Malam hari Florence terbangun dari tidurnya, wanita itu melirik kesamping dan tak menemukan Leonardo disana. Mungkin benar pria itu memang menganggapnya sebagai calon ibu dari anaknya tapi tidak sebagai istrinya, buktinya sekarang pria itu mungkin memilih tidur di kamar lain.
Florence menghembuskan napasnya kasar mungkin ia harus menerima semua ini sebagai takdirnya. Florence kembali ketujuan awalnya untuk mengambil minum, ia haus.
Florence menurunkan kakinya dari ranjang, ia pun menjalankan kakinya keluar dari kamarnya dan berjalan dengan langkah gontai menuju pantry namun saat melewati kamar tamu ia mendengar sesuatu, Florence memberanikan diri untuk membuka kamar itu hal yang pertama yang ia lihat adalah Leonardo yang tengah tertidur, tapi pria itu seakan terganggu dalam tidurnya.
Florence menelan ludah susah payah, ia bingung tapi ia tak bisa diam saja disana. Alhasil ia pun menjalankan kakinya mendekati ranjang yang ditempati Leonardo.
Pelipis pria i
Leonardo menatap dingin kearah Reoxane yang terduduk dihadapannya."Apa yang ingin kau bicarakan?""Kemarin ada Mr. France meminta beberapa peti senjata dari kita.""Mereka sudah membicarakan masalah uangnya?""Ya, mereka akan mengirimkan uangnya setelah kita mengirimkan barangnya.""Batalkan!""Leo, ini keuntungan besar.""Kita akan setuju jika orang itu mau membayar kita terlebih dahulu.""Baiklah, aku akan bicara pada mereka.""Apa jenis senjata yang mereka inginkan?""Revolver dan Senapan.""Baiklah, siapkan dan pastikan uangnya sudah terlebih dahulu mereka kirimkan.""Baiklah.""Mau apa lagi?""Tidak, aku hanya melaporkan itu.""Kau sudah melaporkannya.""Iya aku tau.""Pergilah
Florence menggeliat dari tidurnya, ia mengerjabkan matanya beberapa kali mencari kesadaran. Saat matanya benar-benar terbuka Florence menegakkan tubuhnya dan menyenderkan tubuhnya dikepala ranjang.Terdengar bunyi gemercik air dari kamar mandi, Florence menduga itu adalah Leonardo, ia tak ambil pusing. Wanita itu menurunkan kakinya dan berjalan kearah walk in closet, mengambil kemeja, jas dan dasi yang pas untuk dipadukan. Setelah semuanya sudah siap ia pun meletakkannya diatas ranjang.Terdengar decitan pintu yang dibuka, Florence mengalihkan atensinya kebelakang dimana Leonardo sudah berdiri dengan menggunakan handuk dan tetesan air yang berasal dari rambutnya."Semua sudah kusiapkan, tinggal sarapanmu saja." Ucap Florence menatap Leonardo sesekali menelan salivanya kasar mengenyahkan pikirannya tentang tubuh tegap Leonardo yang menggoda."Oke." Singkat, padat dan jelas. Mungkin itu adalah balasan paling dibenci oleh Florence yang keluar dari bibir Leon
Dokter datang setelah 10 menit ditelepon oleh Karin, Leonardo masih setia menggenggam tangan Florence yang dingin menguatkan wanita yang menjadi istrinya itu.Florence meringis menahan keram diperutnya yang semakin menjadi-jadi, ia juga balik menggenggam tangan Leonardo seraya memejamkan matanya menahan sakit.Setelah diperiksa oleh Dokter, Florence mulai melonggarkan eratan tangannya pada genggaman Leonardo, ia merasa keram diperutnya mulai menghilang. Wanita itu pun menghela napasnya lega dan bisa lebih tenang lagi saat Dokter menyatakan keadaan janinnya baik-baik saja. Keram diperutnya terjadi karena benturan yang mungkin akibat ia saat terjatuh tadi."Sudah?" Tanya Leonardo pelan yang dibalas anggukan lemah dari Florence.Leonardo mengangguk pelan, ia pun melepas genggaman tangannya pada tangan Florence dan menegakkan tubuhnya memutar haluan hendak keluar dari kamar mereka."Mau kemana?" Tanya Florence pelan saat melihat Leonardo yang menjauhin
Leonardo memasuki pekarangan mansionya dengan menggunakan mobil lamborghini merah pekat miliknya. Pria itu memberhentikan mobilnya dan menuruni mobil itu dengan pelan.Ia sedikit pun tak merasa bersalah pulang larut bahkan bisa dibilang menjelang pagi, ya. Dia pulang pukul 3 dini hari.Leonardo membuka pintu besar mansion, kakinya ia jalankan langsung menuju pantry. Lehernya terasa kering. Ia pun meraih sebotol wine dari lemari pendingin dan meneguk isinya sampai tandas.Setelah dirasa tenggorokannya sudah lega, ia pun berjalan menaiki tangga dan membuka kamar utama. Tampak siluet wanita yang tertidur dengan damai diatas ranjang terlihat didalam netra tajam milik Leonardo.Ia memasuki kamarnya yang begitu gelap dan pekat. Wanita itu terlihat tak terganggu sama sekali dengan kedatangan Leonardo. Ya, semenjak ia sakit ia membiarkan Florence tidur satu kamar dengannya didalam kamar utama mansion.Pria tegap itu menjalankan kakinya kearah walk in close
Florence masih terdiam di pangkuan Leonardo, walaupun acara makannya sudah selesai namun pria itu meminta balasan. Ya, dia memang kurang ajar!Bagaimana tidak! Setelah memberi perlakuan manis pada Florence pria itu meminta imbalan jasa, ia meminta Florence balik menyuapinya, dan gilanya lagi Florence kembali diminta untuk memeluk kepala Leonardo disetiap suapan, sama seperti yang pria itu lakukan. Dasar tak ikhlas! Batin Florence kesal.Florence meraih Grilled Chicken sesuai dengan permintaan Leonardo yang menginginkan makanan itu.Florence meraih garpu dan pisau untuk memotong ayamnya lebih kecil lalu mengarahkan daging ayam yang sudah ditusuknya dengan pisau! Ya, pisau bukan garpu! Biarkan ia masih kesal dengan pria itu."Kau berniat membunuhku?" Tanya nya penuh sindirian."Tidak!" Balas Florence ketus."Kenapa kau menodongkan pisau tepat diwajahku?""Kau tak lihat! Aku menodongkan daging ayam bukan pisau!""Tapi yan
"Nyonya!" Seorang pria mendorong tubuh Florence.Florence masih belum mengerti keadaan, ia masih terlalu shock melihat mobil yang melaju kencang kearahnya, pun saat ia didorong kencang oleh seorang pria bertubuh besar.Tubuh Florence menabrak tubuh seorang pria, pria itu menangkap tubuh Florence erat. Florence menaikan pandangannya menatap wajah sang penyelamatnya."Kau tak apa Flo?" Tanyanya dengan nada khawatir."Aku tak apa." Balas Florence pelan"Kau bisa berdiri?""Ya.""Sekali lagi terimakasih.""Tak usah dipikirkan, kau kenal aku?" Tanya pria itu penuh selidik."Aku mengenal wajahmu, tapi tak tau namamu." Ujar Florence jujur, ya. Dia hanya melihat pria itu dua kali, pertama dihotel tempatnya bekerja dan kedua saat pria itu berkunjung kemansion."Ya tak masalah, kita ulang saja perkenalan kita." Balas pria itu seraya mengulurkan tangannya pada Florence.Florence menerima uluran tangan pr
Leoonardo keluar dari ruang penyiksaan, sesekali pendengarannya mendengar suara rintihan yang keluar dari bibir Alexa, ia hanya tersenyum penuh kemenangan. Sungguh ia bahagia mendengar setiap rintihan yang keluar dari mulut Alexa.Leonardo kembali keawal niatannya yaitu menghubungi Maxime. Ia meraih ponselnya dan langsung menghubungi Maxime."Ya ada apa Leo?""Dimana kau?""Biasa Club.""Disana ramai?""Ya lumayan, seperti yang kau tau. Akhir-akhir ini club ramai.""Bubarkan!""Apa?!""Aku bilang bubarkan!""Leo! Ini pekerjaanku! Keuntunganku ada pada pengunjung club! Bagaimana jika mereka pergi?!""Aku akan bayar dua kali lipat bahkan tiga kali lipat jika kau berhasil mengosongkan clubmu.""Kau serius?""Ya, aku akan kesana.""Baiklah, aku akan kosongkan Club sekarang juga."
Leonardo menuruni tangga dan mendudukkan tubuhnya didepan TV, hari ini ia memutuskan untuk diam dirumah seharian. Anggaplah ia beristirahat setelah membuat Alexa menjadi salah satu jalang Dyandra. Tiba-tiba Seth bermanja di bawah kaki Leonardo. Pria itu menarik tubuh Seth sampai anjing itu berada dipangkuan Leonardo. Leonardo bermain dengan Seth sesekali matanya menatap kearah TV yang sedang menyajikan acara berita. Ditengah kegiatannya tiba-tiba ponselnya berbunyi. Leonardo meraih ponselnya malas, dan ia pun menempelkan ponselnya ditelinganya. "Hm." "Dimana kau?" "Mansion." "Leo, orang tua Alexa mulai mencari keberadan wanita itu." "Lalu?" "Bagaimana jika kita ..." "Buat berita tenang kecelakaan pesawat, atur seolah-oleh Alexa berada didalamnya." "Apa?!" "Turuti saja perintahku." "Tapi bagaimana jika polisi menemukan kejanggalan?"