Share

Bab 87. Hari Kedua

Penulis: Mini Yuet
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Hari ini adalah hari kedua aku bekerja di keluarga Tan yang kaya raya itu. Semalam aku sudah tidak bisa tidur karena cuaca yang sangat panas. Hanya ada kipas angin. Kamar yang disediakan Nyonya Tan untuk kami cukup luas. Dengan kamar mandi yang ada di dalam. Mempunyai tempat tidur yang bertingkat. Aku tidur di atas sementara Ida dan Wangsih tidur di bawah. Sepertinya mereka kurang begitu akrab denganku.Apalagi Wangsih yang masih muda itu. Entah mengapa aku merasa pandangannya tidak bersahabat atau hanya perasaaanku saja.

Semalam Mbak Ida dan Wangsih sudah membagi tugas. Harus bangun pukul empat pagi, mandi solat dan segera membuat susu untuk dua anak NYonya Tan. Sedikit terkejut karena anak sebesar itu masih minum susu menggunakan botol bayi. Alasannya karena mereka susah minum susu sehingga harus minum susu dengan cara itu.

Pagi hari Wangsih mengajari aku untuk membuat susu dan masuk ke dalam kamar Tan Jiang dan Tan Leo. Tanpa harus berbuat bising dan membangunkan mereka. Setelah mem
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • TERPAKSA AKU PERGI,MAS   Bab 88. Kesalahan Kecil

    Tidak terasa aku sudah bekerja selama satu bulan di tempat Nyonya Tan. Walaupun Setiap hari aku mendapatkan komplain dari majikanku itu tentang masakan yang tidak enak atau ada sesuatu yang lupa. Tapi aku tetap bertahan hingga aku mendapatkan gaji pertamaku. Nyonya Tan juga akan menawarkan aku sebuah kartu untuk menelpon ke Indonesia. Sangat bahagia sekali saat aku bisa menghubungi keluargaku di Indonesia.Malam harinya, aku segera menghubungi Mas Dani tapi setelah sekian lama tidak dijawab panggilan telepon itu. Berbagai pertanyaan muncul di benakku.Kemana dia kok tidak menjawab panggilan teleponku? AKu terus mencoba menghubungi Mas Dani tidak bisa. Kemudian aku teringat dengan Mas Riski. Aku ingin menelepon Mas Rizki yang nomornya selalu aku simpan dalam buku telepon. Entah mengapa aku sangat merindukan Mas Rizki. Sosok pria yang sangat perhatian dan pernah membantuku saat aku merasakan kesusahan keuangan.Setelah beberapa saat panggilan teleponku tidak diangkat baru setelah mencob

  • TERPAKSA AKU PERGI,MAS   Bab 89. Sabar dan Harus Kuat

    "Kenapa kamu tidak meminta maaf denganu, Minah. Apakah kamu tidak suka dengan sikapku padamu. Ini masih biasa kamu melakukan kesalahan yang sangat fatal. Kamu tahu tidak berapa harga baju itu? Harganya sama dengan tiga kali gajimu. Tapi kini sudah luntur dan tidak bisa dipakai. Jadi aku harus marah dengan siapa?" tanya Nyonya Tan dengan wajah yang merah. Di meja makan itu juga ada Tuan Tan dan kedua putrinya. Namun, mereka tidak bisa membantah atau melarang Nyonya Tan untuk memarahiku. Hanya pandangan pada lantai sebagai tempat untuk menyembunyikan kesedihanku.Wangsih menyenggol pundakku kemudian dia berbisik."Mbak MInah, lekas minta maaf maka semua masalah akan kelar. Jangan turuti ego dan keras kepalamu," bisik Wangsih. Aku diam terpaku. Semua anggota TUan Tan juga diam. Perasaanku campur aduk antara ingin pulang atau bertahan di sini. Hingga Wangsih kembali menyenggol pundakku.Tergagap aku mendongakkan kepala dan tidak berani menatap mata Nyonya Tan yang hampir keluar."Eh, maaf

  • TERPAKSA AKU PERGI,MAS   Bab 90. Wangsih Pulang

    Tidak terasa sudah hampir setahun aku bekerja pada Nyonya Tan. Ya terkadang galak dan ramah terkadang baik. Namun ada sesuatu yang menyebabkan Wangsih juga tidak kerasan bekerja di sana. Tekanan untuk bekerja sangat sempurna dan tanggung jawab yang besar membuat Wangsih akhirnya pingsan di kamar mandi.Siang itu peristiwa yang tidak bisa aku lupakan. Wangsih sudah menjalani hubungan asmara dengan Jhon pekerja yang berasal dari negara Vietnam. Pria yang sangat baik, kulitnya putih dan bersih. Setiap dia datang pasti semua kerjaan Wangsih tidak pernah beres. Kami sering berantem karena Wangsih malah seenaknya sendiri. Beginilah kalau bekerja lebih dari satu orang di dalam satu rumah pasti tidak pernah akur. Entah karena sudah direncanakan lama atau tidak mendadak Wangsih aku temukan pingsan di dalam kamar mandi. Aku sedikit panik dan segera menelpon majikanku. Tapi tidak ada balasan hingga aku menelpon agencyku untuk bertemu dengan Mmm Kristin atau Mister Daniel memberitahu apa yang te

  • TERPAKSA AKU PERGI,MAS   Bab 91. Aku Pulang

    Setelah berganti-ganti pembantu sampai tiga kali akhirnya aku mendapatkan teman yang berasal dari kota Semarang. Aku pikir dengan punya teman yang satu daerah denganku semuanya akan sangat mudah. Namun, kenyataan tidak sesuai dengan harapan. Dia bahkan mempunyai taktik yang di luar naral. Dia dulu pernah kerja di Arab saudi sehingga sudah tahu bagaimana menghadapi majikan. Setiap kali aku memberitahu tentang suatu pekerjaan selalu dia membantahnya. Hingga membuat aku sediit emosi.Sampai pada puncak kesabaranku. Dia yang menyetrika baju dan mencuci kembali aku yang mendapatkan kemarahan dari Nyonya Tan."Minah!" panggil Nyonya Tan dari lantai atas.Tergopoh-gopoh aku segera berlari mendekati kamar majikanku."Iya Nyonya," sahutku ketika sudah berada dalam kamarnya."Apaan ini. Semua bajuku bau tidak enak dan dimasukkan ke dalam lemari," teriak Nyonya Tan sambil melemparkan setumpuk baju tepat ke wajahku. Rasa sakit yang dulu belum sembuh kembali terbuka lagi. Perlakuan yang tidak manu

  • TERPAKSA AKU PERGI,MAS   Bab 92. Mampir ke Rumas Saudara

    Aku menangis di dalam pesawat. Tidak mengira akan menjadi begini. Di sebelahku seorang wanita. Dia tidak bertanya mungkin orang kaya. Mana mau bertanya dan ramah dengan wanita sepertiku. Hanya seorang pembantu. Ingin merutuki nasibku. Sejak kecil aku sangat rajin belajar dan disiplin berharap akan menjadi seorang yang sukses. Tapi teori itu tidak berlaku untukku. Mungkin karena tidak ada biaya sehingga aku tidak bisa melanjutkkan kuliah ke perguruan tinggi.Jalan yang ku tempuh juga salah yaitu menikah dan tergila-gila dengan Mas Dani. Hingga mempunyai dua anak. Orang pasti menyangka aku ini wanita dan gadis yang bisa saja dibodohi. Padahal waktu sekolah aku sangat pandai namun kalah dengan pesona seorang laki-laki.Seorang pramugari sudah berdiri di depan untuk memberikan instruksi tentang tata cara penyelamatan selama berada di dalam pesawat. Setelah semuanya siap. pesawat yang kutumpangi kemudian tinggal landas menembus pekatnya negara itu. Harus menempuh perjalanan satu jam sampai

  • TERPAKSA AKU PERGI,MAS   Bab 93. Saudara Mau Pinjam Uang

    "Dek MInah, aku mau pinjam uangmu, boleh?" tanya Mbak Ningsih.Aku berhenti memasukkan nasi ke dalam mulut. Ya Allah, kenapa ketika aku baru mempunyai uang sedikit saja. Ada saja orang yang bilang mau pinjam uang. Padahal kalau aku sedang susah tidak ada yang datang untuk mendekat. Kali ini aku menolaknya. Dengan alasan uangnya sudah aku berikan pada anaku dan biaya untuk pulang kampung nanti."Maaf Mbak Ningsih, aku tidak punya uang banyak. Ini sisa gajiku untuk beli susu Zaki dan nmengontrak rumah nantinya. Serta membayar semua hutang Bibi yang merawat Zaki. Katanya hutang di warung banyak," tolakku. Walaupun aku melihat wajah Mbak Ningsih langsung berubah ketika aku tidak memberikan pinjaman pada Mbak Ningsih."Oh ya sudah kalau begitu," ujar wanita itu langsung pergi.Mas Nono datang dan memandang istrinya dengan pandangan yang aneh. Dia ikut sarapan denganku lalu menanyakan apa yang terjadi."Ada apa dengan mbakyumu, Minah. Kok langsung masuk kamar dengan membanting pintu?" tanya

  • TERPAKSA AKU PERGI,MAS   Bab 94. Pulang Menengok Zaki

    Sepanjang perjalanan menuju kota R itu, aku dan pemuda yang duduk di sebelahku banyak bercerita tentang banyak hal. Ternyata dia juga sangat kecewa kekasihnya yang begitu saja meninggalkan dia dan menikah dengan orang lain yang lebih kaya. Memang di dunia ini masih diukur dengan uang. Apa saja harus mempunyai uang. Itulah alasan kenapa aku bekerja di luar negeri. Ketika banyak yang bicara dan menghinaku karena sudah punya suami dan anak masih saja bekerja. Pasti tidak bersyukur dengan penghasilan suami. Ingin mempunyai seperti yang lainnya. Aku tidak pernah terbersit sedikitpun untuk tidak bersyukur dengan penghasilan suamiku, namun ini memang masih kurang. Dia hanya memberikan jatah tidak tentu malah lebih sering kurang. Ini anak-anak masih kecil. Bagaimana kalau anak-anak nanti sudah sekolah dan membutuhkan dana lebih banyak? Tentu aku yang harus pontang panting mencari biaya itu. Mas Dani tidak pernah ambil pusing dan menganggap semuanya santai. Pernah aku meminta uang untuk belanj

  • TERPAKSA AKU PERGI,MAS   Bab 95. Pulang ke Rumah Emak

    Dari mana Mas Dani tahu nomer baruku. Padahal tidak ada yang tahu selain Mas Nono. Apa dia meminta Mas Nono.(Hei, istri durhaka. Dulu kamu pergi kerja atas izinku sekarang kamu pulang pura-pura lupa dan tidak mau kenal aku lagi. Pria mana yang telah mmenghasutmu hingga kamu bisa berbuat seperti itu?) pesan Mas Dani.Akhirnya nomernya aku blokir. Tidak mau berurusan dengan dia lagi. Pria yang tidak mau tanggung jawab. Bisanya hanya meminta uang saja.Ingin pergi jauh dari orang parasit macam dia.Aku mencari kyai untuk memberikan air agar Zaki mau aku bawa pulang. Sementara bulek masih saja menangis ingin mempertahankan Zaki di sana. Setelah semuanya beres, aku membawa Zaki pulang. Sementara aku kembali akan mengontrak di tempat yang dulu sambil mencari kesempatan untuk mengambil Arsyad. Tekadku sudah bulat untuk mengajukan gugat cerai pada Mas Dani.Paginya aku membawa Zaki kembali ke kotaku. Walaupun dia menangis tapi aku berusaha untuk kuat. Teringat akan Mas Riski apakah dia jadi

Bab terbaru

  • TERPAKSA AKU PERGI,MAS   Bab 121. Akhir Sebuah Perjalanan( Tamat)

    Setelah bulan madu selama dua hari, aku dan Dimas pulang ke rumah. Aku juga menjemput Zaki. Kemudian mengantar semua saudaraku. Dimas memberikan uang saku untuk emak dan Delia serta saudara yang lain. "Minah, emak pulang dulu ya," pamit emak sambil memelukku. "Iya Mak. Maafkan Minah karena tidak bisa mengantar pulang.""Ndak apa-apa, Nduk. Yang penting kalian bahagia. Dan segera mendapatkan momongan," ujar emak. "Nak Dimas, titip Minah ya. Dia sudah banyak menderita. Kini saatnya dia bahagia," ujar emak menatap Dimas. "Iya Mak. Doakan kami segera mendapatkan momongan lagi. Biar Zaki punya adik," ucap Dimas sambil mengelus perutku. Aku hanya tersenyum dan menggelendot manja di pundak Dimas. Mobil travel yang disewa sudah datang. Semua oleh-oleh sudah dimasukkan ke dalam mobil. Hanya lambaian tanganku mengiringi kepulangan emak. Aku akan menepati janjiku padamu, Mak. Membawamu ziarah ke tanah suci. Zaki sudah berlari ke ruang bermain dengan ditemani Mbak Dian. Dimas mengambil pega

  • TERPAKSA AKU PERGI,MAS   Bab. 120.Menikmati Malam Pertama

    Pak Dikin menurunkan koper kecil yang sudah aku siapkan untuk bulan madu. Yaitu baju ganti Dimas dan baju gantiku. Yang paling utama adalah baju tidur yang dibelikan Dimas untukku. Warna merah muda sesuai dengan kulitku yang putih bersih. Dimas juga aku bawakan piyama tipis. Ada juga obat untuk Dimas. Serta peralatan make up.Sampai di penginapan sudah pukul sembilan malam.Dimas memberikan tips untuk Pak Dikin serta berpesan agar dia selalu siap jika dibutuhkan.Aku dan Dimas bergandengan tangan memasuki penginapan itu. Lalu mengunci dengan rapat. Tercium aroma yang wangi dari dalam rumah itu. Penuh dengan bunga-bunga. Kami menuju kamar yang sudah disulap menjadi kamar pengantin.Dimas duduk di ranjang memberikan kode membantuku melepas gaun pengantin. Dengan sabar dia membuka kancing dan kerudung yang aku pakai. Setelah itu aku memakai baju yang sangat tipis.Aku berdiri menghadap ke arah Dimas. Tidak memakai pakaian dalam sama sekal

  • TERPAKSA AKU PERGI,MAS   Bab 119. Akhirnya Sah

    Hari yang kutunggu akhirnya sudah tiba. Kami memilih hari Minggu untuk mengadakan ijab qobul di rumah Dimas. Acara yang cukup sederhana tapi tentunya sangat berkesan. Keluargaku juga sudah datang sejak sabtu siang. Rombongan satu bis kecil. Emak, Delia dan suami serta anaknya. Wawan, istri dan anak-anaknya juga serta Mas Nono dan Mbak Ningsih yang turut aku undang. Tetangga yang ada di komplek perumahan dulu aku mengontrak juga aku undang. Termasuk Mpok Ros dan yang jual sembako. Agar mereka tau apa yang dituduhkan dulu tidak terbukti justru aku kini dipersunting oleh pasienku sendiri.Rumah Dimas yang megah sudah ramai dengan petugas catering yang bertugas untuk melayani para tamu undangan. Aku meminta tidak memakai adat manapun. Biar normal saja yang penting pernikahan lancar dan sah. Oma juga sudah dandan dengan baju warna merah dengan sanggul yang sangat cantik. Namun, aku tidak melihat keluarga besar Dimas datang di acara pernikahanku dengan Dimas. Mereka yang tidak datang yang t

  • TERPAKSA AKU PERGI,MAS   Bab 118. Persiapan

    Dimas mengajak aku dan anak-anak keliling kota Semarang tentu aku sebagai penunjuk jalannya. Walaupu tidak sepenuhnya tahu seluk beluk kota Semarang. Kami menikmati makanan yang dijual di pinggir jalan kota lama. Menikmati indahnya kota itu dengan bangunan kuno dan bersejarah. Apalagi setiap akhir pekan akan ramai dikunjungi banyak orang. Dari pasangan muda mudi hingga keluarga besar yang membawa anak-anaknya. Pun sama denganku. Aku menggamit lengan Dimas sebelah kiri sementara tangan kanannya memegang tongkat. Walaupunn sudah sembuh tapi jalannya masih belum begitu tegak. Sementara Pak Dikin beralih profesi sebagai pengasuh anak-anaku. Bahkan dua anaku sangat bahagia menganggap Pak Dikin kayak kakeknya. Arsyad masih menjumpai kakeknya waktu kecil sedangkan Zaki belum pernah bertemu dengan kakeknya.Karena waktu itu dia masih di dalam kandungan.Kami menikmati suasana malam itu. Juga membeli es krim dan foto bersama. Hingga sampai pada sebuah restoran kecil yang menjual soto khas semar

  • TERPAKSA AKU PERGI,MAS   Bab 117. Menunggu Hari Itu

    Sore hari rombongan kami sudah sampai di kampungku. Ada perasaan campur aduk ayng menghentak-hentak rasaku. Kampung di mana sebuah cita-cita yang dulu pernah bersemi dan mulai mekar. Namun, semua itu harus layu sebelum berkembang. Memasuki gerbang desa, aku tidak bisa menahan air mataku. Luruh begitu saja. Dimas yang melihatku menangis segera memeluk pundakku seolah memberikan kekuatan. Pria yang bermata sipit dan wajahnya sangat bersih itu begitu sangat perhatian. Aku layaknya putri buruk rupa yang mendapatkan calon suami pangeran tampan rupawan karena telah berjasa menyembuhkan dia. "Pak, belok ke kiri ada rumah yang berwarna biru, itu rumah adikku," ujarku menahan isak. Arsyad rupanya tahu kalau akan bertemu dengan simbahnya. Karena sejak aku kerja di luar negeri dia memang tidak pernah bertemu dan diajak menengok simbahnya yang di kampung. Tetangga Delia yang melihat mobil bagus dengan plat mobil Jakarta keluar dari rumah seolah ingin tahu siapa yang datang. Tiba di depan ruma

  • TERPAKSA AKU PERGI,MAS   Bab 116. Melupakan Masa Lalu

    Sudah 3 bulan berlalu masa iddah aku juga sudah selesai. Sementara tinggal di rumah yang disewakan Dimas. Setiap hari aku harus berangkat ke rumah Dimas untuk merawat dan melakukan terapi sedangkan Zaki dimasukkan ke sekolah PAUD yang dekat dengan rumah Dimas. Sekolah yang termasuk sekolahnya orang kaya dan kebanyakan adalah warga keturunan Cina.Walaupun Dimas sudah berpindah keyakinan menjadi seorang muslim tapi Oma tetap baik dengan Dimas dan aku juga sangat sayang dengan Nyonya Veronica.Dia sangat baik dan hormat denganku apalagi saat ini Dimas semakin hari sudah mulai bisa berjalan. Pagi dan sore aku membantunya berjalan di taman belakang . Dia perlahan mulai melepaskan tongkat penyangga di tubuhnya terkadang seperti anak kecil yang berjalan setapak dua tapak dan aku menanti di depan. Akhirnya dia memelukku karena tubuhnya yang terlalu besar. Aku tidak sanggup menahan hingga terjerembab ke rumput taman. Wajah Sakti sangat bahagia apalagi dia akan kembali bekerja di perus

  • TERPAKSA AKU PERGI,MAS   Bab 115. Syukuran

    Semua barang dan pakaianku sudah datang. Diangkut dengan mobil pick up milik Dimas yang dibawa oleh dua pria yang mempunyai tubuh kekar. Aku segera menata semua pakaianku dan merapikan barang milikku. Untuk sementara tidak menghubungi semua saudaraku untuk menghilangkan jejak sampai surat ceraiku benar-benar sudah keluar dari pengadilan agama. Sekarang aku sedikit tenang karena ada Dimas yang selalu melindungiku. Walaupun kakinya sakit dan tidak bisa berjalan tapi dia punya otak dan pikiran yang waras. Paling ibu-ibu yang tinggal di sebelah rumahku akan bertanya kenapa aku harus pindah dari kontrakan itu. Apalagi Mpok Ros yang selama ini sudah aku anggap saudara ternyata malah menyebar fitnah. Mendadak aku pindah. Pasti Mpok Ros juga akan cerita kalau anaku diambil oleh mantan suamiku. Memang bibirnya tidak bisa menjaga rahasia. Sekarang aku sudah sedikit tenang karena jauh dari orang-orang yang membuat hatiku sakit. Bahkan Mbak Ningsih juga malah membocorkan rahasiaku. Paling dia d

  • TERPAKSA AKU PERGI,MAS   Bab 114. Heroku

    Aku menuju alamat yang diberikan Dimas mengenai keberadaan Zaki dan Mas Dani. Memang belum terlalu jauh dari komplek perumahan yang aku tempati. Mengapa Dimas bisa bertindak sangat cepat. Sebenarnya siapa dia? Sampai di sebuah gang yang dimaksud, aku minta berhenti dan membayar ojek. Dengan perasaan tidak menentu aku menuju rumah berwarna kuning gading yang ditunjuk Dimas. Sampai depan sana aku mengirimkan pesan pada Dimas kalau sudah sampai di rumah itu. (Dimas, aku sudah sampai.) tulisku dalam sebuah pesan. Tidak menunggu lama kemudian dia menelponku. "Halo Minah, sekarang posisimu di mana?" tanya Dimas. "Aku hampir mendekati rumah yang berwarna kuning seperti petunjukmu," jawabku. "Okay kalau begitu, aku akan menghubungi anak buahku dan mereka akan menjemputmu. Kamu tinggal bilang pria itu mau diapakan. Maka aku tinggal perintah dengan anak buahku," ujar Dimas di ujung telpon. "Tidak usah Dim. Yang penting anaku selamat. Terserah dia mau kelaparan atau apa tidak peduli," sa

  • TERPAKSA AKU PERGI,MAS   Bab 113. Kabar Tentang Zaki

    Pikiranku langsung tertuju kepada Dimas. Mungkin dia mempunyai solusi atas masalah yang sedang menimpaku."Ngapain Mpok masih di situ?" tanya aku dengan suara lirih."Apa Mpok mau menyebarkan isu yang tidak jelas lagi kepada para ibu-ibu di komplek ini?" tanyaku tanpa memandang dia."Apa maksudmu Mbak Minah?" tanya Mpok Ros pura-pura tidak tahu."Kamu sudah cerita kepada ibu-ibu yang ada di komplek ini. Katanya aku melakukan terapi plus-plus sehingga aku mempunyai uang yang banyak dan bisa membeli perhiasan dan aneka perlengkapan rumah."Mungkin ketika mendengar ucapanku, wajah dia memerah dan mulutnya mengerucut tapi memang aku benar-benar marah dengannya. Padahal selama ini dia hanya minta tolong kepadaku bahkan yang seratus ribu yang dipinjam dariku belum juga dikembalikan. Tapi mengapa dia tega memitnah aku dan menuduh aku melakukan terapi plus-plus di kota."Tapi Mbak. Aku…" ucapnya dengan terputus."Tidak usah mengelak, Mpok. Ibu-ibu kompleks sudah cerita kepadaku dan merek

DMCA.com Protection Status