Share

Pesan dari Safina

***

Di dalam lift, Mas Biru tidak berbicara sepatah katapun, bahkan kulihat pria yang memiliki rahang tegas itu sibuk dengan ponsel di tangannya.

Aku mengusap-usap kepala yang masih menyisakan nyeri. Nina benar-benar ... astaghfirullah!

Mataku kembali memanas ketika mengingat kejadian beberapa menit yang lalu di Kantin. Malu. Tapi mau bagaimana lagi, toh bukan aku yang mencari gara-gara.

Andai aku punya nyali untuk mengeluarkan ponsel di dalam saku celana berbahan kain yang saat ia kukenakan, sudah pasti Ibulah orang pertama yang ingin aku hubungi. Aku ingin menangis dan menceritakan betapa bekerja di Perusahaan teramat menakutkan.

"Sakit banget?"

Aku berjingkat kaget ketika mendengar suara Mas Biru yang tiba-tiba.

"Kamu memang terbiasa melamun ya, Haf?" Mas Biru bertanya sambil mengerutkan kening. "Setiap saya berbicara, kenapa selalu terkejut begitu sih?"

"Maaf, Pak," sahutku lirih.

"Fokus, Hafsah! Jangan dibiasakan menimbun banyak pikiran karena urusan pribadi, sementara di Per
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status