Gia menghentikan pergerakannya saat telinganya terisi oleh teriakan dari suara yang selama ini ia rindukan. Suara berat dari pria yang sedari ia berumur 5 tahun sudah ia kagumi, pria tampan dengan sejuta pesonanya yang sayangnya telah menghancurkan kehidupannya. Pria yang telah menjadi alasan mengapa ia pindah dari New York dan tinggal di Maldives. Pria yang sangat ia cintai namun tiga tahun yang lalu berubah menjadi ia benci.
Tatapan itu menyiratkan keterkejutan yang sama, Leonardo semakin menatap Gia dengan tatapan menelisik, pikirannya berkecamuk. Bukankah wanita ini sudah mati tiga tahun yang lalu, namun kenapa ia terlihat sehat dan bugar saat ini dihadapannya?
"Artha." Panggil Gia dengan suara lembutnya.
"Leonardo." Koreksi Leonardo cepat, sungguh hanya keluarganya yang boleh memanggilnya dengan nama masa kecilnya.
"Maaf." Cicit Gia pelan.
"Kau masih hidup?" Tanya Leonardo penasaran.
"Kalau aku sudah
Florence membuka matanya perlahan, sayup-sayup ia mendengar deru napas Leonardo yang menerpa permukaan kulitnya. Kepalanya ia dongakkan semakin menatap wajah suaminya. Perlahan jari tangannya terulur membelai perlahan sisi wajah pria itu. Perlahan kelopak mata Leonardo terbuka sempurna. Pria itu menatap Florence yang tengah tersenyum tipis padanya."Morning." Sapa Florence dengan suara paraunya."Morning." Balas Leonardo dengan senyum mengembang."Aku harus pergi." Ucap Leonardo langsung beranjak dari tempat tidur dan berjalan memasuki kamar mandi.Florence menyenderkan kepalanya ke kepala ranjang. Ia menatap pintu kamar mandi yang tertutup rapat. Setelah menunggu beberapa saat akhirnya Leonardo keluar dengan tampang leganya.Kaki pria itu ia jalankan mendekati Florence dan mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang."Kenapa?" Tanya Florence penasaran."Aku tak bisa pergi meninggalkanmu tadi malam, jadi aku menahan buang air kecilku tadi."
Bagai anak kecil Leonardo dan Florence berlarian kecil di tepi pantai dengan sesekali Florence bermain air dengan Leonardo, pria itu dengan gerakan cepat meraih tubuh sang istri memeluknya erat dan mengangkat tubuh Florence dan memutarnya.Wajah mereka terus melukiskan tawa bahagia, baru kali ini Leonardo tertawa lepas seperti ini. Florence bahagia melihat senyuman itu, ia bahagia sedikit demi sedikit impiannya menjadi kenyataan.Leonardo mencipratkan air di wajah Florence hingga membuat wanita itu basah kuyup karenanya. Florence kesal ia pun balik menyerang Leonardo. Sesekali pria itu berlari menghindari Florence, namun sekali lagi Florence harus ingat bahwa ia tak lagi sendiri, alhasil ia hanya bisa berjalan cepat dan berlari kecil mengejar Leonardo."Leo, aku lelah." Adu Florence pelan.Leonardo menghentikan larinya dan berbalik menatap Florence yang sudah menumpukkan kedua tangannya di lututnya.Leonardo segera mendekati Florence mengusap lembu
Kini kedua pasangan yang tengah menikmati makan malam di tepi pantai pun tak melepas senyuman di bibir mereka. Ya, secepat kilat hanya satu jam bagi Arthur mengatur makan malam singkat untuk keluarganya. Arthur menyuruh orang dan pelayanannya untuk menyulap pinggir pantai ala restaurant bintang lima yang berada di pantai. Beberapa lampion menyinari mereka. Dan yang pasti ada bunga yang dibentuk love memutari meja makan.Tabitha menatap Arthur sesekali ia tersenyum manis dengan melihat wajah Arthur. Pria itu dengan sejuta ceritanya selalu saja mampu membuat seorang Tabitha merasa menjadi wanita terbahagia di dunia.Perlahan tangan Tabitha terulur untuk menggenggam tangan Arthur. Arthur yang merasakan genggaman di tangannya pun langsung melirik kearah Tabitha."Apa?" Tanya Arthur seraya menaikan satu alisnya."Terimakasih." Bisik Tabitha tepat di telinga kanan Arthur."Apapun untuk kebahagiaanmu." Balas Arthur dengan senyum manisnya.Sedangkan
Sayup-sayup Florence membuka kelopak matanya. Perlahan namun pasti ia menajamkan penglihatannya. Hal pertama yang ia lihat adalah dada bidang suaminya yang shirtless tepat berjarak kurang dari tiga inchi dari wajahnya. Florence sedikit menggeliat dan ia pun menyingkirkan perlahan lengan besar suaminya yang melingkar tepat di perutnya.Setelah memastikan Leonardo tak terganggu dalam tidurnya. Florence pun mendudukkan tubuhnya serta menyenderkan tubuhnya di kepala ranjang. Kepalanya terasa pening ia pun memegangi kepalanya yang semakin lama semakin pusing."Minum obat yang ada di atas nakas." Florence mengalihkan atensinya pada asal suara.Leonardo berucap dengan matanya yang masih tertutup, pria itu hanya sedikit menggerakkan kepalanya menyamankan posisinya."Kau sudah bangun?" Tanya Florence pelan."Sedari lima menit yang lalu." Ucapnya lagi dengan suara yang parau.Florence menepuk pelan lengan suaminya dan ia pun meraih perlahan obat yang
Leonardo menjalankan kakinya menuruni tangga dengan perlahan, ia menatap sekeliling villa, masih sangat terasa sepi padahal jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi.Alhasil ia pun langsung melenggang ke arah pantry meraih air putih dan meneguknya sampai tandas. Sayup-sayup telinganya mendengar candaan dari depan villa. Karena rasa penasaran akhirnya Leonardo pun menjalankan kakinya keluar dari villa dan matanya membelalak bahkan ia sudah menggelengkan kepalanya saat mendapati kedua orang tuanya tengah bersua foto di tepi pantai. Lebih tepatnya Mommy-nya yang tengah bergaya dengan pose yang menurut Leonardo sangat berlebihan.Sementara Arthur? Wajah pria yang tak lagi muda itu terlihat memancarkan kebosanan. Leonardo yang memiliki otak jahil pun bergegas melangkahkan kakinya mendekati Daddy-nya yang tengah mengabadikan Mommy-nya yang tengah berposes ria."Dad?""Hm?""Sedang apa?" Tanya Leonardo pelan seraya melipat tangannya di depan dada."Kau
Ditengah pikirannya yang berkecamuk, Leonardo tak sadar saat sebuah kepala sudah berbaring dengan nyaman dikedua pahanya. Matanya ia tundukkan menatap si pelaku, ia langsung tersenyum tipis saat melihat Florence sudah kembali menutup matanya.Leonardo mengelus kepala istrinya sayang, sesekali ia membelai lembut wajah Florence yang menghadap keatas tepat berada di bawahnya. Leonardo terkekeh geli saat menyadari betapa polosnya Florence saat tidur. Ia kecup lembut kening Florence menyalurkan rasa cintanya yang dalam namun rupanya itu mengganggu tidur Florence.Florence membuka matanya perlahan, lalu ia menatap sayu pada Leonardo yang masih setia mencium keningnya lembut."Leo!" Panggil Florence pelan.Leonardo mengangkat pandangannya, ia menatap lekat kedua manik biru terang milik istrinya."Hm?""Pinjam tanganmu." Cicit Florence pelan."Untuk apa?" Tanya Leonardo dengan dahi yang saling menaut."Principessa mu ingin disen
Tak lama setelah kepergian jet pertama yang dikendarai oleh Alexander. Kini Arthur dan Leonardo berada di dalam jet pribadi yang dikendarai oleh Brian.Di dalam jet Arthur tengah menyesap wine yang sudah tersedia, pria itu mengetukkan jarinya beberapa kali di gelas wine lalu mengalihkan tatapannya pada Leonardo."Daddy dengar kau tengah menjalankan sebuah misi, Leo?"Leonardo menatap Arthur dan menganggukkan kepalanya singkat. "Ada yang bisa Daddy bantu?" Tawar Arthur pelan."Aku bisa menyelesaikan ini sendiri Dad.""Baiklah, kau tau apa yang harus kau lakukan jika butuh bantuan. Uncle Alex dan Brian siap membantumu.""Aku tau."Keheningan kembali tercipta antara Arthur dan Leonardo, keduanya sibuk dengan dunia masing-masing. Arthur yang menikmati wine, sedangkan Leonardo menatap ponselnya, lebih tepatnya sebuah gambar disana, Florence.***Kini Arthur dan Leonardo sudah berada di Roma. Arthur memang ingin langsung berte
Arthur memicingkan matanya saat melirik kearah pintu tepat dimana Leonardo tengah berdiri saat ini. Arthur menegakkan tubuhnya dan berjalan mendekati Leonardo."Bagaimana?" Tanya Arthur pelan."Sudah beres.""Maksudmu?""Dia akan membebaskan Gia, dan mendekati Gia dengan cara wajar selama tiga bulan ini.""Lalu kau akan melepaskan Gia begitu saja?""Aku sudah menganggapnya sebagai adikku Dad. Jadi aku akan tetap akan terus mengawasinya.""Pilihan yang bijak.""Ayo pulang Dad.""Big no! Kita akan bicara di markas besar terlebih dahulu.""Maksud Daddy?""Kita akan bicara setelah sampai."Leonardo menganggukkan kepalanya membalas ucapan Arthur. Kedua pria itu berjalan keluar dari mansion Alfonzo diikuti dengan Brian di belakang mereka.Brian membukakan pintu mobil untuk Arthur dan Leonardo memasuki mobil itu terlebih dahulu, Leonardo tanpa menunggu Arthur ataupun Brian segera memasuki mo