Di sela-sela pesta, Revan memasuki sebuah kamar hotel. Ia masuk duluan dan Ariana akan menyusulnya beberapa menit kemudian. Mereka memang sengaja masuk secara terpisah untuk menghindari orang-orang mengetahui hal ini.Sekitar setengah jam menunggu, akhirnya Ariana masuk. Revan langsung menyambutnya dengan senyuman penuh kerinduan. Sedangkan Ariana segera menghampiri pria yang kini duduk santai bersama ponselnya di sofa dekat jendela."Maaf membuatmu menunggu lama, Mas."Setelah Ariana duduk di sampingnya, Revan secepatnya meletakkan ponselnya di meja. Ia kemudian merangkul Ariana. "Aku yang seharusnya minta maaf. Maaf untuk kejadian kemarin malam ya, Sayang. Aku benar-benar merasa bersalah. Aku tadinya mau ke rumahmu pagi-pagi sekali, tapi—""Sejujurnya aku ingin marah, terlebih tamu bulanan membuatku mudah mengeluarkan tanduk. Tapi ... aku ingat seminggu lagi aku berangkat dan kita akan LDR selama kurang lebih tiga Minggu. Bukankah terlalu membuang-buang waktu untuk merajuk?" ucap Ar
Ariana berbohong. Tadi ia bilang pada Revan akan langsung pulang dengan diantar oleh manajernya. Namun nyatanya, saat ini ia berada di tempat biasa bersama Benny. Ia bahkan sempat membuat Rima mabuk sehingga manajernya itu tidak perlu mengantarnya. Malah sebaliknya, ia yang menyetir untuk mengantar Rima pulang kemudian lanjut naik taksi ke apartemen Benny."Syukurlah aku tenang sekarang. Revan benar-benar bilang semua bakalan teratasi, kan?""Iya, Ben. Sekarang waktunya move-on dari wanita sialan itu," balas Ariana."Aku nggak nyangka, Clara yang bantu aku sampai berada di titik ini ... tapi dia juga yang mengancam mau menghancurkannya."Ariana berjalan ke arah sofa yang Benny duduki, lalu ikut duduk di sampingnya. "Keterlaluan, kan? Hanya karena diselingkuhi doang sampai segitunya. Menghancurkan karier? Dasar wanita nggak tahu diri!"Sejujurnya Benny juga merasa bersalah. Walau bagaimanapun Clara sudah mewarnai harinya selama bertahun-tahun. Namun, saat nasi sudah menjadi bubur seper
Setelah cuti selama satu Minggu. Kini tiba saatnya Clara kembali bekerja. Ia sudah membayangkan beberapa pekerjaannya yang tertunda akan menumpuk di meja. Itu sebabnya di Senin yang pasti sangat sibuk ini, Clara memutuskan berangkat lebih awal.Clara terkejut sekaligus bingung saat memasuki ruang kerjanya. Bagaimana tidak, mejanya tampak bersih. Semua barang-barangnya sudah rapi disimpan dalam satu kotak. Sayangnya beberapa rekan kerja yang juga menempati ruangan ini belum ada yang datang sehingga tidak ada yang bisa ia tanyai tentang hal ini.Clara tidak habis pikir, padahal ia cuti hanya seminggu saja, tapi keadaan sudah berubah drastis seperti ini. Sebenarnya ada apa? Sungguh, ia kebingungan sekarang.Beberapa saat kemudian, salah satu rekan kerjanya masuk. Rahma, dengan tatapan bingung meletakkan tas tangannya di meja kerjanya, tepat di samping meja Clara. Ia juga sama bingungnya dengan Clara saat melihat barang-barang Clara sudah dikemas rapi."Mau ke mana, Cla?""Aku yang harusn
'Jagalah musuhmu agar selalu tetap berada dalam jangkauan'. Ya, itulah yang Revan lakukan sekarang. Ia melakukan hal yang mungkin menurut orang licik dan terkesan gila. Namun, ini ia lakukan demi melindungi WE dan aktornya. Revan berhasil membawa Clara masuk ke dalam perangkapnya dan bisa dipastikan wanita itu tidak akan berani macam-macam lagi.Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi jika saja Clara mau bersepakat dengannya. Namun, karena wanita itu sulit diatur, Revan tidak memiliki pilihan selain mencari cara agar bisa mengendalikan wanita itu. Ia yakin, Clara menyesal setengah mati sudah berurusan dengannya.Sambil duduk di sofa bersama secangkir kopi yang tersisa setengah, Revan menatap Clara yang masih memejamkan matanya. Ya, Clara masih tertidur menyamping ke arah matahari terbit. Sepertinya sebentar lagi wanita itu akan bangun, pikir Revan.Benar saja, matahari pagi menerobos masuk pada dinding kaca yang tirainya sudah dibuka. Sinarnya menerpa tepat di wajah Clara yang masih mem
Setelah berpakaian lengkap, Clara duduk di depan meja rias. Sejujurnya ia sedikit merasa janggal dengan meja rias itu, kenapa terdapat kosmetik dan produk-produk kecantikan lainnya? Sebenarnya ini kamar siapa?Hal yang membuat ini lebih janggal adalah ... produk-produk kecantikan di meja itu, sebagian besar merupakan merek yang biasa Clara gunakan. Apa ini hanya kebetulan?Clara melihat ke luar melalui dinding kaca. Detik itu juga ia menyadari sedang berada di lantai atas. Sungguh, kepalanya terasa ingin pecah memikirkan hal buruk yang terjadi padanya. Mungkinkah ia benar-benar bercinta dengan Revan semalam? Tapi kenapa ia tidak ingat apa pun?Ingatan Clara hanya berakhir di restoran, ia sama sekali tidak merasa 'menikmati' seperti yang Revan katakan. Lagi pula, bukankah katanya jika berhubungan badan untuk pertama kalinya itu terasa sakit? Lalu bagamana ceritanya Clara merasa biasa saja? Ya, saat melangkah pun Clara merasa tidak ada perubahan apa-apa pada cara berjalannya.Sial, Clar
Clara awalnya hanya menatap makanan di meja makan, tidak berniat sedikit pun untuk menyantapnya. Ia melakukan itu bukan tanpa alasan. Ya, wanita itu hanya teringat kejadian kemarin, Clara yakin sekali kalau Revan mencampurkan sesuatu ke dalam minumannya. Sekarang, mungkinkah pria itu juga menambahkan sesuatu ke makanan di hadapannya?Setelah setengah jam lebih memandangi makanan itu, Clara kemudian mencobanya satu sendok saja. Ya, itu awalnya karena setelah itu suapannya ia lakukan terus-menerus. Tak bisa dimungkiri, ia kalah oleh rasa lapar. Bagaimana tidak, ia tidak sarapan dan sekarang sudah siang. Sangat wajar jika perutnya keroncongan. Selain itu, Clara merasa makanannya aman. Buktinya setelah beberapa menit makan, ia tidak merasakan keanehan. Tubuhnya masih baik-baik saja.Selesai mencuci piring peralatan bekas makannya, Clara kembali ke kamar. Sejujurnya tempat ini cukup nyaman, tapi tetap saja Clara lebih memilih tinggal di rumahnya. Sayangnya ia kembali teringat tentang ancam
Tadi pagi, setelah mengetahui fakta bahwa wanita yang menjadi selingkuhan Benny adalah Ariana, selama beberapa saat Revan masih berusaha menyangkal. Namun, bukti terlalu nyata untuk dibantah. Sampai akhirnya Revan langsung meninggalkan Clara begitu saja.Di kamarnya, Revan benar-benar emosi, tangannya mengepal kuat. Rasanya ingin sekali menghajar Benny hingga pria itu babak belur. Bisa-bisanya Benny dengan tanpa merasa berdosa selingkuh dengan Ariana. Pantas saja belakangan ini Ariana seperti menghindar, jadi ini alasannya? Mereka benar-benar tidak tahu terima kasih. Bahkan, Revan mati-matian menyelamatkan karier Benny."Kurang ajar!" teriaknya.Jika saja ponselnya tidak berdering, Revan pasti sudah membuat kamarnya menjadi seperti kapal pecah. Rupanya sang Mama menelepon dan mengatakan 'sesuatu yang mengejutkan'. Sesuatu yang membuat Revan merasa seperti terjebak dalam perangkapnya sendiri. Sampai pada akhirnya, mau tidak mau Revan secepatnya pergi ke rumah orangtuanya.Sepulang dari
"Batalkan kontrak sialan itu," ucap Clara seraya berdiri memasuki area lapangan dan mulai mendribel bola mendekati ring.Ya, Revan memang seharusnya tidak memiliki alasan lagi untuk menahan Clara di sini. Hanya saja, sepertinya fakta tidak mengatakan demikian. Karena bukan hanya Clara yang berhasil masuk perangkap Revan, melainkan Revan juga sudah masuk perangkap yang dibuatnya sendiri sejak hari ini.Saat Clara berhasil memasukan bola ke dalam ring, Revan sedang menenggak habis minuman yang Clara bawa tadi. Pria itu memang haus setelah bermain cukup lama.Setelah kembali meletakkan botol yang sudah kosong itu, Revan langsung menghampiri Clara. Ia bersiap merebut bola dari wanita itu, hanya saja sepertinya Clara tahu cara bermain yang benar.Tanpa direncanakan, mereka kini larut dalam permainan yang seimbang. Terkadang Clara yang menguasai bola, lalu berhasil direbut oleh Revan. Begitu juga sebaliknya. Untungnya rambut Clara yang panjangnya sebahu sudah dalam posisi terikat sejak tadi