Share

Menjelang Tamat

last update Last Updated: 2023-10-28 16:18:54

***

pov Safina

"Bunda Ranti?"

Mas Azka memanggil wanita paruh baya yang berjalan di depan kami. "Bunda!" Suamiku itu kembali memanggil.

Aku yang baru saja turun dari mobil sontak mengejar langkah kaki Mas Azka yang semakin lebar.

"Bun, tunggu, Bun!"

Suamiku mencekal pergelangan tangan wanita yang baru pertama kalinya kutemui.

Siapa dia?

Darimana Mas Azka mengenalnya?

"Bunda, apa kabar?" tanya Mas Azka sedikit ngos-ngosan.

"Siapa dia, Mas?"

Tiba-tiba wanita berkerudung lebar itu menatapku dari atas hingga bawah. Bibirnya tiba-tiba tersenyum sinis, lalu bertanya, "Kamu istrinya Azka?"

Aku jelas saja mengangguk. "Iya, Tante," jawabku.

"Jadi dia lebih memilihmu daripada Hafsah?"

Keningku mengkerut. "Tante kenal Mbak Hafsah?"

"Tentu. Dia putriku."

Aku melongo. Kabar macam apa yang baru saja kudengar ini?

Mbak Hafsah ... putrinya? Bagaimana bisa?

"Panjang ceritanya, Dek," sahut Mas Azka seraya menggenggam jemariku erat. "Nanti Mas ceritakan semuanya, ya?"

Aku mengangguk kaku. Terpaksa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • TERNYATA SUAMIKU PETANI KAYA RAYA   Wajah Asli Nisya

    ***"Siapa yang berbagi ranjang, Haf?"Aku hampir tersedak mendengar pertanyaan Pak Biru dengan suara yang tidak sedikitpun ia pelankan. Beberapa pembeli yang ada di kanan kiri kami pun sontak menoleh membuatku seketika menunduk menyembunyikan wajah yang memanas. "Haf, jangan bilang kalau kamu menuduh saya sering tidur dengan Nisya," imbuh Pak Biru. "Kamu pikir saya ... astaga, Hafsah!" Pria berkemeja biru muda dengan lengan yang ditekuk sampai ke siku itu membetulkan posisi duduknya kemudian kembali berucap, "Apa di matamu saya sebrengsek itu?""Pak, pelankan suara Bapak ....""Saya mungkin terlampau lama menjalin hubungan dengan Nisya, Haf, tapi sungguh ... bahkan untuk mencium bibirnya saja saya tidak ....""Tidak berani?" selaku kemudian mencebik. "Pak, apa Pak Biru lupa kejadian ketika di tempat parkir Perusahaan? Bapak dan Bu Nisya ...." Aku mengerucutkan masing-masing jemari dan menempelkannya seperti saling bertaut. "Mata saya melihat dengan jelas kalau Bapak dan Bu Nisya it

    Last Updated : 2023-10-29
  • TERNYATA SUAMIKU PETANI KAYA RAYA   Ribut

    ***"P-- Pak Biru?"Bu Nisya yang semula membelakangi pintu seketika menoleh dan menganga ...."H-- hai, Mas," ucapnya manja. Pak Biru bergeming. Wajah yang biasanya terlihat hangat saat berada di dekat Bu Nisya itu kini tidak melayangkan senyum sedikitpun. Aku menyingkir memberi jalan saat Pak Biru melangkah perlahan."Kok cepat sekali, tadi bilangnya lama." Bu Nisya setengah berlari dan bergelayut manja di lengan Pak Biru. "Mas, gimana kalau hari ini kita ....""Ada berkas yang harus aku tanda tangani, Haf?"Aku mendongak dan menatap Pak Biru yang sedang menampik tangan Bu Nisya dengan kasar. "Hafsah!" panggil Pak Biru setengah membentak. Aku yang sebentar tadi syok dengan sikap Pak Biru pada kekasihnya, kini setengah berlari mendekati Pak Biru dan segera menyodorkan beberapa map yang semula kudekap erat. "Ini, Pak," kataku seraya menyerahkan berkas yang harus Pak Biru periksa. "Mas, kamu gak dengar aku bicara?" Bu Nisya merajuk, "Kok kamu malah sibuk sama ....""Keluar kalau ha

    Last Updated : 2023-10-29
  • TERNYATA SUAMIKU PETANI KAYA RAYA   Situs Dewasa

    ***"Aku ... aku hanya bercanda, Mas ....""Bercanda?" Ulang Pak Biru. "Kamu pikir nama baik bisa dibuat sebercanda itu, Sya?""Mas, dengarkan aku dulu ....""Papa membangun Perusahaan ini dengan kerja keras. Kamu paham gak sih efek dari perkataan kamu ke Hafsah, hah? Jika ada orang lain yang mendengar, lalu menyebarluaskan, nama baikku juga nama baik Papa bisa hancur. Perkataan kamu bisa menjadi boomerang dan menghancurkan bisnis kami." Pak Biru berulang kali mengusap wajahnya kasar. "Dengan datangnya kamu sering-sering ke Perusahaan, itu saja sudah gak benar, Sya. Tapi aku berusaha mengenyahkan semua teguran Papa dan Mama. Aku tidak melarangmu datang kesini hanya karena tidak ingin menyakitimu. Tapi apa yang kau berikan, Sya? Kamu justru berbicara hal-hal yang tidak pantas atas namaku."Aku berdiri kikuk di belakang Pak Biru. Kakiku pegal, ingin sekali pamit keluar tapi rasanya canggung memotong pembicaraan. "Pergi dari sini, Nisya. Kita selesai."Bu Nisya menggeleng tantrum. "Haf,

    Last Updated : 2023-10-30
  • TERNYATA SUAMIKU PETANI KAYA RAYA   Hamil

    ***pov AzkaSepulang dari dokter kandungan, aku tak melepas sedikitpun genggaman di tangan Safina. Istriku, yang aku halalkan satu bulan yang lalu ternyata tengah mengandung. Berulangkali aku kecup punggung tangan Safina, berharap wanita cantik dengan senyum menawan itu mengerti betapa aku teramat mencintainya. Mendambanya hingga detik ini. "Mas, ih ...." Safina hendak menarik tangannya, namun aku kembali mendekap jemari lembut itu dengan erat. "Fokus nyetir dulu," pintanya.Aku menggeleng. Menatapnya sejenak kemudian kembali fokus pada jalanan di depan yang terlihat lengang. "Mas bahagia sekali, Dek," ucapku jujur. "Aku apalagi," sahutnya seraya tersenyum. Senyum itu, senyum yang baru kusadari ternyata teramat memikat. Aku sering berusaha membuatnya tertawa hanya karena rindu pada senyumnya yang tulus. "Ternyata ini alasan kenapa aku mudah baper, Mas," imbuhnya. "Maaf ya sudah bikin kamu gak nyaman beberapa hari ini.""Siapa sih yang gak nyaman?" tanyaku membalik pertanyaan."Me

    Last Updated : 2023-10-30
  • TERNYATA SUAMIKU PETANI KAYA RAYA   Menikah dengan saya, Hafsah

    ***"Bapak pasti bercanda ...."Hafsah menggeleng, menolak percaya pada ucapan Biru tentang Nisya. "Andai saja semua yang saya katakan ini memang sebatas candaan, saya tidak mungkin merasa sehancur ini, Haf."Suasana kembali hening. Hafsah bingung ingin memberikan kalimat bijak yang seperti apa sebab meskipun hubungan keduanya terlihat akrab, namun ada dinding pembatas yang tidak ingin Hafsah lewati. Bagaimanapun, Biru adalah atasan di Kantornya. Direktur utama. Putra dari Pemilik Perusahaan besar di Kota ini. "Kalau hanya sekedar berbicara yang tidak benar tentang saya, saya tidak mungkin semarah ini," ucap Biru. "Nisya sudah menghancurkan harapan saya, Haf. Maaf sudah melibatkan kamu."Hafsah hanya mengangguk, tidak tau harus bersikap bagaimana di depan Biru."Ternyata restu orang tua memang sangat berpengaruh," seloroh Ibu seraya terkekeh. "Kamu pernah menjalin hubungan tanpa restu, Haf?""Tidak, Pak," jawab Hafsah jujur."Ah, ya. Sudah terlihat dari wajahmu, kamu sangat jujur."

    Last Updated : 2023-10-30
  • TERNYATA SUAMIKU PETANI KAYA RAYA   Restu Ibu

    ***"Bapak gak tiba-tiba cosplay jadi buaya kan?" sindir Hafsah setengah kesal. Bagaimana tidak, saat asyik-asyiknya makan malam dilamar. Jantungnya tidak aman, sangat tidak aman. "Baru beberapa jam putus dari Bu Nisya, sekarang melamar saya. Bapak mau saya dihujat satu Kantor?"Biru menggeleng dengan lugunya. Pria yang sedang menikmati steak di atas meja itu terus menatap wajah Hafsah yang sedang mengeluarkan kekesalan. "Bercanda Pak Biru gak lucu!" gerutu Hafsah malas. "Saya memang pernah hancur karena cinta, tapi Alhamdulillah sampai sejauh ini saya baik-baik saja kok. Jadi gak usah sok perduli dengan menawarkan hal yang mustahil pada saya, Pak. Gak lucu!""Obrolan kita terlalu kaku, Haf. Perasaan dulu kamu bicara lumayan gamblang, kenapa sekarang jadi “saya, Pak Biru” kamu seperti membuat batasan." Biru menatap Hafsah yang berhenti mengunyah. "Bicara biasa saja, jangan terlalu formal. Kita di luar kantor."Hafsah mengalah, dia mengangguk kemudian membuang muka. Ditatap Biru, tent

    Last Updated : 2023-10-30
  • TERNYATA SUAMIKU PETANI KAYA RAYA   Dua Restu

    ***Hafsah pulang bersama Biru setelah salat isya. Bu Rania cukup terkejut melihat putrinya diantar oleh Biru menggunakan mobil lain. Pertanyaan demi pertanyaan yang Bu Rania lontarkan terkadang mendapatkan jawaban yang sedikit kurang memuaskan. Termasuk tentang mobilnya yang lagi-lagi ditinggal di Kantor sementara Hafsah pulang bersama Biru. Bu Rania tidak puas dengan jawaban Hafsah yang hanya mengatakan, "Mas Biru tadi yang ngajakin bareng, Bu."Sudah, hanya itu saja jawaban Hafsah padahal Bu Rania berharap ada jawaban yang lebih memuaskan rasa ingin tahunya.Sebagai seorang Ibu, tentu lah Bu Rania ingin melihat putrinya bahagia dengan pria yang tepat. Kegagalannya menikah di dua bulan yang lalu membuat Bu Rania sedikit menaruh rasa khawatir, takut jika Hafsah memendam trauma dan memilih melajang seumur hidup. Ya, meskipun Hafsah sendiri tidak pernah mengatakan itu secara gamblang, tapi tetap saja kerisauan seorang Ibu tidak bisa dielak begitu saja. "Kok tiba-tiba ngajakin bareng,

    Last Updated : 2023-10-30
  • TERNYATA SUAMIKU PETANI KAYA RAYA   Menjelang Tamat II

    ***"Aku kalah, Umi. Aku mengaku kalah."Ranti menangis tersedu-sedu di pusara Umi Laila. "Terlalu banyak aku berbuat dosa, aku sadar, Umi," imbuhnya terisak. "Usiaku semakin menua, tapi kebencian untuk Haikal dan Delia rasanya tidak pernah surut. Aku masih saja menyimpan dendam padahal jelas-jelas akulah yang sudah melukai mereka dengan teramat kejam."Ranti mengusap batu nisan yang bertuliskan nama Umi Laila binti Haris. Di atas tanah kuburan, wanita yang kecantikannya tidak tergerus usia itu meluapkan semua penyesalannya. "Andai waktu bisa diulang, aku tidak akan bertindak sebodoh itu, dulu." Ranti mengusap pipinya yang basah. "Aku ingin hidup bahagia bersama Umi dan Abah. Aku ingin menghabiskan sisa usia dengan pernikahan yang langgeng dengan pria pilihan Abah, Umi. Aku menyesal. Aku menyesal sudah menghabiskan separuh hidupku dengan menyemai kebencian. Aku ... sekarang aku seorang diri, aku tidak punya siapa-siapa yang akan menangisi kepergianku nanti."Ranti memeluk batu nisan

    Last Updated : 2023-10-30

Latest chapter

  • TERNYATA SUAMIKU PETANI KAYA RAYA   TAMAT

    ENDING***"Itu bukannya mantan pacar kamu, Sayang?"Hafsah mengikuti arah telunjuk Biru. Benar saja, di meja makan yang terletak di sudut, Azka duduk berhadapan dengan Safina. "Iya. Lagi kencan kali, Mas, sama seperti kita," sahut Hafsah tak acuh."Mau gabung?" tawar Biru dan dibalas gelengan kepala oleh Hafsah. "Tidak perlu memaksakan diri, Mas Biru.""Ya gapapa, Sayang, kita harus menjalin hubungan yang baik dengan mantan. Yuk!"Biru menggandeng tangan Hafsah dan berjalan mendekati meja yang hanya diisi oleh Azka dan Safina. "Hai ...."Azka dan Safina cukup terkejut melihat Hafsah datang bersama seorang lelaki. "Mbak Hafsah," ucap Safina sumringah. "Kapan datang ke Surabaya, kok gak kabar-kabar sih?"Respon Safina yang welcome membuat rasa takut yang sempat Hafsah rasakan memudar perlahan."Tadi niatnya gak mau ganggu acara kencan kamu sama Mas Azka, eh Mas Biru malah ngajakin gabung," ujar Hafsah jujur. "Eh, btw ini Mas Biru. Suamiku."Safina dan Azka saling pandang, "Kok Mbak

  • TERNYATA SUAMIKU PETANI KAYA RAYA   Minta Cucu

    ***Dua bulan berlalu setelah pesta pernikahan yang digelar secara mewah, hari ini Biru dan Hafsah sedang menikmati liburan di Kota Surabaya. Bukan luar negeri yang Hafsah mau, melainkan kota dimana banyak tercipta kenangan indah bersama Ranti dan kedua orang tuanya. Sengaja Biru menyetir mobil sendiri karena tidak mau liburannya yang ditunggu sejak dua bulan yang lalu diganggu oleh orang lain. Perjalanan yang melelahkan terasa menyenangkan karena sepanjang jalan keduanya tidak henti-hentinya melempar candaan. Hafsah membuka snack yang ada di kursi belakang. Sambil terus bercerita tentang masa kecilnya, sesekali tangan Hafsah menyuapi Biru dengan makanan ringan yang ada di tangan. "Mau cari makan dulu gak, Sayang?" Biru bertanya tanpa menoleh. "Nanti sampai hotel biar bisa langsung tidur. Capek sekali, Yang," keluh Biru. "Boleh," jawab Hafsah antusias. "Ini bentar lagi juga nyampe Hotel, Mas. Cari makan yang dekat-dekat sini saja ya."Biru mengangguk patuh. Matanya menatap satu pe

  • TERNYATA SUAMIKU PETANI KAYA RAYA   Ujian Pernikahan

    ***"Jadi dia berhasil menggoda kamu, Mas?"Nisya berada jajaran para staf yang hendak memberi selamat. Di belakangnya, Anina justru tersenyum sinis seraya menatap Hafsah yang hari ini terlihat sangat menawan. Gaunnya mewah, perhiasan yang ia kenakan pun tidak berlebihan namun memberi kesan mahal. "Kamu keluar sendiri, atau aku meminta security menyeret tubuhmu keluar dari gedung ini?"Nisya tertawa sumbang. Di atas pelaminan, beberapa staf berdiri agak jauh sementara tepat di depan Biru dan Hafsah, Nisya bersungut-sungut marah karena tidak terima dengan pernikahan diantara keduanya. "Kamu bilang sulit mencari penggantiku, Mas," tutur Nisya sembari tersenyum sinis. "Tapi ternyata tidak lama setelah kamu memutuskan hubungan kita, pernikahan ini malah digelar."Rahang Biru mengeras. "Aku tidak akan melepaskan kamu jika acara pernikahan ini sampai ricuh, Nisya!"Nisya bertepuk tangan, "Wow. Secinta itukah kamu pada wanita ini? Apa yang sudah dia berikan sebelum kalian menikah? Keperawa

  • TERNYATA SUAMIKU PETANI KAYA RAYA   Setelah sah

    ***"Apa?" tanya Biru tanpa berniat menjauhkan bibirnya dari bibir Hafsah. "Mas, ih!" Hafsah mendorong tubuh Biru dengan kesal. "Aku mau mandi, gerah!""Sayang!" Panggil Biru membuat langkah kaki Hafsah terhenti. "Apa?" tanya Hafsah ketus. "Bareng," ucap Biru merengek manja. Hafsah mencebik sebelum akhirnya berlari memasuki kamar mandi sampai-sampai lupa membawa baju ganti. Biru yang menyadari itu seketika tersenyum licik. Bisa dipastikan setelah ini Hafsah keluar hanya mengenakan bathrobe dan membayangkan hal itu saja sudah membuat kepalanya pusing. "Mas!" teriak Hafsah dari dalam kamar mandi. Biru berdiri di depan pintu, kemudian menyahut, "Kenapa, Sayang?""Mas, aku lupa bawa baju ganti ....""Aku tidur dulu ya, lelah sekali," sela Biru berdusta. "Ah, begitu ya. Ya sudah, nanti aku ambil sendiri, Mas tidur saja yang lelap."Biru tidak menjawab, pria itu justru menyandarkan tubuhnya di atas ranjang sambil memeriksa laporan kerja dari laptop yang sengaja ia bawa. Pintu kamar m

  • TERNYATA SUAMIKU PETANI KAYA RAYA   Menjelang Tamat III

    ***Biru menuntun bahu Hafsah dan membawanya lebih dekat pada gundukan tanah yang masih basah. "Hapus air matamu jika tidak ingin Bunda sedih di dalam sana, Haf."Wajah Biru menegang, namun ketika Hafsah menggamit jemarinya, CEO muda itu perlahan menghela napas panjang. "Dia Mas Azka, Mas," ucap Hafsah memperkenalkan. Biru hanya mengangguk seraya tersenyum, kemudian kembali menuntun Hafsah mendekati makam yang baru saja memiliki penghuni itu. Para pelayat beberapa di antaranya memilih pulang setelah jenazah Ranti dikebumikan, namun beberapa yang lain masih berada di sana, sedikit banyak membantu merapikan makam yang baru saja ditabur bunga beraroma wangi. "Aku pamit ya, Haf. Semoga Bunda khusnul khatimah.""Aamiin, terima kasih banyak, Mas," sahut Azka. Azka mengangguk ragu, kemudian berkata, "Mari, Mas!"Biru tidak menjawab namun kepalanya mengangguk di depan Azka. "Semoga semua amal ibadah Bunda diterima Allah," ucap Hafsah nyaris tidak bersuara. "Doakan yang baik-baik untuk a

  • TERNYATA SUAMIKU PETANI KAYA RAYA   Kehilangan

    ***"Bunda ...." Hafsah berteriak histeris sementara Biru segera menekan tombol yang ada di samping ranjang Ranti. "Bangun, Bun!" Hafsah mengguncang tubuh Ranti berharap wanita yang sudah ia anggap sebagai Ibu kedua itu mau membuka mata. "Tidak, Bun. Ini gak lucu!" teriak Hafsah. Biru menarik tubuh Hafsah dan memberi kesempatan para tenaga medis untuk memeriksa keadaan wanita paruh baya di atas ranjang itu. "Buka mata Bunda. Bunda berjanji mau lihat aku menikah dengan Pak Biru. Bangun, Bunda Ranti. Bangun!" Hafsah berteriak tanpa perduli apakah akan ada yang terganggu dengan suaranya. "Haf, tenang ....""Tidak, Mas. Bunda udah gak napas, aku tidak merasakan hangat napasnya. Bunda ... Bunda bohong padaku! Bunda pembohong!" Suara Hafsah terdengar pilu. "Bunda masih hidup kan, Sus? Aku yang bodoh ini pasti salah mengira ....""Innalilahi wa inna ilaihi raji'un ...."Dua orang suster mengucap kalimat istirja membuat dunia Hafsah yang baru saja berwarna kembali kelabu. Tidak lama, seora

  • TERNYATA SUAMIKU PETANI KAYA RAYA   Kepergian Ranti

    ***pov RantiHatiku terenyuh melihat Hafsah datang bersama calon suaminya. Ya, meskipun Hafsah belum mengatakan tentang lamaran yang dia terima, tapi aku yakin Hafsah sudah memantapkan diri untuk memulai kehidupan yang baru dengan pria bernama Biru itu. Aku lega, setidaknya setelah luka yang aku tanam di hatinya, gadis cantik itu pada akhirnya bisa bangkit lagi. Tidak mudah memang melupakan Azka, pesona anak dan Bapak itu memang teramat kuat, bahkan sampai detik ini Hafsah tidak tau jika nama Mas Haikal masih menjadi penghuni di hatiku. Bohong jika aku tidak bahagia dengan kehadiran Hafsah. Gadis cantik yang dulu sering tidur dalam pangkuanku itu ternyata masih menghormati aku sebagai Ibu asuhnya. Meskipun tidak bisa dipungkiri jika aku adalah dalang dari pisahnya dia dengan kedua orang tuanya. Aku bersyukur karena Hafsah tidak lagi mempermasalahkan itu. Aku bahagia. Terharu dengan ketulusan Hafsah padaku.Tolong tunggu sebentar, Bah, aku sudah berjanji akan menemaninya sampai ia m

  • TERNYATA SUAMIKU PETANI KAYA RAYA   Kabar Pernikahan

    ***Dokter memeriksa keadaan Ranti yang sudah mulai membaik. Tidak ada penyakit serius, hanya saja wanita yang hidup sebatang kara itu diharuskan istirahat total karena tubuhnya yang kehilangan banyak cairan. "Setelah infusnya habis, pasien sudah boleh pulang.""Terima kasih, Dokter."Hafsah menghela napas lega, setidaknya Ranti tidak harus menginap lebih lama di Rumah Sakit. Dokter yang baru saja memeriksa Ranti keluar dari ruangan. Biru meminta ruangan VIP untuk Bunda dari calon istrinya. Hanya sehari semalam, namun Hafsah tahu seberapa besar tarif biaya di Rumah Sakit Unair. Cukup mahal memang. Ranti mengusap pipi Hafsah seperti seorang Ibu yang sudah lama tidak bertemu dengan putrinya. Kini Ranti mengerti bagaimana perasaan Bu Rania ketika Hafsah ia culik, dulu. Tidak salah jika banyak orang mengatakan jika Bu Rania hampir gila, karena sehancur itu memang kehilangan orang yang dicintai. "Dia siapa?" tanya Ranti sambil menunjuk Biru yang masih terlelap di atas sofa. "Mas Biru,

  • TERNYATA SUAMIKU PETANI KAYA RAYA   Makam

    ***Biru segera berlari karena teriakan Hafsah dari dalam makam. Bukan hanya itu, pengemudi yang semula dijanjikan akan dibayar sesuai kemauannya pun ikut turun dan melihat seorang wanita paruh baya tergeletak di atas tanah."Mas, Bunda ...." Hafsah menangis histeris. Wajah Ranti sangat pucat, tubuhnya yang semula mengeluarkan keringat dingin kini berubah panas. Dia demam. "Biar aku gendong, tolong buka pintu mobilnya," pintu Biru yang dibalas anggukan kepala oleh Hafsah. Belum sempat Hafsah berlari, pengemudi Gr*b lebih dulu melaksanakan perintah Biru untuk membuka pintu mobil dan bersiap duduk di belakang kemudi. Biru setengah berlari sembari membopong tubuh Ranti yang tidak terasa berat sama sekali. Ranti kehilangan banyak berat badannya, apalagi sejak Hafsah memutuskan pindah ke Jakarta, tubuhnya kian mengurus. Hafsah menangis, namun kali ini tidak bersuara, dia khawatir semakin membuat Biru panik apalagi ketika melihat prianya itu sedikit ngos-ngosan untuk menuju mobil yang te

DMCA.com Protection Status