Share

Rahasia Besar

              “Dia mau nikah sama pacarku, tepatnya calon tunanganku.”

              “Astaghfirullah! Mbak Agni serius? Mbak nggak lagi main-main sama aku, kan?” Suara Andra terdengar gemetar di seberang sana.

              Aku bisa membayangkan seperti apa wajah Andra ketika mendengar kabar mengejutkan ini. Lelaki itu pasti sangat kecewa berat kepada kelakuan Zara. Apalagi, mereka berdua sudah berpacaran sejak sama-sama di bangku SMA.

              Meskipun kedua orangtuaku kurang senang Zara berpacaran dengan Andra karena alasan pria itu tak meneruskan kuliahnya gara-gara faktor ekonomi, Zara dan Andra tetap nekat melanjutkan hubungan mereka bahkan sampai adik semata wayangku itu lulus diploma empat. Namun, siapa yang sangka bahwa adik yang selama ini selalu kubanggakan karena wajah cantik dan otak encernya itu, ternyata malah menikung aku yang ikut membiayai kuliahnya. Tak main-main, bahkan mereka mengaku akan segera menikah. Ya Allah, rasanya aku tak ikhlas diperlakukan seperti ini! Aku yakin jika Andra pun setali tiga uang denganku.

              “Demi Allah, Andra! Buat apa aku bohongin kamu? Farhaaz yang ngomong langsung ke aku via telepon barusan. Kata-kata pacarku juga diamini oleh Zara dan kedua orangtuaku. Aku nggak paham sejak kapan mereka berhubungan sampai akhirnya memutuskan akan menikah begini!” ujarku menahan rasa sakit di hati.

              “Ya Allah, Mbak Agni! Jantungku rasanya mau copot. Ini benar-benar membuatku kecewa, Mbak.”

              Tak seberapa lama dari itu, terdengar olehku suara isak tangis yang cukup memilukan. Andra ternyata langsung menumpahkan air matanya. Dia tersedu-sedu saat ini.

              “Andra, aku minta maaf kalau ucapanku membuatmu sakit hati. Tapi, kamu boleh balaskan rasa sakit hatimu kepada adikku, Ndra. Aku dukung kamu. Kita sama-sama balas dendam,” bisikku dengan wajah yang penuh amarah.

              Andra tak serta merta menyahut. Lelaki itu masih terisak di ujung sana. Aku jadi tahu sekarang bahwa Andra pasti sangat-sangat mencintai Zara, bahkan lebih dari yang Zara ketahui.

              “Mbak, apa pacarnya Mbak tahu kalau Zara udah nggak perawan lagi?”

              Deg!

              Aku terenyak seketika. Suara serak nan parau milik Andra yang sehabis menangis itu bak sambaran petir yang kontan menggetarkan segenap jiwaku. Apa? Tidak perawan lagi?

              “Maksudmu apa, Andra?!”

              “Zara sudah kuperawani, Mbak Agni. Bahkan sejak dia kelas dua belas SMA dulu. Kami sudah sering melakukannya dan terakhir kami melakukannya tiga minggu yang lalu.” Andra menceritakan aibnya sendiri. Terdengar tanpa sedikit pun ragu dari suaranya itu.

              Dadaku langsung ngilu. Ya Allah … adikku yang terlihat manis dan cantik itu ternyata telah memberikan keperawanannya kepada pacarnya sendiri. Apa jangan-jangan, pada Farhaaz pun dia sudah melakukan hal bejat itu? Sementara aku selama dua setengah tahun berpacaran dengan Farhaaz, ciuman bibir saja tak pernah kuberi. Apakah ini juga yang jadi alasan mengapa pacarku memilih adikku buat dinikahi?

              “Bejat kamu, Andra!” hujatku kepada Andra. Jujur saja, aku jadi sakit hati karena mendengarkan pengakuan pacar adikku tersebut.

              “Maaf, Mbak. Maafkan aku. Tapi, semua itu kami lakukan tanpa ada paksaan dari pihak mana pun. Bahkan yang pertama kali mengajak berhubungan adalah Zara sendiri.”

              Aku beristighfar berkali-kali di dalam hati maupun di bibirku dengan suara yang sangat lirih. Ya Allah, Zara! Setiap hari kau terlihat cantik menawan dan berpenampilan sopan. Meskipun jilbabmu masih lepas pasang, tapi Zara yang kukenal adalah anak perempuan yang baik dan penuh tata krama.

              Siapa yang duga bahwa kau telah ribuan kali dipakai oleh pacarmu sendiri? Aku sebagai kakak yang telah dikhianati saja rasanya sakit bukan main mendengarkan fakta mencengangkan ini. Farhaaz, apa kau yakin mau menikahi adikku yang penuh noda itu?

              “Aku punya video intim kami, Mbak. Ada banyak di laptop sama ponselku. Ada sekitar tiga ratus video. Kami buat itu sejak aku dan dia pacaran di bangku SMA.”

              Refleks aku menghela napas panjang sambil mengelus dadaku. Bagaimana kalau orangtuaku tahu semua ini, ya? Masihkan mereka mengagung-agungkan anak bungsunya itu?

              “Mbak Agni?” Andra memanggilku saat aku terdiam syok karena ceritanya tadi.

              “Ya, Andra. Sorry. Aku cuma speechless gara-gara ceritamu itu.”

              “Aku juga minta maaf kalau cerita ini membuat Mbak Agni syok. Yang pasti, aku ceritakan semuanya untuk kebaikan kita bersama, Mbak,” sahut Andra sambil terdengar menarik napas panjangnya.

              “Kamu masih ingin sama Zara, Ndra?” tanyaku pelan.

              “Masih, Mbak. Dia sudah ngasih keperawanannya buatku dan kami juga udah saling janji buat menikah. Aku nggak akan mau mengingkari janjiku sendiri.”

              “Kalau begitu, kamu mau nggak, kita kerja sama aja?” tanyaku dengan dada yang berdebar kencang.

              Aku tahu kalau ini gila dan terlalu berisiko. Bahkan terlalu berisiko buat diriku sendiri. Akan tetapi, rasa kecewaku kadung besar gara-gara pengkhianatannya Zara dan Farhaaz.

              “Kerja sama buat menghancurkan hubungan mereka, Mbak?”

              “Iya, Ndra. Tapi, jangan sekarang. Aku maunya saat mereka akad nikah nanti. Bagaimana?”

              Andra diam sejenak. Diamnya pemuda itu malah membuat jantungku ikut berdebar-debar kencang. Ayo, Andra! Jawab!

              “Kenapa harus nanti, Mbak? Kenapa nggak sekarang aja?”

              “Kalau sekarang, mereka bisa tetap nekat menikah. Tapi, kalau pas akadnya, bisa-bisa semua itu akan batal seketika. Ayolah, Andra. Kamu sepakat saja denganku. Biar aku yang susun skenarionya.”

              “Hmm, baiklah, Mbak. Aku setuju kalau begitu. Oh, ya, Mbak. Aku mau mengakui satu dosa lagi,” sahut Andra dengan nada suara yang kudengar agak meragu.

              “Apa itu?”

              “Tapi Mbak Agni jangan menghakimiku, ya,” pintanya seperti orang takut.

              “Iya. Ayo, cepat ceritakan, Ndra! Apa pun itu, aku pasti akan mendengarkannya dan mencoba untuk tidak men-judge kamu.”

              “S-sebenarnya … Zara hamil, Mbak.”

              Aku ternganga lebar. Kejutan demi kejutan telah Andra berikan kepadaku tanpa aku siap untuk menerimanya. Jadi … karena itulah wajah Zara terlihat pucat pasi dan loyo? Namun, kenapa dia harus menikah dengan pacarku? Kenapa dia tidak menikahi Andra saja yang jelas-jelas dia cintai sejak lima tahun silam?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status