Kantor." Balas Leonardo dingin.

"Baiklah aku akan kesana."

Leonardo mematikan sambungan teleponnya ia segera memasukkan kembali ponsel itu kedalam saku jasnya. Memang gila ia tak memakai kemeja putihnya ia hanya memakai jas yang kemarin ia pakai. Karena hanya itu yang menurutnya masih bersih sedangkan kemejanya sudah tercampuri dengan bau alkohol dan sudah dipastikan jika Mommy-nya mencium bau terkutuk itu ia akan diceramahi habis-habisan oleh Tabitha.

Tak lama mobil milik Daddy-nya yang dikendarai oleh Alexander berhenti tepat di depannya. Ia segera memasuki mobil itu.

"Sebenarnya apa yang terjadi Leo?" Tanya Alexander pelan bagaimana pun Leonardo adalah putra bossnya dan ia tetap harus bertindak sopan meskipun Leonardo sudah menganggapnya sebagai pamannya sendiri.

"Aku hanya menenangkan diriku uncle."

"Mommy mu tak berhenti memikirkanmu, seharusnya kau menghubungi mereka jika memang kau menginap di hotel semalam Leo."

"Iya itu salahku."

Alexander menganggukkan kepalanya ia pun menjalankan mobil itu hingga sampai di halaman mansion Arthur.

"Di mana kemeja mu?"

"Ku buang."

"Apa!"

Memang benar Leonardo membuang kemeja itu sesaat setelah ia keluar dari kamar hotelnya. Ia hanya tak mau membawa barang tak penting seperti itu.

Leonardo dengan santainya berjalan melewati bodyguard yang berbaris rapih disisi kanan dan kiri menuju pintu mansion. Saat berdiri tepat di depan pintu, salah satu bodyguard dengan sigap membukanya. Saat pintu terbuka Tabitha langsung menyambut putranya, mencium seluruh gurat wajah putranya lembut.

"Kemana saja kau?!"

"Maaf aku tak memberitahu Mommy."

"Aku tau kau terluka son, tapi setidaknya kau memberi kabar pada kami. Kami cemas disini." Ujar Arthur mendekati Leonardo dan melipat tangannya di depan dada.

"Kenapa pakaianmu begini? Dimana kemejamu?"

"Tertinggal di rumah Max." Dusta Leonardo langsung membuat Alexander menatapnya.

"Bagaimana bisa tertinggal?"

"Aku lupa menaruhnya Mom."

"Sudahlah lupakan, apa kau sudah makan?"

"Belum."

"Ayo kita makan dulu."

"Mom duluan saja."

"Ada apa?"

"Aku ada keperluan sebentar."

"Baiklah."

Tabitha dituntun pelan oleh Arthur dengan Fiorella yang berada disamping mereka. Mereka bertiga berjalan beriringan menuju meja makan. Leonardo langsung menatap Alexander dingin.

"Paman."

"Kenapa kau berbohong?"

"Paman tau kan Mommy sangat membenci alkohol dan kemeja itu sudah tercampur dengan bau alkohol oleh karena itu aku membuangnya."

"Lalu kenapa kau berbohong mengenai Maxime?"

"Aku hanya tak ingin Mom dan Daddy berpikir macam-macam."

"Leo, apapun yang terjadi kau harus jujur pada mereka."

"Aku tau, aku masuk dulu paman."

"Baiklah."

Leonardo memasuki kamarnya terlebih dahulu, ia berjalan menuju walk in closet mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lebih simpel, setelah selesai ia pun segera turun ke meja makan. Disana orang tua dan adiknya sudah mulai sarapan. Leonardo duduk disamping Tabitha, Mommy-nya dengan sigap melayani Leonardo walaupun sudah ada maid yang menawari untuk melayaninya tapi Tabitha menolak. Ia hanya ingin putranya tak lagi bersedih atas kejadian kemarin.

  Leonardo tersenyum tipis sekali sebagai balasan atas pelayanan yang dilakukan Mommy-nya dengan tulus. Tak lama ponsel Arthur berdering, pria itu pun dengan cepat memeriksa si penelpon, Brian.

"Arthur, ada sedikit masalah di Italy, kau harus pulang sekarang."

"Ada apa?"

"Lebih baik kau periksa sendiri Arthur."

"Baiklah."

Arthur menutup ponselnya dan menatap Tabitha lekat.

"Ada apa?" Tanya Tabitha mengerti arti tatapan Arthur.

"Kita harus pulang ke Italy sekarang."

"Ada apa? Kenapa mendadak?"

"Ada masalah dengan perusahaan, aku harus memeriksanya."

"Apa harus hari ini?" Tanya Tabitha berusaha membujuk Arthur agar mendunda kepulangan mereka.

"Ya, tidak bisa di undur."

"Baiklah." Tabitha menghela nafasnya kasar. Ia pun menganggukkan kepalanya.

"Apa kalian akan pulang?" Tanya Fiorella dengan nada memelasnya.

"Iya." Ujar Arthur membelai puncak kepala putrinya lembut.

"Tapi aku baru saja ingin bercerita pada Dad dan Mom mengenai karier modelling ku."

"Nanti kita bicarakan Sweetie." Balas Arthur pelan.

"Baiklah, artinya aku juga harus kembali ke Seattle sekarang."

"Kenapa tidak tinggal disini dengan kakakmu?"

"Kak Leo sangat menjengkelkan Mom, aku tak ingin tinggal dengan pria sedingin dirinya."

"Fio!" Peringat Leo tajam.

"Tuh kan, baru saja dibilang dingin sudah begini."

Arthur tak tahan untuk mengacak-acak puncak kepala Fiorella. Baginya sebesar apapun Fiorella sekarang dalam benak Arthur ia masih sama seperti Fiorella yang dulu, putrinya yang masih sangat manja padanya. Dan Arthur sangat menyayangi putrinya itu.

***

Sementara disisi lain kota New York seorang wanita terlihat sangat berantakan di dalam kamar apartemen sederhana miliknya. Ia begitu tersiksa atas kejadian semalam yang ia alami. Wanita itu menangis tersedu-sedu seraya meremas rambutnya kesal.

"Argh!!! Bodoh! Kenapa hal itu terjadi! Kenapa kau memberiku hal seperti ini Tuhan?!"

Tak lama terdengar ketukan pintu dua kali dan wanita itu sama sekali tak menggubrisnya. Alhasil tamu itu pun membuka pintu apartemennya karena ia sudah mengetahui kodenya.

"Astaga Florence apa yang terjadi?" Tanya gadis itu mendekati wanita yang menangis sesegukan.

"Cathrine." Florence melirih dan langsung memeluk sahabatnya erat. Ia menumpahkan semua tangisannya kedalam dekapan Cathrine."Ada apa Flo? Kenapa kau terlihat sangat kacau?"

"Aku ..."

"Kenapa?"

"Aku kehilangan keperawananku Cath." lirihnya lagi namun kali ini tangisannya bertambah deras.

"Ya Tuhan, bagaimana bisa? Siapa pelakunya Flo? Jawab aku?!"

"Aku tak tau, aku tak mengenalnya."

"Sialan!"

"Cath, aku takut."

"Tenanglah." Cathrine semakin mempererat pelukannya pada Florence.

Cathrine tau sahabatnya pasti sangat terpukul atas kejadian ini, bagaimana pun sahabatnya hanya hidup sebatang kara, ia sendirian di kota ini. Jadi wajar saja jika Florence begitu sangat tersakiti atas kejadian ini.

"Apa kau mengingat wajah si pelaku?" Tanya Cathrine lagi mencoba membantu Florence mencari pelakunya.

"Aku ingat."

"Sebutkan."

"Dia tinggi, kulitnya putih, dagunya sedikit terbelah dan rahangnya tegas. Rambutnya hitam dan warna matanya biru." Ucap Florence sesegukan bagaimana pun ia ingat jelas wajah pria sialan yang merenggut kehormatannya.

"Sepertinya aku agak familiar dengan ciri-ciri yang kau sebutkan tadi."

"Kau mengenalnya?"

"Iya tunggu sebentar." Cathrine meraih ponselnya mengotak-atik benda itu dan tak lama ia menunjukkan sebuah foto di depan wajah Florence.

"Apa dia orangnya?" Tanya Cathrine menunjukkan sebuah foto seorang pria yang berdiri dengan angkuhnya menggunakan seragam formalnya.

"I-iya." Jawabnya terbata.

"Ya Tuhan, apa kau tau dia siapa?"

"Memangnya dia siapa?"

"Dia Leonardo De Lavega."

"Siapa dia?"

"Astaga! Kau sama sekali tak tau?"

"Iya."

"Dia putra dari Arthur De Lavega pembisnis terkenal dan perusahaannya bernama De Lavega Group's, asal kau tau sekarang yang menjadi CEO diperusahaan itu adalah Leonardo, pria yang menodaimu." Ujarnya dengan mata yang berbinar.

"Lalu aku harus apa?"

"Katakan padanya! Minta tanggung jawab!" Seru Cathrine dengan nada suara yang sedikit keras.

"Aku tak mau!"

"Kenapa?"

"Aku tak mau mengemis Cath, aku paham bagaimana orang kaya memperlakukan kalangan sepertiku. Aku hanyalah gadis miskin yang bodoh dan mana mungkin mereka percaya dengan ucapanku."

"Flo, setidaknya cobalah dulu."

"Aku tak mau." Florence menjeda kalimatnya lalu menghela nafasnya kasar.

"Aku akan menanggung ini sendiri."

"Shit! Bagaimana jika kau hamil?!"

"Maka aku akan mengurusnya sendiri."

"Flo jangan bodoh! Kau pikir mengurus hidup itu mudah! Kau mengurus dirimu saja masih kesusahan bagaimana nanti jika ditambah seorang bayi?!"

"Cath, aku yakin bisa melewati semua ini. Aku lebih baik hidup begini dari pada harus mengemis pada mereka."

"Terserah dirimu Flo, intinya aku sudah memberikanmu saran."

"Aku hanya membutuhkanmu disaat-saat seperti ini Cath."

"Kau mendapatkannya." Cathrine memeluk Florence dengan erat, Ia sudah mengenal sahabatnya sejak mereka bekerja di hotel dan sejak saat itulah Cathrine dan Florence menjalin pertamanan yang dekat seperti sekarang.

Hanya satu yang mengganggu pikiran Florence. Benar kata Cathrine bagaimana jika dia hamil?!

TO BE CONTINUED ...

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Noe Senja
ya begitulah
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • THE PRINCE MAFIA ASSHOLE   0.3 SEARCH

    Leonardo mengganti pakaiannya dengan kemeja dan jas formal, pria itu harus segera pergi ke kantor untuk bicara pada Reoxane, Leonardo menuruni tangga dengan cepat, netranya menangkap sosok kedua orang tuanya yang sudah bersiap untuk terbang ke Italia."Mom." Leonardo mendekati Tabitha dan mencium pipinya lembut."Jaga dirimu, jangan bermain dengan wanita murahan lagi." Peringat Tabitha tajam yang langsung dibalas kekehan geli dari Leonardo dan Arthur."Sudahlah, lagi pula ia pasti sadar apa yang benar dan salah." Ucap Arthur mengeratkan pelukannya pada pinggang Tabitha."Aku heran, putramu membuat kesalahan tapi kau justru mendukungnya.” Ucap Tabitha malas dan membalik haluan memasuki jet pribadi milik Arthur."Sudahlah jangan pikirkan." Ucap Arthur yang hanya tinggal berdua dengan Leonardo."Ya, ucapan Mommy sangat pedas.""Kau baru tau? Daddy bahkan selalu mendengarnya setiap pagi. Entah karena sarapan belum siap, atau k

    Last Updated : 2021-07-23
  • THE PRINCE MAFIA ASSHOLE   0.4 PREGNANCY

    Porto Venere, Italia Arthur menyandarkan kepalanya saat bodyguardnya yang ia tugaskan menjaga Leonardo tiba-tiba menemuinya. "Ada apa?" Tanya Arthur dingin. "Tuan muda melakukan kesalahan boss." "Apa maksudmu?" Tanya Arthur lalu berdiri memutari meja dan duduk diatas meja dengan menatap lekat pada bodyguardnya. "Tuan muda menghamili seorang gadis yatim piatu." Ujarnya dengan menundukkan kepalanya segan menatap manik tajam milik Arthur. "Itu tak mungkin." "Kami sudah mengawasinya boss, kami pikir gadis itu tak hamil karena dua minggu kami mengawasi tak ada perubahan, tapi semalam ia dicegat oleh sekelompok preman, kami menolongnya dan ia mengejar temanya kemudian pingsan." "Lanjutkan." Ucap Arthur yang kini berdiri tepat dihadapan pria itu. "Dia dibawa ke rumah sakit dan ternyata dia hamil." Bodyguard itu langsung menundukkan kepalanya ia masih takut menatap manik elang milik Arthur. "Jad

    Last Updated : 2021-08-04
  • THE PRINCE MAFIA ASSHOLE   0.5 FIRST

    Arthur meninju wajah putranya lalu mencengkram erat kerah kemeja Leonardo sementara Tabitha histeris melihat Arthur yang dengan cepat memukul Leonardo. "Arthur lepaskan dia!" "Kau sudah bicara padanya, sekarang biarkan aku bicara dengan dia." Ucap Arthur tak terbantahkan bahkan Tabitha pun mundur dan hanya bisa menangis melihat lebam dan darah segar yang keluar dari sudut bibir putranya. "Jangan pernah berpikir untuk menggugurkan bayi itu!" Desis Arthur tajam. "Dad." Leonardo menatap Arthur dengan segan ini adalah pertama kalinya Arthur melayangkan tangannya pada Leonardo. "Daddy pernah melakukan kesalahan dengan mengeluarkan kalimat itu, dan Daddy menyesalinya sampai sekarang Leo." Ujar Arthur yang langsung membuat Tabitha teringat pertengkarannya dengan Arthur dulu. "Maksud Daddy?" "Bayi itu tak salah, yang salah orang tuanya Leo." "Aku tak mengerti." "Selama ini Daddy selalu mendukungmu, Daddy selalu membelam

    Last Updated : 2021-08-04
  • THE PRINCE MAFIA ASSHOLE   0.6 WEDDING

    Tabitha bersama dengan Alexander sudah berada di apartemen milik Florence, sedangkan wanita yang sebentar lagi akan menyandang nama keluarga De Lavega itu tak berhenti menghela napasnya gugup. "Tak perlu gugup, kau akan menjadi putriku. Dan aku berjanji akan menjagamu." Janji Tabitha seraya menggenggam tangan Florence yang dingin. "Aku hanya tak pernah berpikir sampai kesini nyonya." "Jangan memanggilku dengan sebutan itu, karena mulai hari ini kau panggil aku Mom." "Tapi_" "Aku sudah memanggilmu putriku, lalu kau masih memanggilku nyonya?" Tanya Tabitha seraya membingkai wajah Florence. "Tidak." "Bagus, kau mengerti kan panggil aku Mom dan panggil Daddy Leo dengan sebutan Daddy." "Baiklah, Mom." Tabitha tersenyum hangat ia pun memeluk Florence. "Bagus, sekarang kita pergi." Tabitha melepas pelukannya dan memberi jarak seraya membelai pelan pipi Florence. Florence menganggukkan kepalanya lalu ber

    Last Updated : 2021-08-04
  • THE PRINCE MAFIA ASSHOLE   0.7 WEDDING NIGHT

    Florence menjalankan kakinya dengan ragu memasuki kamar Leonardo, wanita itu menggigit bibir bawahnya gugup tangannya tak berhenti meremas, ia sangat gugup jika berhadapan dengan Leonardo.Setelah sampai tepat di depan pintu kamar berwarna hitam pekat milik Leonardo, tangannya hendak mengetuk pintu kamar itu namun ia urungkan hingga kepalan tangannya mengudara."Aku istrinya kenapa pintunya harus ku ketuk?!" Gumamnya seraya memukul pelan kepalanya sendiri.Ia pun akhirnya menghembuskan nafasnya kasar lalu tangannya dengan bergetar memegang knop pintu lalu memutarnya hingga terdengar suara klik, ia pun mendorong pintu itu perlahan.Saat pintu terbuka manik birunya langsung terkunci pada sosok seorang pria yang tengah duduk dengan menggunakan kain bathrobe dan satu tangannya yang memegang segelas vodka."Masuklah, dan tutup pintunya!" Titah pria itu dengan suara yang dingin.Florence tak menjawab tapi ia mengangkat sedikit gaunnya lalu berjala

    Last Updated : 2021-08-05
  • THE PRINCE MAFIA ASSHOLE   0.8 MINE!

    Florence membuka matanya perlahan saat matahari menyilaukan matanya, wanita itu bangkit dari baringannya mencari keberadaan Tabitha, tapi sama sekali tak ia temukan, Florence melirik kearah jam yang menunjuk pukul delapan pagi, wanita itu langsung menoyor kepalanya."Aku terlambat! Mr. John pasti akan memarahiku!" Florence langsung memasuki kamar mandi dan bersiap didalam kamar.Sementara di kamar lain Leonardo terus merutuki nasibnya yang buruk setelah bertemu dengan Florence, mulai dari bayi itu, lalu dipukul Daddy-nya, dan terakhir semalam asetnya ditendang oleh Mommy-nya sendiri! Hell! Wanita itu memang kurang ajar!Leonardo keluar dari kamarnya dengan pakaian formal seperti biasa. Pria itu dengan tegap berjalan melewati lorong mansion, sesekali beberapa maid menyapanya ataupun menundukkan tubuhnya sebagai tanda hormat namun sama sekali tak digubris oleh pria itu.Pendengarannya menajam saat mendengar suara orang yang tengah berjalan di dibelakangnya,

    Last Updated : 2021-08-06
  • THE PRINCE MAFIA ASSHOLE   0.9 GEORGE & GEORGIA

    Setelah memberikan minuman pada Florence, Leonardo kembali kelantai bawah dengan tangan yang sudah mengepal menahan amarah. Pria itu sedikit tidak terima jika miliknya ditatap dengan tatapan memuja oleh pria lain, sekalipun itu adalah temannya sendiri, Maxime.Leonardo menjalankan kakinya kearah Maxime yang tengah menatapnya dengan tangan yang memegang gelas berisikan wine dan menatapnya dengan tatapan yang sangat dibenci Leonardo."Sudah menyembunyikan istrimu itu Leo?""Apa maksudmu?" Tanya Leonardo seraya mendudukkan tubuhnya disofa empuk yang berhadapan dengan Maxime."Ayolah, kau pikir aku tak mengerti dengan apa yang kau lakukan tadi?""Max!" Peringat Leonardo tajam tapi dengan wajah yang masih datar."Dengar, istrimu itu cukup cantik, dan aku rasa aku tertarik padanya." Ujar Maxime tenang dengan menyesap wine ditanganya."Jaga ucapanmu!""Well, dia tengah hamil kan?"Leonardo tak menjawab, Maxime melirik kesal kea

    Last Updated : 2021-08-06
  • THE PRINCE MAFIA ASSHOLE   1.0 I WANT ...

    Malam hari Florence terbangun dari tidurnya, wanita itu melirik kesamping dan tak menemukan Leonardo disana. Mungkin benar pria itu memang menganggapnya sebagai calon ibu dari anaknya tapi tidak sebagai istrinya, buktinya sekarang pria itu mungkin memilih tidur di kamar lain.Florence menghembuskan napasnya kasar mungkin ia harus menerima semua ini sebagai takdirnya. Florence kembali ketujuan awalnya untuk mengambil minum, ia haus.Florence menurunkan kakinya dari ranjang, ia pun menjalankan kakinya keluar dari kamarnya dan berjalan dengan langkah gontai menuju pantry namun saat melewati kamar tamu ia mendengar sesuatu, Florence memberanikan diri untuk membuka kamar itu hal yang pertama yang ia lihat adalah Leonardo yang tengah tertidur, tapi pria itu seakan terganggu dalam tidurnya.Florence menelan ludah susah payah, ia bingung tapi ia tak bisa diam saja disana. Alhasil ia pun menjalankan kakinya mendekati ranjang yang ditempati Leonardo.Pelipis pria i

    Last Updated : 2021-08-08

Latest chapter

  • THE PRINCE MAFIA ASSHOLE   PROLOG THE PRINCIPESSA MAFIA

    ItaliaSeorang gadis duduk dibangku sekolahnya yang nyaman, sesekali ia menjawab soal yang bukan untuk anak yang seumur dirinya.Ya, gadis berumur 7 tahun itu duduk dengan mengerjakan soal untuk Senior High School. Tiba-tiba ditengah kegiatannya, kertas yang ia gunakan diseret paksa hingga robek.Awalnya anak itu diam dan tetap menatap ke bawah bangkunya, ia sama sekali tak berniat menatap si pelaku."Sombong sekali! Aku sudah meminta tolong namun kau menolakku! Kau justru menyibukkan dirimu dengan mengerjakan soal-soal sialan in?!" Ucap anak lelaki dengan merobek kertas anak gadis itu."JAWAB AKU?!""Sepertinya ia tuli." Ucap salah satu teman anak lelaki itu.Tiba-tiba anak lelaki yang bertubuh tinggi itu mencengkram dagu si anak perempuan hingga wajah cantiknya terlihat.Manik birunya terlihat sangat tenang walaupun sedang diperlakukan seperti sampah, tak ada kemarahan di dalam dirinya."Ja

  • THE PRINCE MAFIA ASSHOLE   EXTRA PART II

    Semua mafioso yang berada di landasan saling melirik kekanan dan kiri, mereka masih belum mengerti akan ucapan Leonardo. "Apa yang kalian dengar benar, aku memutuskan untuk memberhentikan Regnarok hingga waktu yang belum bisa aku tentukan. Terimakasih atas segala bentuk dukungan dan jiwa raga kalian untuk Regnarok, apa yang telah kalian lakukan akan sangat berjasa bagi Regnarok. Sekarang aku meminta maaf apabila saat aku menjadi ketua kalian aku sering membuat kalian marah atau sejenisnya tapi percayalah aku bersyukur menjadi bagian dari kalian." "Jadi sekali lagi aku tekankan, Regnarok memang dibubarkan namun Regnarok masih tetap berada di hati kita. Regnarok memang sudah tak lagi menguasai benua Eropa ataupun Amerika namun Regnarok menguasai jiwa kita. Kita akan terus bersama disetiap langkah kita akan menjadi keluarga. Mintalah bantuan padaku atau pada anggota yang lainnya, kami siap membantu. Dengan Regnarok kita bertemu maka saat ini kita disatukan menjadi sauda

  • THE PRINCE MAFIA ASSHOLE   EXTRA PART I

    Leonardo menatap Florence dengan tatapan penuh cinta seperti biasa, walaupun kejadian itu sudah satu minggu terjadi namun luka ditubuh Leonardo sembuh total seakan ia tak pernah terluka.Pria itu menarik pinggang Florence dan menghadiahi kecupan singkat di pipi wanita itu."Leo." Florence memanyunkan bibirnya seraya menepuk pelan lengan besar suaminya."Aku bahagia akhirnya bisa bersama denganmu.""Ya, begitupun aku.""Sekarang aku percaya, kita tak akan berpisah. Yah, aku yakin semua akan ada balasannya dan sekarang aku mendapatkanmu setelah semuanya.""Kau tau, saat melihat mu penuh luka saat itu, aku ikut sesak Leo. Rasanya ku ingin berbagi rasa sakit itu denganmu.""Jangan, jangan ikut merasakan apa yang aku rasakan saat itu. Aku tak ingin kau tersakiti." Ucap Leonardo dengan menatap manik biru Florence."DADDY!!!"Florence tertawa mendengar teriakan putri kecilnya Alaizya, sedangkan Leonardo menghembuskan napasnya k

  • THE PRINCE MAFIA ASSHOLE   6.4 END GAME

    Leonardo terus melawan, menendang, memukul bahkan memelintir leher lawannya tanpa ampun. Pria itu layaknya dewa perang, malam ini. Tanpa menggunakan senjata api ia maju melawan 16 musuhnya saat ini. Tangannya mengayun penuh keganasan dengan samurai yang ia genggam. Bahkan saat ini jas hitam dan kaos putih polos yang tengah ia kenakan sudah terkotori dengan darah musuhnya.Pria itu bergerak, ia menusukkan samurainya tepat di jantung lawan, sisanya ia menyerang menggunakan feelingnya. Pria itu menebas kepala lawannya berkali-kali hingga kepala-kepala itu seakan tak ada harganya sama sekali.Setelah selesai dengan keenam belas musuhnya, Leonardo terus berjalan hingga dekat di depan pintu masuk yang menjulang tinggi mansion Jacob.Langkah kakinya terhenti kala dihadapkan dengan 48 orang berpakaian serba hitam. Leonardo berdecak keras, pria itu menghela napasnya dan mengambil ancang-ancang.Ia berlari, menerkam musuhnya dengan kejam. Menebas kepala, dan anggot

  • THE PRINCE MAFIA ASSHOLE   6.3 THE TRULY WAR

    Leonardo mengedarkan pandangannya ke penjuru mansion, terasa sepi. Pria itu menuruni tangga dan memanggil Karin tak sabaran."Ya Tuan?" Tanya Karin dengan menundukkan kepalanya."Florence?""Beliau belum terlihat sejak pulang, Tuan." Balas Karin sopan."Baiklah." Leonardo mengangguk dan mempersilahkan Karin pergi.Pria bermanik biru itu mendudukkan tubuhnya tepat di sofa besar di ruang keluarga. Ia memijit pelipisnya yang menegang, rasanya semua masalah ini terlalu rumit. Ia tak bisa menerimanya begitu saja. Ditengah pikirannya yang berkecamuk, terdengar derap langkah kaki yang begitu ia kenali.Leonardo menolehkan kepalanya ke belakang, tepatnya di undakan tangga. Pria itu lantas memberikan senyum palsunya guna menyambut putri kecilnya yang terlihat seperti baru bangun.Alaizya berjalan dengan memeluk boneka hitam miliknya. Entahlah gadis itu seakan tertarik pada warna hitam

  • THE PRINCE MAFIA ASSHOLE   6.2 ABDUCTION

    "... Maaf tapi aku memilih putriku." Ucap Florence dengan menundukkan kepalanya."Florence, kita bisa membawa putrimu dengan kita. Kita bisa membawanya pulang.""Bukan itu masalahnya. Jika kau tak bisa pulang tanpa ku, maka aku juga tak bisa pergi tanpa putriku.""Lalu?"Florence melirikkan matanya menatap Leonardo yang tengah menundukkan kepalanya."Aku tau, meskipun kau adalah Daddy ku yang sesungguhnya. Namun asal kau tau, selama aku hidup sosok seorang ayah tak pernah ada di dalam hidupku. Namun setelah aku menikah, sosok itu aku dapatkan dari Daddy Arthur. Ia lah sosok ayah pertama yang ada di dalam hidupku. Lalu tiba-tiba kau hadir tanpa ada pertanda, mengaku sebagai Daddy ku kemudian memaksaku berpisah dengan suamiku. Walaupun aku tau, aku kecewa terhadapnya, namun diantara kami kini hadir seorang nyawa, putriku tak akan hidup dengan satu orang tuanya. Kami akan terus bersama dalam membesarkan putri kami, tak akan aku biarkan nasibku dialami

  • THE PRINCE MAFIA ASSHOLE   6.1 A MAFIA

    Siang berganti malam, kini tiga kelompok besar bersatu, antara Regnarok, The Devil, dan De' Eagler.Leonardo menatap penuh ancaman pada area depan markas, pria itu sesekali mencengkram erat pinggiran jendela menyalurkan rasa sesak yang terus menerus menghimpit dadanya. Sementara tepat di belakang Leonardo, terdapat Arthur, Alfonzo dan Jones beserta Brian dan yang lainnya."Aku akan mencegah lewat samping kanan dan kiri." Ucap Jones memecah keheningan."Ya, dan aku akan mencegah lewat belakang." Timpal Alfonzo dengan mengetukkan jarinya di dagu."Dan Regnarok akan mencegah lewat depan. Brian dan Alexander akan mengawasi lewat atas.""Kenapa kami tak langsung turun?" Tanya Brian menatap Arthur."Aku yakin, mereka sebagian datang dengan helikopter.""Baiklah, aku mengerti. Tugasku adalah menghancurkam helikopter itu sebelum mendarat disini?""Ya, kau cerdas Brian." Puji Arthur."Lalu bagaimana rencananya? Apa saat mereka da

  • THE PRINCE MAFIA ASSHOLE   6.0 WAR

    Florence menghentikan langkah kakinya saat mendengar dering ponsel Leonardo yang tak berhenti. Wanita itu mencari asal suara, dan ia menemukan ponsel suaminya tepat di atas meja ruang tamu. Florence meraihnya lalu terdapat nama 'Jacob' di layar ponsel.Florence menatap pintu ruang kerja Leonardo, ia langsung menjalankan kakinya menuju ruangan itu seraya bergumam."Dasar suami ceroboh! Bagaimana bisa ponsel di biarkan disana!" Rutuk Florence pelan.Florence mengetuk pintu tiga kali, terdengar sahutan dari dalam ruangan. Florence membuka knop pintu lalu menatap Leonardo yang tengah berkutat dengan berbagai dokumen di atas meja kerjanya."Ada apa?" Tanya Leonardo dengan mengangkat satu alisnya."Sejak tadi ponsel mu berdering."Leonardo mengernyitkan dahinya bingung, ia lalu menatap apa yang tengah digenggam oleh Florence."Ah, aku melupakannya."Florence mengangguk, ia menjalankan kakinya mendekati Leonardo lalu duduk tepat di ha

  • THE PRINCE MAFIA ASSHOLE   5.9 JACOB DAUGHTER

    "Ucapan mu bisa dipercaya?""Kau bisa tanyakan pada semua orang.""Dan tunggu, Wilson? Apa kau paman Florence?""Oh maksudmu, Cia?""Ya, Florence.""Ya, aku pamannya yang ternistakan.""Maksudmu?""Sudahlah, terlalu menyakitkan untuk diingat." Jawab Alrick mengenaskan.Leonardo mendirikan tubuhnya masih dengan mengunci tatapannya pada Alrick."Kau akan disini, sampai misi ini selesai.""Aku bahkan tak tau misi yang kau maksudkan. Kau bisa menahanku kapanpun kau mau, asal kau memberikan aku uang, yah tak banyak hanya 10 juta dollar.""Kau memerasku!!""Hanya penawaran, lagi pula aku sudah memberikan informasi yang penting padamu.""Sialan!""Terserah, jika kau tak memberikan aku uang itu maka jangan harap kau dapat informasi lagi dariku.""FINE!" Teriak Leonardo dengan desisan tajamnya.Leonardo bergegas keluar dari ruang penyiksaan, sungguh! Pria itu benar-benar m

DMCA.com Protection Status