Leonardo memasuki pekarangan mansionya dengan menggunakan mobil lamborghini merah pekat miliknya. Pria itu memberhentikan mobilnya dan menuruni mobil itu dengan pelan.
Ia sedikit pun tak merasa bersalah pulang larut bahkan bisa dibilang menjelang pagi, ya. Dia pulang pukul 3 dini hari.
Leonardo membuka pintu besar mansion, kakinya ia jalankan langsung menuju pantry. Lehernya terasa kering. Ia pun meraih sebotol wine dari lemari pendingin dan meneguk isinya sampai tandas.
Setelah dirasa tenggorokannya sudah lega, ia pun berjalan menaiki tangga dan membuka kamar utama. Tampak siluet wanita yang tertidur dengan damai diatas ranjang terlihat didalam netra tajam milik Leonardo.
Ia memasuki kamarnya yang begitu gelap dan pekat. Wanita itu terlihat tak terganggu sama sekali dengan kedatangan Leonardo. Ya, semenjak ia sakit ia membiarkan Florence tidur satu kamar dengannya didalam kamar utama mansion.
Pria tegap itu menjalankan kakinya kearah walk in close
Florence masih terdiam di pangkuan Leonardo, walaupun acara makannya sudah selesai namun pria itu meminta balasan. Ya, dia memang kurang ajar!Bagaimana tidak! Setelah memberi perlakuan manis pada Florence pria itu meminta imbalan jasa, ia meminta Florence balik menyuapinya, dan gilanya lagi Florence kembali diminta untuk memeluk kepala Leonardo disetiap suapan, sama seperti yang pria itu lakukan. Dasar tak ikhlas! Batin Florence kesal.Florence meraih Grilled Chicken sesuai dengan permintaan Leonardo yang menginginkan makanan itu.Florence meraih garpu dan pisau untuk memotong ayamnya lebih kecil lalu mengarahkan daging ayam yang sudah ditusuknya dengan pisau! Ya, pisau bukan garpu! Biarkan ia masih kesal dengan pria itu."Kau berniat membunuhku?" Tanya nya penuh sindirian."Tidak!" Balas Florence ketus."Kenapa kau menodongkan pisau tepat diwajahku?""Kau tak lihat! Aku menodongkan daging ayam bukan pisau!""Tapi yan
"Nyonya!" Seorang pria mendorong tubuh Florence.Florence masih belum mengerti keadaan, ia masih terlalu shock melihat mobil yang melaju kencang kearahnya, pun saat ia didorong kencang oleh seorang pria bertubuh besar.Tubuh Florence menabrak tubuh seorang pria, pria itu menangkap tubuh Florence erat. Florence menaikan pandangannya menatap wajah sang penyelamatnya."Kau tak apa Flo?" Tanyanya dengan nada khawatir."Aku tak apa." Balas Florence pelan"Kau bisa berdiri?""Ya.""Sekali lagi terimakasih.""Tak usah dipikirkan, kau kenal aku?" Tanya pria itu penuh selidik."Aku mengenal wajahmu, tapi tak tau namamu." Ujar Florence jujur, ya. Dia hanya melihat pria itu dua kali, pertama dihotel tempatnya bekerja dan kedua saat pria itu berkunjung kemansion."Ya tak masalah, kita ulang saja perkenalan kita." Balas pria itu seraya mengulurkan tangannya pada Florence.Florence menerima uluran tangan pr
Leoonardo keluar dari ruang penyiksaan, sesekali pendengarannya mendengar suara rintihan yang keluar dari bibir Alexa, ia hanya tersenyum penuh kemenangan. Sungguh ia bahagia mendengar setiap rintihan yang keluar dari mulut Alexa.Leonardo kembali keawal niatannya yaitu menghubungi Maxime. Ia meraih ponselnya dan langsung menghubungi Maxime."Ya ada apa Leo?""Dimana kau?""Biasa Club.""Disana ramai?""Ya lumayan, seperti yang kau tau. Akhir-akhir ini club ramai.""Bubarkan!""Apa?!""Aku bilang bubarkan!""Leo! Ini pekerjaanku! Keuntunganku ada pada pengunjung club! Bagaimana jika mereka pergi?!""Aku akan bayar dua kali lipat bahkan tiga kali lipat jika kau berhasil mengosongkan clubmu.""Kau serius?""Ya, aku akan kesana.""Baiklah, aku akan kosongkan Club sekarang juga."
Leonardo menuruni tangga dan mendudukkan tubuhnya didepan TV, hari ini ia memutuskan untuk diam dirumah seharian. Anggaplah ia beristirahat setelah membuat Alexa menjadi salah satu jalang Dyandra. Tiba-tiba Seth bermanja di bawah kaki Leonardo. Pria itu menarik tubuh Seth sampai anjing itu berada dipangkuan Leonardo. Leonardo bermain dengan Seth sesekali matanya menatap kearah TV yang sedang menyajikan acara berita. Ditengah kegiatannya tiba-tiba ponselnya berbunyi. Leonardo meraih ponselnya malas, dan ia pun menempelkan ponselnya ditelinganya. "Hm." "Dimana kau?" "Mansion." "Leo, orang tua Alexa mulai mencari keberadan wanita itu." "Lalu?" "Bagaimana jika kita ..." "Buat berita tenang kecelakaan pesawat, atur seolah-oleh Alexa berada didalamnya." "Apa?!" "Turuti saja perintahku." "Tapi bagaimana jika polisi menemukan kejanggalan?"
Florence masih menatap kagum pemandangan di bawahnya, gedung pencakar langit terpampang apik dibawahnya saat ini. Leonardo sesekali melirikan matanya kepada Florence, menahan senyum atas ekpresi yang dikeluarkan wanita itu."Kita sudah sampai." Ucap Leonardo yang sukses melukiskan senyum hangat dibibir Florence."Ya! Kita di Indonesia?" Tanyanya antusias."Lebih tepatnya Jakarta.""Jakarta?""Ya, ibu kota Indonesia.""Wow ..."Leonardo tersenyum samar menanggapi wanita yang berstatus menjadi istrinya, ia merasa cukup bahagia walau hanya melihat senyum yang tersungging dibibir Florence.Leonardo masih mengendarai jetnya dan berhenti tepat di landasan pribadi milik Arthur. Setelah jet turun dengan sempurna Leonardo pun mematikan mesin-mesinnya, membuka penutup telinganya dan menatap Florence yang juga tengah melepas penutup telinga."Apa kau lelah?"&nb
Semua orang makan malam dengan tenang, sesekali manik Florence melirik kearah Leonardo yang dengan cepat menyelesaikan makannya, Leonardo meraih gelas airnya lalu meneguk airnya sampai tandas.Renata yang melihat Leonardo menyelesaikan makannya pun menautkan alisnya heran. "Ada apa Leo?""Tak ada Grandma.""Lalu kenapa kau cepat sekali menyelesaikan makanmu? Apa masakannya tidak enak?""Masakanmu selalu enak Grandma.""Lalu? Kenapa kau cepat sekali?""Aku ada urusan jadi aku harus cepat.""Baru sampai sudah sibuk." Komentar Jonathan setelah meminum airnya."Penting Grandpa.""Lebih penting dari kami?""Bukan begitu Grandpa.""Kau memang sama saja seperti Daddy mu.""Maksud Grandpa?""Ya, kalian workaholic selalu menomor duakan keluarga.""Aku tak begitu Grandpa.""Sudah cukup Jo, jangan menghakimi cucu kita, kasian dia." Lerai Renata seraya menepuk bahu Jonathan lembut."L
Leonardo menunduk dan menatap wajah Florence yang masih terlihat basah. Pria itu menghela napasnya lembut ia pun memecah keheningan."Flo ..." Panggil Leonardo pelan."Iya?" Tanyanya lembut."Kau marah?""Aku tak berhak marah padamu Leo, tak perlu khawatir." Jawab Florence pelan."Florence, kau istriku. Kau berhak memarahiku.""Aku lebih memilih untuk terbiasa mandiri, agar jika nanti kau menceraikanku_""Stop!"Florence menaikan penglihatannya menatap wajah Leonardo yang sudah mengetatkan rahangnya."Cerai?"Florence menunduk takut, ia kembali menumpahkan tangisannya didalam dekapan hangat Leonardo."Kau pikir aku akan menceraikanmu?" Tanya Leonardo dengan nada tegasnya."Leo, kupikir hidupmu sudah cukup terbebani dengan bayi ini, jadi aku akan mundur setelah bayi ini lahir.""Dan kau akan mengabai
Emosi masih menguasai diri Leonardo, pria itu dengan cepat meraih air milik Florence dan meminumnya dengan cepat, jakunnya ikut naik turun mengikuti air yang masuk kedalam tubuhnya. Florence yang mendapati Leonardo bertindak aneh pun memberanikan diri menyentuh tangan Leonardo yang terkepal sempurna."Leo ..." Panggilnya pelan.Leonardo yang merasakan sentuhan ditangannya pun mengalihkan atensinya pada tangannya yang sudah digenggam oleh Florence, matanya teralihkan menatap wajah Florence yang tampak khawatir."Ada apa Leo?" Tanya Florence lembut semakin mengeratkan genggaman tangannya di telapak tangan milik Leonardo."Tak apa." Balas Leonardo pelan setelah menghembuskan napasnya pelan menetralisir rasa kesal yang masih menyarang di dadanya.Jonathan menatap Leonardo, air muka cucunya sudah berubah lebih baik dari pada sebelumnya. Pria paruh baya itu berdehem mengalihkan atensi orang agar tertuju padanya."Grandpa bahagia melihat kalian bah