Emosi masih menguasai diri Leonardo, pria itu dengan cepat meraih air milik Florence dan meminumnya dengan cepat, jakunnya ikut naik turun mengikuti air yang masuk kedalam tubuhnya. Florence yang mendapati Leonardo bertindak aneh pun memberanikan diri menyentuh tangan Leonardo yang terkepal sempurna.
"Leo ..." Panggilnya pelan.
Leonardo yang merasakan sentuhan ditangannya pun mengalihkan atensinya pada tangannya yang sudah digenggam oleh Florence, matanya teralihkan menatap wajah Florence yang tampak khawatir.
"Ada apa Leo?" Tanya Florence lembut semakin mengeratkan genggaman tangannya di telapak tangan milik Leonardo.
"Tak apa." Balas Leonardo pelan setelah menghembuskan napasnya pelan menetralisir rasa kesal yang masih menyarang di dadanya.
Jonathan menatap Leonardo, air muka cucunya sudah berubah lebih baik dari pada sebelumnya. Pria paruh baya itu berdehem mengalihkan atensi orang agar tertuju padanya.
"Grandpa bahagia melihat kalian bah
Saat ini Leonardo dan Florence tengah berada ditengah perjalanan mereka menuju Maldives, sesekali Leonardo melirikkan matanya kearah samping dimana Florence tengah menutup matanya tertidur, Leonardo paham mungkin wanita itu kelelahan. Sebuah senyuman terukir tipis dibibir pria itu, ia cukup paham saat kepala Florence yang terlihat tak nyaman ditempatnya. Alhasil ia menggiring kepala Florence dan menyandarkan tepat dibahu pria itu.Leonardo meneliti setiap gurat wajah istrinya perlahan ia menyingkirkan anak rambut wanita itu menyampirkannya kebelakang telinganya, perlahan ia daratkan sebuah kecupan singkat di dahi wanita itu namun sepertinya Florence sama sekali tak terganggu, malahan tangan wanita itu terlihat semakin menggenggam tangan Leonardo.Leonardo semakin gemas melihat wajah polos Florence saat tidur, ada rasa yang sama saat ia memandang Florence dan Mommy-nya sebuah rasa lebih dari sekedar ingin melindungi, sebuah rasa dimana ia baru menyadarinya sekarang.
Gia menghentikan pergerakannya saat telinganya terisi oleh teriakan dari suara yang selama ini ia rindukan. Suara berat dari pria yang sedari ia berumur 5 tahun sudah ia kagumi, pria tampan dengan sejuta pesonanya yang sayangnya telah menghancurkan kehidupannya. Pria yang telah menjadi alasan mengapa ia pindah dari New York dan tinggal di Maldives. Pria yang sangat ia cintai namun tiga tahun yang lalu berubah menjadi ia benci.Tatapan itu menyiratkan keterkejutan yang sama, Leonardo semakin menatap Gia dengan tatapan menelisik, pikirannya berkecamuk. Bukankah wanita ini sudah mati tiga tahun yang lalu, namun kenapa ia terlihat sehat dan bugar saat ini dihadapannya?"Artha." Panggil Gia dengan suara lembutnya."Leonardo." Koreksi Leonardo cepat, sungguh hanya keluarganya yang boleh memanggilnya dengan nama masa kecilnya."Maaf." Cicit Gia pelan."Kau masih hidup?" Tanya Leonardo penasaran."Kalau aku sudah
Florence membuka matanya perlahan, sayup-sayup ia mendengar deru napas Leonardo yang menerpa permukaan kulitnya. Kepalanya ia dongakkan semakin menatap wajah suaminya. Perlahan jari tangannya terulur membelai perlahan sisi wajah pria itu. Perlahan kelopak mata Leonardo terbuka sempurna. Pria itu menatap Florence yang tengah tersenyum tipis padanya."Morning." Sapa Florence dengan suara paraunya."Morning." Balas Leonardo dengan senyum mengembang."Aku harus pergi." Ucap Leonardo langsung beranjak dari tempat tidur dan berjalan memasuki kamar mandi.Florence menyenderkan kepalanya ke kepala ranjang. Ia menatap pintu kamar mandi yang tertutup rapat. Setelah menunggu beberapa saat akhirnya Leonardo keluar dengan tampang leganya.Kaki pria itu ia jalankan mendekati Florence dan mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang."Kenapa?" Tanya Florence penasaran."Aku tak bisa pergi meninggalkanmu tadi malam, jadi aku menahan buang air kecilku tadi."
Bagai anak kecil Leonardo dan Florence berlarian kecil di tepi pantai dengan sesekali Florence bermain air dengan Leonardo, pria itu dengan gerakan cepat meraih tubuh sang istri memeluknya erat dan mengangkat tubuh Florence dan memutarnya.Wajah mereka terus melukiskan tawa bahagia, baru kali ini Leonardo tertawa lepas seperti ini. Florence bahagia melihat senyuman itu, ia bahagia sedikit demi sedikit impiannya menjadi kenyataan.Leonardo mencipratkan air di wajah Florence hingga membuat wanita itu basah kuyup karenanya. Florence kesal ia pun balik menyerang Leonardo. Sesekali pria itu berlari menghindari Florence, namun sekali lagi Florence harus ingat bahwa ia tak lagi sendiri, alhasil ia hanya bisa berjalan cepat dan berlari kecil mengejar Leonardo."Leo, aku lelah." Adu Florence pelan.Leonardo menghentikan larinya dan berbalik menatap Florence yang sudah menumpukkan kedua tangannya di lututnya.Leonardo segera mendekati Florence mengusap lembu
Kini kedua pasangan yang tengah menikmati makan malam di tepi pantai pun tak melepas senyuman di bibir mereka. Ya, secepat kilat hanya satu jam bagi Arthur mengatur makan malam singkat untuk keluarganya. Arthur menyuruh orang dan pelayanannya untuk menyulap pinggir pantai ala restaurant bintang lima yang berada di pantai. Beberapa lampion menyinari mereka. Dan yang pasti ada bunga yang dibentuk love memutari meja makan.Tabitha menatap Arthur sesekali ia tersenyum manis dengan melihat wajah Arthur. Pria itu dengan sejuta ceritanya selalu saja mampu membuat seorang Tabitha merasa menjadi wanita terbahagia di dunia.Perlahan tangan Tabitha terulur untuk menggenggam tangan Arthur. Arthur yang merasakan genggaman di tangannya pun langsung melirik kearah Tabitha."Apa?" Tanya Arthur seraya menaikan satu alisnya."Terimakasih." Bisik Tabitha tepat di telinga kanan Arthur."Apapun untuk kebahagiaanmu." Balas Arthur dengan senyum manisnya.Sedangkan
Sayup-sayup Florence membuka kelopak matanya. Perlahan namun pasti ia menajamkan penglihatannya. Hal pertama yang ia lihat adalah dada bidang suaminya yang shirtless tepat berjarak kurang dari tiga inchi dari wajahnya. Florence sedikit menggeliat dan ia pun menyingkirkan perlahan lengan besar suaminya yang melingkar tepat di perutnya.Setelah memastikan Leonardo tak terganggu dalam tidurnya. Florence pun mendudukkan tubuhnya serta menyenderkan tubuhnya di kepala ranjang. Kepalanya terasa pening ia pun memegangi kepalanya yang semakin lama semakin pusing."Minum obat yang ada di atas nakas." Florence mengalihkan atensinya pada asal suara.Leonardo berucap dengan matanya yang masih tertutup, pria itu hanya sedikit menggerakkan kepalanya menyamankan posisinya."Kau sudah bangun?" Tanya Florence pelan."Sedari lima menit yang lalu." Ucapnya lagi dengan suara yang parau.Florence menepuk pelan lengan suaminya dan ia pun meraih perlahan obat yang
Leonardo menjalankan kakinya menuruni tangga dengan perlahan, ia menatap sekeliling villa, masih sangat terasa sepi padahal jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi.Alhasil ia pun langsung melenggang ke arah pantry meraih air putih dan meneguknya sampai tandas. Sayup-sayup telinganya mendengar candaan dari depan villa. Karena rasa penasaran akhirnya Leonardo pun menjalankan kakinya keluar dari villa dan matanya membelalak bahkan ia sudah menggelengkan kepalanya saat mendapati kedua orang tuanya tengah bersua foto di tepi pantai. Lebih tepatnya Mommy-nya yang tengah bergaya dengan pose yang menurut Leonardo sangat berlebihan.Sementara Arthur? Wajah pria yang tak lagi muda itu terlihat memancarkan kebosanan. Leonardo yang memiliki otak jahil pun bergegas melangkahkan kakinya mendekati Daddy-nya yang tengah mengabadikan Mommy-nya yang tengah berposes ria."Dad?""Hm?""Sedang apa?" Tanya Leonardo pelan seraya melipat tangannya di depan dada."Kau
Ditengah pikirannya yang berkecamuk, Leonardo tak sadar saat sebuah kepala sudah berbaring dengan nyaman dikedua pahanya. Matanya ia tundukkan menatap si pelaku, ia langsung tersenyum tipis saat melihat Florence sudah kembali menutup matanya.Leonardo mengelus kepala istrinya sayang, sesekali ia membelai lembut wajah Florence yang menghadap keatas tepat berada di bawahnya. Leonardo terkekeh geli saat menyadari betapa polosnya Florence saat tidur. Ia kecup lembut kening Florence menyalurkan rasa cintanya yang dalam namun rupanya itu mengganggu tidur Florence.Florence membuka matanya perlahan, lalu ia menatap sayu pada Leonardo yang masih setia mencium keningnya lembut."Leo!" Panggil Florence pelan.Leonardo mengangkat pandangannya, ia menatap lekat kedua manik biru terang milik istrinya."Hm?""Pinjam tanganmu." Cicit Florence pelan."Untuk apa?" Tanya Leonardo dengan dahi yang saling menaut."Principessa mu ingin disen