"Ucapan mu bisa dipercaya?"
"Kau bisa tanyakan pada semua orang."
"Dan tunggu, Wilson? Apa kau paman Florence?"
"Oh maksudmu, Cia?"
"Ya, Florence."
"Ya, aku pamannya yang ternistakan."
"Maksudmu?"
"Sudahlah, terlalu menyakitkan untuk diingat." Jawab Alrick mengenaskan.
Leonardo mendirikan tubuhnya masih dengan mengunci tatapannya pada Alrick.
"Kau akan disini, sampai misi ini selesai."
"Aku bahkan tak tau misi yang kau maksudkan. Kau bisa menahanku kapanpun kau mau, asal kau memberikan aku uang, yah tak banyak hanya 10 juta dollar."
"Kau memerasku!!"
"Hanya penawaran, lagi pula aku sudah memberikan informasi yang penting padamu."
"Sialan!"
"Terserah, jika kau tak memberikan aku uang itu maka jangan harap kau dapat informasi lagi dariku."
"FINE!" Teriak Leonardo dengan desisan tajamnya.
Leonardo bergegas keluar dari ruang penyiksaan, sungguh! Pria itu benar-benar m
Florence menghentikan langkah kakinya saat mendengar dering ponsel Leonardo yang tak berhenti. Wanita itu mencari asal suara, dan ia menemukan ponsel suaminya tepat di atas meja ruang tamu. Florence meraihnya lalu terdapat nama 'Jacob' di layar ponsel.Florence menatap pintu ruang kerja Leonardo, ia langsung menjalankan kakinya menuju ruangan itu seraya bergumam."Dasar suami ceroboh! Bagaimana bisa ponsel di biarkan disana!" Rutuk Florence pelan.Florence mengetuk pintu tiga kali, terdengar sahutan dari dalam ruangan. Florence membuka knop pintu lalu menatap Leonardo yang tengah berkutat dengan berbagai dokumen di atas meja kerjanya."Ada apa?" Tanya Leonardo dengan mengangkat satu alisnya."Sejak tadi ponsel mu berdering."Leonardo mengernyitkan dahinya bingung, ia lalu menatap apa yang tengah digenggam oleh Florence."Ah, aku melupakannya."Florence mengangguk, ia menjalankan kakinya mendekati Leonardo lalu duduk tepat di ha
Siang berganti malam, kini tiga kelompok besar bersatu, antara Regnarok, The Devil, dan De' Eagler.Leonardo menatap penuh ancaman pada area depan markas, pria itu sesekali mencengkram erat pinggiran jendela menyalurkan rasa sesak yang terus menerus menghimpit dadanya. Sementara tepat di belakang Leonardo, terdapat Arthur, Alfonzo dan Jones beserta Brian dan yang lainnya."Aku akan mencegah lewat samping kanan dan kiri." Ucap Jones memecah keheningan."Ya, dan aku akan mencegah lewat belakang." Timpal Alfonzo dengan mengetukkan jarinya di dagu."Dan Regnarok akan mencegah lewat depan. Brian dan Alexander akan mengawasi lewat atas.""Kenapa kami tak langsung turun?" Tanya Brian menatap Arthur."Aku yakin, mereka sebagian datang dengan helikopter.""Baiklah, aku mengerti. Tugasku adalah menghancurkam helikopter itu sebelum mendarat disini?""Ya, kau cerdas Brian." Puji Arthur."Lalu bagaimana rencananya? Apa saat mereka da
"... Maaf tapi aku memilih putriku." Ucap Florence dengan menundukkan kepalanya."Florence, kita bisa membawa putrimu dengan kita. Kita bisa membawanya pulang.""Bukan itu masalahnya. Jika kau tak bisa pulang tanpa ku, maka aku juga tak bisa pergi tanpa putriku.""Lalu?"Florence melirikkan matanya menatap Leonardo yang tengah menundukkan kepalanya."Aku tau, meskipun kau adalah Daddy ku yang sesungguhnya. Namun asal kau tau, selama aku hidup sosok seorang ayah tak pernah ada di dalam hidupku. Namun setelah aku menikah, sosok itu aku dapatkan dari Daddy Arthur. Ia lah sosok ayah pertama yang ada di dalam hidupku. Lalu tiba-tiba kau hadir tanpa ada pertanda, mengaku sebagai Daddy ku kemudian memaksaku berpisah dengan suamiku. Walaupun aku tau, aku kecewa terhadapnya, namun diantara kami kini hadir seorang nyawa, putriku tak akan hidup dengan satu orang tuanya. Kami akan terus bersama dalam membesarkan putri kami, tak akan aku biarkan nasibku dialami
Leonardo mengedarkan pandangannya ke penjuru mansion, terasa sepi. Pria itu menuruni tangga dan memanggil Karin tak sabaran."Ya Tuan?" Tanya Karin dengan menundukkan kepalanya."Florence?""Beliau belum terlihat sejak pulang, Tuan." Balas Karin sopan."Baiklah." Leonardo mengangguk dan mempersilahkan Karin pergi.Pria bermanik biru itu mendudukkan tubuhnya tepat di sofa besar di ruang keluarga. Ia memijit pelipisnya yang menegang, rasanya semua masalah ini terlalu rumit. Ia tak bisa menerimanya begitu saja. Ditengah pikirannya yang berkecamuk, terdengar derap langkah kaki yang begitu ia kenali.Leonardo menolehkan kepalanya ke belakang, tepatnya di undakan tangga. Pria itu lantas memberikan senyum palsunya guna menyambut putri kecilnya yang terlihat seperti baru bangun.Alaizya berjalan dengan memeluk boneka hitam miliknya. Entahlah gadis itu seakan tertarik pada warna hitam
Leonardo terus melawan, menendang, memukul bahkan memelintir leher lawannya tanpa ampun. Pria itu layaknya dewa perang, malam ini. Tanpa menggunakan senjata api ia maju melawan 16 musuhnya saat ini. Tangannya mengayun penuh keganasan dengan samurai yang ia genggam. Bahkan saat ini jas hitam dan kaos putih polos yang tengah ia kenakan sudah terkotori dengan darah musuhnya.Pria itu bergerak, ia menusukkan samurainya tepat di jantung lawan, sisanya ia menyerang menggunakan feelingnya. Pria itu menebas kepala lawannya berkali-kali hingga kepala-kepala itu seakan tak ada harganya sama sekali.Setelah selesai dengan keenam belas musuhnya, Leonardo terus berjalan hingga dekat di depan pintu masuk yang menjulang tinggi mansion Jacob.Langkah kakinya terhenti kala dihadapkan dengan 48 orang berpakaian serba hitam. Leonardo berdecak keras, pria itu menghela napasnya dan mengambil ancang-ancang.Ia berlari, menerkam musuhnya dengan kejam. Menebas kepala, dan anggot
Leonardo menatap Florence dengan tatapan penuh cinta seperti biasa, walaupun kejadian itu sudah satu minggu terjadi namun luka ditubuh Leonardo sembuh total seakan ia tak pernah terluka.Pria itu menarik pinggang Florence dan menghadiahi kecupan singkat di pipi wanita itu."Leo." Florence memanyunkan bibirnya seraya menepuk pelan lengan besar suaminya."Aku bahagia akhirnya bisa bersama denganmu.""Ya, begitupun aku.""Sekarang aku percaya, kita tak akan berpisah. Yah, aku yakin semua akan ada balasannya dan sekarang aku mendapatkanmu setelah semuanya.""Kau tau, saat melihat mu penuh luka saat itu, aku ikut sesak Leo. Rasanya ku ingin berbagi rasa sakit itu denganmu.""Jangan, jangan ikut merasakan apa yang aku rasakan saat itu. Aku tak ingin kau tersakiti." Ucap Leonardo dengan menatap manik biru Florence."DADDY!!!"Florence tertawa mendengar teriakan putri kecilnya Alaizya, sedangkan Leonardo menghembuskan napasnya k
Semua mafioso yang berada di landasan saling melirik kekanan dan kiri, mereka masih belum mengerti akan ucapan Leonardo. "Apa yang kalian dengar benar, aku memutuskan untuk memberhentikan Regnarok hingga waktu yang belum bisa aku tentukan. Terimakasih atas segala bentuk dukungan dan jiwa raga kalian untuk Regnarok, apa yang telah kalian lakukan akan sangat berjasa bagi Regnarok. Sekarang aku meminta maaf apabila saat aku menjadi ketua kalian aku sering membuat kalian marah atau sejenisnya tapi percayalah aku bersyukur menjadi bagian dari kalian." "Jadi sekali lagi aku tekankan, Regnarok memang dibubarkan namun Regnarok masih tetap berada di hati kita. Regnarok memang sudah tak lagi menguasai benua Eropa ataupun Amerika namun Regnarok menguasai jiwa kita. Kita akan terus bersama disetiap langkah kita akan menjadi keluarga. Mintalah bantuan padaku atau pada anggota yang lainnya, kami siap membantu. Dengan Regnarok kita bertemu maka saat ini kita disatukan menjadi sauda
ItaliaSeorang gadis duduk dibangku sekolahnya yang nyaman, sesekali ia menjawab soal yang bukan untuk anak yang seumur dirinya.Ya, gadis berumur 7 tahun itu duduk dengan mengerjakan soal untuk Senior High School. Tiba-tiba ditengah kegiatannya, kertas yang ia gunakan diseret paksa hingga robek.Awalnya anak itu diam dan tetap menatap ke bawah bangkunya, ia sama sekali tak berniat menatap si pelaku."Sombong sekali! Aku sudah meminta tolong namun kau menolakku! Kau justru menyibukkan dirimu dengan mengerjakan soal-soal sialan in?!" Ucap anak lelaki dengan merobek kertas anak gadis itu."JAWAB AKU?!""Sepertinya ia tuli." Ucap salah satu teman anak lelaki itu.Tiba-tiba anak lelaki yang bertubuh tinggi itu mencengkram dagu si anak perempuan hingga wajah cantiknya terlihat.Manik birunya terlihat sangat tenang walaupun sedang diperlakukan seperti sampah, tak ada kemarahan di dalam dirinya."Ja