Orang mungkin berpikir, Clara Selviana sangatlah beruntung karena menjadi pacar sekaligus calon istri dari Benny Diantoro, aktor film berusia 28 tahun yang sangat terkenal. Boleh dibilang, Benny adalah selebriti papan atas. Kariernya mulai meroket semenjak ia bermain film genre romatis komedi dua tahun lalu. Ya, sejak saat itu ia mulai naik daun. Sebagian besar kaum hawa menyukainya, dari remaja hingga dewasa.
Selain itu, image Benny sangatlah bagus. Benny juga tidak pernah terlibat skandal atau gosip miring. Pokoknya, semua hal yang baik-baik selalu melekat padanya. Tidak heran kalau orang-orang menganggap betapa beruntungnya Clara menjadi calon istri Benny. Padahal sebenarnya Clara sudah lebih dulu mengenal Benny jauh sebelum pria itu terkenal.
Bagi Clara, menjadi kekasih Benny tidak sepenuhnya mudah. Terlepas dari para fans yang mendukung kisah cinta mereka, ternyata di luar sana cukup banyak yang menilai Clara tidak pantas bersanding bersama Benny.
Tak jarang Clara mendapatkan direct message atau komentar buruk di akun I*******m-nya. Awalnya mungkin terasa menjengkelkan, tapi lama kelamaan Clara mulai terbiasa dan masa bodoh terhadap hal itu. Terserah orang mau berkata apa, yang penting hubungannya dengan Benny baik-baik saja.
Hal itu jugalah yang membuat tahun lalu Benny terpaksa membuat pengumuman putusnya mereka berdua. Ya, tentu saja itu adalah putus palsu karena nyatanya sampai hari ini mereka masih berpacaran. Pengumuman putus itu demi menghentikan komentar-komentar buruk pada media sosial Clara, dan Clara setuju dengan apa yang Benny lakukan. Bukankah itu untuk kebaikan mereka berdua? Jadi, biarlah semua orang menganggap mereka telah putus. Bahkan, tak jarang Benny digosipkan menjalin hubungan dengan sesama selebritas.
Saat ini Clara membawa dua paperbag besar di tangan kanan dan kirinya. Ia akan menyiapkan kejutan sederhana untuk ulang tahun Benny yang akan dirayakan berdua besok. Hanya berdua. Seperti tahun-tahun sebelumnya, Clara dan Benny sepakat merayakan di apartemen mereka. Selain karena lebih terjaga privasinya dibandingkan restoran atau tempat lain, mereka juga sudah lama tidak makan malam di apartemen sederhana yang mereka beli bersama-sama dulu saat Benny belum terkenal. Boleh dibilang, apartemen itu bagaikan tempat persembunyian Clara dan Benny karena mereka berdua tidak boleh terlihat bersama.
Apartemen itu, mereka dulu membelinya secara patungan dengan uang masing-masing. Meskipun tempatnya tidak terlalu mewah, tapi bagi mereka sangat cukup untuk berdua. Dulu juga mereka sama-sama berjanji jika sudah menikah nanti, mereka akan tinggal di situ. Dulu, mereka sempat berada di masa-masa tersulit, susah dan senang bersama hingga sekarang Benny sudah sangat kaya.
Selama beberapa saat, Clara menekan kode keamanan pintu masuk dan salah. Padahal Clara yakin ia sudah menekan angka yang benar. Clara pun mencoba lagi dan rupanya tetap salah. Mungkinkah Benny sudah mengganti password-nya? Jika iya, gagal sudah rencana Clara. Apalagi ia tidak memegang kunci daruratnya.
Untuk berjaga-jaga, Clara mencoba menekan tanggal jadiannya dengan Benny, tetap salah. Lalu tanggal lahirnya, masih salah. Setelah itu, ia mencoba dengan tanggal lahir Benny. Benar, rupanya Benny mengganti dengan tanggal lahir pria itu. Clara berjanji akan menanyakannya, kenapa Benny mengganti kode masuk tapi tidak bilang-bilang padanya.
Dengan penuh semangat, Clara pun masuk. Perasaannya mendadak jadi tidak enak saat melihat sepatu pria dan sepatu wanita berada di dekat pintu masuk. Tidak mungkin, kan, kalau Benny meminjamkan apartemen ini ke orang lain?
Clara masih berusaha berpikir positif, tidak mungkin sepatu itu milik Benny dan sekarang pria itu sedang bersama wanita di dalam. Ya, tidak mungkin! Clara terus menyangkalnya. Ia memang sudah sangat jarang bertemu dan komunikasi dengan Benny, tapi itu bukanlah alasan untuk mencurigai kalau Benny berselingkuh, kan?
Ketakutan Clara semakin terpampang saat ia melangkah semakin ke dalam. Kemeja, celana dan rok berserakan di lantai. Perasaan Clara mulai tak menentu saat menyadari kemeja itu adalah milik Benny.
Bukti terlalu nyata untuk disangkal. Tujuh tahun hubungannya bagai di ujung tanduk. Clara tak henti-hentinya memikirkan segala kemungkinan terburuk. Paperbag yang ada di tangannya pun sudah ia letakkan sembarang.
Pelan-pelan, Clara terus berjalan mendekati pintu kamar yang terbuka setengah. Ia masih tak berani untuk melihat langsung sehingga lebih memilih mendengarkan sejenak. Ia akhirnya berdiri di samping pintu kamar dan bersandar pada dinding.
"Ben ... kamu udah mengganti password-nya, kan?" Suara seorang wanita membuat Clara memejamkan mata sambil menyandarkan punggung ke dinding. Suaranya sangat jelas.
"Aku sudah menggantinya sebulan lalu, Sayang. Kenapa kamu terus-terusan bertanya hal ini?"
"Maksudku, kamu harus menggantinya lagi, Ben. Tanggal lahir terlalu mudah, bagaimana kalau dia bisa menebaknya? Siapa yang tahu kalau dia tiba-tiba datang dan memasukkan angka secara random."
"Ariana...."
Wait ... Ariana? Clara benar-benar tidak menyangka.
"Aku hanya takut pacar bodohmu tiba-tiba datang, Ben."
"Tidak mungkin, Sayang. Kita bahkan nyaris setiap Minggu di sini ... lalu, apa Clara datang? Tidak, bukan?" balas Benny. "Aku rasa Clara tidak pernah ke sini mengingat dia tidak pernah membahas tentang password."
"Sudahlah, untuk apa membahasnya padahal kita sudah sama-sama telanjang? Ah, aku sangat merindukan sentuhanmu, Ben."
"Kamu yang duluan membahasnya, Sayang," balas Benny.
Setelah itu, terdengar mereka tidak berbicara lagi. Namun, Clara bisa mendengar suara ciuman dan desahan. Hati Clara hancur, ia ingin menangis. Ia tidak menyangka tujuh tahun hubungannya dengan Benny akan berakhir seperti ini.
Saat desahan itu semakin menjadi-jadi, Clara yang semakin jijik mulai mengeluarkan ponselnya di tas kecil yang dibawanya. Dengan tangan gemetar dan penuh keraguan, ia membuka fitur rekam video, lalu mengarahkannya ke arah kamar. Tentunya sangat pelan dan hati-hati, jangan sampai mereka yang sedang fokus bercumbu mendengarnya.
Bahkan, selama beberapa menit Clara masih gemetar. Setelah memastikan foto dan videonya tersimpan. Clara kemudian bergegas pergi.
Sebelum benar-benar keluar dari tempat itu, Clara mengambil pigura besar di ruang tamu. Pigura yang di dalamnya terdapat foto dirinya dengan Benny, tampak sangat bahagia. Sayang kini semuanya hancur dan tidak akan bisa diperbaiki lagi.
Clara tidak masalah tentang statusnya dengan Benny yang pura-pura putus di hadapan media, ia juga tidak mempermasalahkan selama ini Benny selalu sibuk, hanya memiliki sedikit waktu untuknya, kencan yang selalu sembunyi-sembunyi, tidak bisa pergi ke tempat umum bersama secara terang-terangan ... sungguh, Clara tidak masalah. Namun, ia tidak memberikan toleransi terhadap perselingkuhan.
Tanpa ragu, Clara membanting pigura itu hingga terdengar bunyi nyaring. Pecahannya pun langsung tercecer di lantai. Detik berikutnya, Clara langsung pergi sebelum Benny dan selingkuhannya keluar kamar.
Setelah percintaan panas dan penuh gairah yang Benny lakukan bersama Ariana di siang hari ini tuntas, mereka yang kelelahan tidur telentang untuk sejenak beristiahat. Baru saja hendak memejamkan mata, mereka sama-sama terkejut saat mendengar bunyi benda jatuh. Benny langsung bangun dan mencari boxer-nya. Sedangkan Ariana memilih tidak peduli karena rasa lelah seakan memaksanya untuk memejamkan mata."Aku rasa tikus jatuhin sesuatu, Ben." Suara Ariana terdengar melemah.Sementara Benny yang masih telanjang dada, tapi sudah memakai boxer berkata, "Biar aku cek sebentar." Tak bisa dimungkiri, perasannya jadi tidak enak.Saat melihat pigura sudah pecah, Benny menyadari sesuatu. Ya, piguranya tidak mungkin seperti itu jika tidak ada yang membantingnya. Kalau sekadar jatuh tidak mungkin sampai berjarak sejauh itu. Benny hafal betul posisi awal piguranya di mana. Ini jelas dibanting.Kebenaran dugaannya semakin kuat saat melihat ada dua paperbag tergeletak di lantai. Tanpa ragu, ia langsung
Revano William, dengan tampan dan gagahnya duduk di kursi kebesarannya sambil memeriksa berkas yang berisi data-data calon artis di William Entertainment, perusahaan agensi hiburan yang selama lima tahun ini dipimpinnya. Revan adalah Founder tunggal sekaligus CEO, ia membangun WE (Dabelyu I) dari nol hingga bisa menjadi besar seperti sekarang.Di usianya yang tahun ini genap 32 tahun, ia belum menikah. Namun, ia memiliki pacar yaitu Ariana Fransisca, yang juga merupakan artis di bawah naungannya. Demi popularitas Ariana, ia sepakat menjalani hubungan sembunyi-sembunyi dari media dan semua orang, terlebih karier Ariana sedang menanjak di usianya yang sekarang menginjak 24 tahun sehingga hanya orang-orang tertentu saja yang tahu tentang hubungan mereka. Usia mereka terpaut 8 tahun memang, tapi Revan tidak peduli karena yang terpenting dirinya dan Ariana saling menyanyangi.Hubungannya dengan Ariana memang baru berjalan setahun, tapi Revan benar-benar serius pada wanita itu. Ia akan meni
Kata orang, godaan pria adalah ... saat ia sedang memiliki segalanya. Namun, sampai detik ini Clara masih tidak habis pikir, bisa-bisanya Benny tergoda untuk berselingkuh dan mengkhianatinya. Baik, Benny memang sudah sangat sukses, terkenal bahkan kaya raya. Hanya saja, Clara cukup terkejut terhadap apa yang Benny lakukan dengan selingkuhannya.Clara memang mencintai Benny, sangat. Terlebih hubungan mereka tidak bisa dibilang sebentar. Ya, tujuh tahun ia habiskan dengan sia-sia kalau ternyata berakhir seperti ini.Selama berhubungan dengan Benny, Clara bahkan rela membujuk orangtuanya agar tidak terus-terusan menyuruhnya menikah. Ia memberi pengertian pada keluarganya bahwa untuk sekarang, karier Benny lebih penting daripada menjalani rumah tangga bersamanya. Sayangnya, jadi begini balasan Benny?Clara memang sempat menangis, tapi hanya sebentar. Sekarang hanya tersisa kebencian, rasa kecewa, sakit hati dan dendam. Clara merasa Benny seakan menggali lubang kuburannya sendiri karena co
Tangan Revan mengepal, ia memukul meja kerjanya dengan penuh emosi. Sungguh, ia tidak menyangka Clara akan sangat berani dan lancang seperti itu. Ia jadi mulai berpikir, sebenarnya apa yang wanita itu miliki sampai-sampai tidak kenal rasa takut?Sambil menunggu Angga kembali, Revan memerintahkan salah satu anak buahnya untuk mencari tahu semua tentang Clara. Setelah anak buahnya undur diri, bersamaan dengan itu Ariana masuk ke ruangannya. Rasa kesal yang semula dirasakannya perlahan menghilang saat melihat senyuman manis Ariana. Wanita yang sangat Revan sayangi.Ariana memastikan pintu ruangan Revan benar-benar terkunci, setelah itu ia langsung duduk di pangkuan pria itu, membuat paha mulusnya langsung terekspos karena rok yang dikenakannya sangat pendek."Sayang, aku tadi sempat menelepon Rima. Katanya, kamu sedang tidur nyenyak," ucap Revan seraya memeluk Ariana dari belakang."Itu tadi, tapi sekarang aku sudah bangun dan langsung ke sini untuk menemui Mas Revanku tersayang." Jika s
Clara melempar ponselnya ke samping bantal. Ia sangat menyayangkan cuti tahunan yang sudah berusaha ia hemat demi seminggu bersama Benny mubazir sudah. Padahal awalnya ia membayangkan setiap malam akan memasakkan makanan spesial untuk Benny tak peduli kalau pria itu pulang tengah malam sekalipun. Terlebih besok hari ulang tahun Benny. Ah sial, semuanya hancur.Clara juga sudah me-list alternatif lain, tapi sama sekali tidak menemukan orang yang pas untuk menghabiskan waktu bersamanya. Semua teman-temannya sibuk bekerja dan memiliki jadwal sendiri. Sepertinya ia hanya akan di rumah saja, makan dan tidur seperti zombi.Clara menarik selimutnya, bersiap untuk tidur. Namun, suara bel bergantian dengan suara ketukan pintu pagar membuatnya terduduk. Diliriknya jam dinding di kamar yang kini menunjukkan pukul sebelas malam. Orang gila mana yang bertamu jam segini? Pikirnya.Ah, tiba-tiba terbesit dalam benak Clara, mungkinkah itu Benny? Setelah kejadian tadi siang, pria itu memang sama sekal
Suara desahan penuh gairah bersahutan seakan memenuhi kamar yang kini ditempati oleh Benny dan Ariana. Kamar tempat biasa mereka melakukan aktivitas seks tanpa takut ketahuan. Sebenarnya kemarin mereka sempat ketahuan oleh Clara.Meskipun sampai detik ini Benny masih khawatir dengan ancaman Clara, tapi Ariana berhasil mengalihkan segalanya. Apalagi Ariana menjamin kalau Revan pasti bisa membereskan ini semua, sehingga Benny bisa agak tenang. Mereka juga sudah mengganti password sehingga seratus persen yakin kalau Clara tidak mungkin bisa masuk lagi.Keduanya masih sama-sama telanjang, dan tubuh mereka masih menyatu dengan Benny yang berada di atas tubuh telanjang Ariana. Benny lalu mempercepat gerakan yang semula perlahan. Ariana yang semakin terpacu gairahnya, seakan meminta Benny lebih cepat lagi. Sampai pada akhirnya wanita itu berhasil mencapai puncaknya, kemudian Benny menyusulnya."Sarapan pagi yang nikmat," bisik Ariana seraya tertidur menyamping menghadap Benny yang tampak kel
Tangan dan kaki Revan sudah terbebas dari syal yang sempat terikat kuat. Sekarang Revan dan Clara sudah duduk berhadapan di sofa yang saling berseberangan. Ada meja bundar yang menjadi jarak antara mereka. Di meja itu terdapat dua gelas minuman yang sebelumnya disiapkan oleh Clara."Tentang bukti yang aku punya ... aku nggak mau kasih lihat sekarang."Revan lalu berusaha tenang dan bertanya, "Kenapa?""Kamu bisa lihat sendiri nanti kalau aku udah share. Aku yakin bakal merajai pencarian utama dan dibahas semua media," jawab Clara penuh keyakinan. "Lagian nggak ada untungnya juga ngasih lihat."Sudah Revan duga, Clara pasti tetap teguh pada pendiriannya."Jadi, apa maumu sekarang?" tanya Revan to the point."Keinginanku sederhana, aku mau karier Ben berantakan."Revan mengernyit. "Itu menurut kamu sederhana?""Ya, aku cuma mau dia menyesal udah berani selingkuh. Padahal, kalau dia udah bosan atau hubungan kami nggak bisa dilanjutkan lagi ... seharusnya dia putusin aku secara baik-baik,
"Maaf, Bos ... kenapa tiba-tiba ada di rumah Clara?" tanya Angga setelah mobil yang dikemudikannya mulai berjalan meninggalkan area tempat tinggal Clara. Sungguh, ia kira bosnya itu pulang ke rumah yang mereka tinggali, terlebih ia tidak mengecek lagi apakah Revan sudah benar-benar sampai di rumah atau belum."Aku rasa karena alamat yang kamu berikan kemarin sore, sopir taksi membawaku ke sana. Atau mungkin secara tidak sadar aku yang memintanya. Entahlah, aku juga nggak terlalu ingat.""Padahal saya sudah meminta sopir taksi itu—""Bukan masalah. Aku rasa ini kesalahanku yang mabuk berat," potong Revan. "Hmm, tapi Ariana nggak tahu hal ini, kan? Dia memang nggak kenal siapa Clara, tapi dia pasti makin marah kalau tahu aku bermalam di rumah wanita lain. Aku mabuk aja udah bikin dia marah, apalagi kalau tahu hal ini. Bisa-bisa semakin ngamuk. Ditambah dia lagi datang bulan.""Saya rasa dia nggak tahu, Bos."Revan mengembuskan napas lega. Ia hanya tidak ingin wanita yang dicintainya sal