"Maaf, Bos ... kenapa tiba-tiba ada di rumah Clara?" tanya Angga setelah mobil yang dikemudikannya mulai berjalan meninggalkan area tempat tinggal Clara. Sungguh, ia kira bosnya itu pulang ke rumah yang mereka tinggali, terlebih ia tidak mengecek lagi apakah Revan sudah benar-benar sampai di rumah atau belum."Aku rasa karena alamat yang kamu berikan kemarin sore, sopir taksi membawaku ke sana. Atau mungkin secara tidak sadar aku yang memintanya. Entahlah, aku juga nggak terlalu ingat.""Padahal saya sudah meminta sopir taksi itu—""Bukan masalah. Aku rasa ini kesalahanku yang mabuk berat," potong Revan. "Hmm, tapi Ariana nggak tahu hal ini, kan? Dia memang nggak kenal siapa Clara, tapi dia pasti makin marah kalau tahu aku bermalam di rumah wanita lain. Aku mabuk aja udah bikin dia marah, apalagi kalau tahu hal ini. Bisa-bisa semakin ngamuk. Ditambah dia lagi datang bulan.""Saya rasa dia nggak tahu, Bos."Revan mengembuskan napas lega. Ia hanya tidak ingin wanita yang dicintainya sal
Di sela-sela pesta, Revan memasuki sebuah kamar hotel. Ia masuk duluan dan Ariana akan menyusulnya beberapa menit kemudian. Mereka memang sengaja masuk secara terpisah untuk menghindari orang-orang mengetahui hal ini.Sekitar setengah jam menunggu, akhirnya Ariana masuk. Revan langsung menyambutnya dengan senyuman penuh kerinduan. Sedangkan Ariana segera menghampiri pria yang kini duduk santai bersama ponselnya di sofa dekat jendela."Maaf membuatmu menunggu lama, Mas."Setelah Ariana duduk di sampingnya, Revan secepatnya meletakkan ponselnya di meja. Ia kemudian merangkul Ariana. "Aku yang seharusnya minta maaf. Maaf untuk kejadian kemarin malam ya, Sayang. Aku benar-benar merasa bersalah. Aku tadinya mau ke rumahmu pagi-pagi sekali, tapi—""Sejujurnya aku ingin marah, terlebih tamu bulanan membuatku mudah mengeluarkan tanduk. Tapi ... aku ingat seminggu lagi aku berangkat dan kita akan LDR selama kurang lebih tiga Minggu. Bukankah terlalu membuang-buang waktu untuk merajuk?" ucap Ar
Ariana berbohong. Tadi ia bilang pada Revan akan langsung pulang dengan diantar oleh manajernya. Namun nyatanya, saat ini ia berada di tempat biasa bersama Benny. Ia bahkan sempat membuat Rima mabuk sehingga manajernya itu tidak perlu mengantarnya. Malah sebaliknya, ia yang menyetir untuk mengantar Rima pulang kemudian lanjut naik taksi ke apartemen Benny."Syukurlah aku tenang sekarang. Revan benar-benar bilang semua bakalan teratasi, kan?""Iya, Ben. Sekarang waktunya move-on dari wanita sialan itu," balas Ariana."Aku nggak nyangka, Clara yang bantu aku sampai berada di titik ini ... tapi dia juga yang mengancam mau menghancurkannya."Ariana berjalan ke arah sofa yang Benny duduki, lalu ikut duduk di sampingnya. "Keterlaluan, kan? Hanya karena diselingkuhi doang sampai segitunya. Menghancurkan karier? Dasar wanita nggak tahu diri!"Sejujurnya Benny juga merasa bersalah. Walau bagaimanapun Clara sudah mewarnai harinya selama bertahun-tahun. Namun, saat nasi sudah menjadi bubur seper
Setelah cuti selama satu Minggu. Kini tiba saatnya Clara kembali bekerja. Ia sudah membayangkan beberapa pekerjaannya yang tertunda akan menumpuk di meja. Itu sebabnya di Senin yang pasti sangat sibuk ini, Clara memutuskan berangkat lebih awal.Clara terkejut sekaligus bingung saat memasuki ruang kerjanya. Bagaimana tidak, mejanya tampak bersih. Semua barang-barangnya sudah rapi disimpan dalam satu kotak. Sayangnya beberapa rekan kerja yang juga menempati ruangan ini belum ada yang datang sehingga tidak ada yang bisa ia tanyai tentang hal ini.Clara tidak habis pikir, padahal ia cuti hanya seminggu saja, tapi keadaan sudah berubah drastis seperti ini. Sebenarnya ada apa? Sungguh, ia kebingungan sekarang.Beberapa saat kemudian, salah satu rekan kerjanya masuk. Rahma, dengan tatapan bingung meletakkan tas tangannya di meja kerjanya, tepat di samping meja Clara. Ia juga sama bingungnya dengan Clara saat melihat barang-barang Clara sudah dikemas rapi."Mau ke mana, Cla?""Aku yang harusn
'Jagalah musuhmu agar selalu tetap berada dalam jangkauan'. Ya, itulah yang Revan lakukan sekarang. Ia melakukan hal yang mungkin menurut orang licik dan terkesan gila. Namun, ini ia lakukan demi melindungi WE dan aktornya. Revan berhasil membawa Clara masuk ke dalam perangkapnya dan bisa dipastikan wanita itu tidak akan berani macam-macam lagi.Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi jika saja Clara mau bersepakat dengannya. Namun, karena wanita itu sulit diatur, Revan tidak memiliki pilihan selain mencari cara agar bisa mengendalikan wanita itu. Ia yakin, Clara menyesal setengah mati sudah berurusan dengannya.Sambil duduk di sofa bersama secangkir kopi yang tersisa setengah, Revan menatap Clara yang masih memejamkan matanya. Ya, Clara masih tertidur menyamping ke arah matahari terbit. Sepertinya sebentar lagi wanita itu akan bangun, pikir Revan.Benar saja, matahari pagi menerobos masuk pada dinding kaca yang tirainya sudah dibuka. Sinarnya menerpa tepat di wajah Clara yang masih mem
Setelah berpakaian lengkap, Clara duduk di depan meja rias. Sejujurnya ia sedikit merasa janggal dengan meja rias itu, kenapa terdapat kosmetik dan produk-produk kecantikan lainnya? Sebenarnya ini kamar siapa?Hal yang membuat ini lebih janggal adalah ... produk-produk kecantikan di meja itu, sebagian besar merupakan merek yang biasa Clara gunakan. Apa ini hanya kebetulan?Clara melihat ke luar melalui dinding kaca. Detik itu juga ia menyadari sedang berada di lantai atas. Sungguh, kepalanya terasa ingin pecah memikirkan hal buruk yang terjadi padanya. Mungkinkah ia benar-benar bercinta dengan Revan semalam? Tapi kenapa ia tidak ingat apa pun?Ingatan Clara hanya berakhir di restoran, ia sama sekali tidak merasa 'menikmati' seperti yang Revan katakan. Lagi pula, bukankah katanya jika berhubungan badan untuk pertama kalinya itu terasa sakit? Lalu bagamana ceritanya Clara merasa biasa saja? Ya, saat melangkah pun Clara merasa tidak ada perubahan apa-apa pada cara berjalannya.Sial, Clar
Clara awalnya hanya menatap makanan di meja makan, tidak berniat sedikit pun untuk menyantapnya. Ia melakukan itu bukan tanpa alasan. Ya, wanita itu hanya teringat kejadian kemarin, Clara yakin sekali kalau Revan mencampurkan sesuatu ke dalam minumannya. Sekarang, mungkinkah pria itu juga menambahkan sesuatu ke makanan di hadapannya?Setelah setengah jam lebih memandangi makanan itu, Clara kemudian mencobanya satu sendok saja. Ya, itu awalnya karena setelah itu suapannya ia lakukan terus-menerus. Tak bisa dimungkiri, ia kalah oleh rasa lapar. Bagaimana tidak, ia tidak sarapan dan sekarang sudah siang. Sangat wajar jika perutnya keroncongan. Selain itu, Clara merasa makanannya aman. Buktinya setelah beberapa menit makan, ia tidak merasakan keanehan. Tubuhnya masih baik-baik saja.Selesai mencuci piring peralatan bekas makannya, Clara kembali ke kamar. Sejujurnya tempat ini cukup nyaman, tapi tetap saja Clara lebih memilih tinggal di rumahnya. Sayangnya ia kembali teringat tentang ancam
Tadi pagi, setelah mengetahui fakta bahwa wanita yang menjadi selingkuhan Benny adalah Ariana, selama beberapa saat Revan masih berusaha menyangkal. Namun, bukti terlalu nyata untuk dibantah. Sampai akhirnya Revan langsung meninggalkan Clara begitu saja.Di kamarnya, Revan benar-benar emosi, tangannya mengepal kuat. Rasanya ingin sekali menghajar Benny hingga pria itu babak belur. Bisa-bisanya Benny dengan tanpa merasa berdosa selingkuh dengan Ariana. Pantas saja belakangan ini Ariana seperti menghindar, jadi ini alasannya? Mereka benar-benar tidak tahu terima kasih. Bahkan, Revan mati-matian menyelamatkan karier Benny."Kurang ajar!" teriaknya.Jika saja ponselnya tidak berdering, Revan pasti sudah membuat kamarnya menjadi seperti kapal pecah. Rupanya sang Mama menelepon dan mengatakan 'sesuatu yang mengejutkan'. Sesuatu yang membuat Revan merasa seperti terjebak dalam perangkapnya sendiri. Sampai pada akhirnya, mau tidak mau Revan secepatnya pergi ke rumah orangtuanya.Sepulang dari
Delapan bulan kemudian….Suara tangis bayi menggema di salah satu ruangan bersalin di rumah sakit. Clara, yang baru saja berjuang mati-matian demi kehadiran buah cintanya bersama Revan, kini tersenyum lega melihat bayi mungil yang baru saja dilahirkannya secara normal. Lelah dan sakitnya seakan terbayar sudah saat mendengar suara tangis sang bayi.Revan, yang mendampingi Clara dan tidak mau sedikit pun beranjak. Ia terus menggenggam tangan Clara selama proses persalinan tadi. Sungguh, Revan jadi tahu betapa besar perjuangan seorang ibu. Setelah buah hati mereka benar-benar lahir, Revan tanpa ragu mencium kening Clara yang penuh dengan peluh.“Terima kasih, Sayang. Terima kasih sudah melahirkan anak kita.”Ini adalah anak pertama mereka dan berjenis kelamin laki-laki. Sempurna sudah kebahagiaan Clara dan Revan.Setelah bayi mungil itu selesai dibersihkan, perawat pun meletakkannya di samping Clara. Detik berikutnya, Mira dan Ita masuk. Dua wanita paruh baya itu juga tampak terharu, har
Sebulan setelah Clara dan Revan berbulan madu, hari-hari kembali berjalan seperti biasa. Bedanya, sekarang Clara dan Revan tinggal sekamar. Catat, sekamar dan satu ranjang! Terkadang di kamar Revan, sesekali juga di kamar Clara, yang pasti mereka tidur berdua. Menikmati awal-awal pernikahan dengan selalu bermesraan dan melakukan hal ‘panas’ tanpa sedikit pun merasa bosan.Sisanya sama saja, Revan tetap bekerja seperti biasa dan tentunya Angga selalu setia menjadi asisten Revan.Saat Revan dan Angga sedang bekerja, Clara dan Lidya pun akan sibuk dengan berbagai aktivitas. Terkadang, Lidya mengajari Clara memasak. Ini bukan berarti Clara tidak bisa memasak. Clara bisa, sedikit, dan Lidya yang jauh lebih jago bersedia mengajarinya.Clara jadi berharap Lidya dan Angga tetap tinggal di rumah ini bahkan setelah mereka menikah. Jika tidak, Clara pasti akan merasa kesepian saat Revan sibuk bekerja.Mereka berempat kompak tidak takut jika harus tinggal bersama dalam satu atap. Bagaimana tidak,
Baik Clara maupun Revan sekarang sama-sama merasa lega. Bagaimana tidak, mereka sudah melewati semua proses dari lamaran, pernikahan, resepsi pernikahan dan ngunduh mantu yang dirayakan secara mewah dan besar-besaran di kediaman orangtua Revan.Jujur, Clara tidak pernah berpikir akan menikah sebelum usia 30 tahun. Dulu, ia mengira akan menunggu Benny lebih lama lagi. Namun, siapa sangka jodohnya ternyata adalah Revan yang tidak perlu membuatnya menunggu sampai bertahun-tahun untuk mempersuntingnya.Sungguh, Clara tidak bisa memungkiri rasanya sangat membahagiakan. Apalagi jika mengingat Revan yang begitu mencintainya, lalu mertuanya juga sangat menyambut hangat kehadirannya.Sekarang, tersisa proses yang sangat dinanti-nantikan mereka berdua. Ah, mungkin bukan hanya mereka berdua, pasti setiap pasangan yang baru menikah sangat menantikan momen ini. Bulan madu.Clara dan Revan sepakat akan menghabiskan waktu bulan madu mereka di negeri ini, tepatnya di Pulau Sumba. Mereka akan tinggal
Kembali ke kamar, Revan mendapati Clara masih tertidur lelap. Ia tersenyum lalu memutuskan bergabung di kasur seperti tadi. Dipeluknya Clara yang kini mulai menggeliat.Dengan penuh kasih sayang, Revan mengelus-elus rambut Clara, juga tak lupa mengecup keningnya. Ah, sepertinya ini akan menjadi aktivitas pagi yang menyenangkan dan akan dilakukannya setiap hari tanpa rasa bosan.Perlahan, Clara membuka matanya. Ia agak terkejut menyadari Revan sedang menatapnya intens sambil memeluknya."Astaga. Kamu ngagetin aja.""Selamat pagi, Istriku. Wanita cantik yang selalu ada di hatiku."Clara mengernyit. "Semakin hari kamu semakin menjadi-jadi. Apa jangan-jangan belakangan ini kamu kursus ngegombal.""Asal kamu tahu, perkataanku tulus. Ini karena aku sangat bahagia memilikimu, Sayang."Clara tersenyum. Ia lalu mendekatkan bibirnya pada bibir Revan. Setelah mencium singkat bibir suaminya itu, Clara berkata, "Aku juga bahagia. Serius.""Sekarang, mau tidur lagi sambil dipeluk, sarapan atau mand
Clara dan Revan memang tidur di kasur yang sama, meskipun mereka belum melakukan ritual malam pertama ala pengantin baru seperti pasangan yang baru menikah pada umumnya lantaran Clara belum selesai mengusir tamu bulanannya. Namun, mereka tetap mesra. Ya, mesra meskipun tanpa bercinta.Pagi ini saja, Revan terbangun dari tidurnya dalam keadaan memeluk erat Clara. Sangat erat. Terlebih Clara juga tampak nyaman saat dipeluk. Ah, rasanya sangat membahagiakan saat wanita yang dicintainya kini resmi menjadi istrinya.Clara masih tertidur lelap, sedangkan Revan melirik jam dinding yang menunjukkan pukul enam pagi. Rasanya ia ingin tidur lagi, tapi getaran ponsel tiba-tiba membuatnya terpaksa mengulurkan tangannya ke arah nakas untuk melihat siapa yang meneleponnya. Jika dirasa tidak penting, ia akan mengabaikannya saja lalu tidur lagi. Bila perlu ia akan menonaktifkan ponselnya.Melihat layar ponselnya yang menyala, Revan mengernyit. Rupanya Anggalah yang menelepon. Ia sebelumnya sudah mewan
Setelah Revan secara resmi melamar Clara, seminggu kemudian dua keluarga bertemu untuk menentukan tanggal pernikahan. Clara pun sudah tidak tinggal di rumah Revan lagi. Tunangan? Ah, baik Revan maupun Clara dan seluruh keluarga memutuskan sekalian menikah saja. Maksudnya, tunangan hanya bertukar cincin dan sekadar dihadiri dua keluarga inti masing-masing, tidak sampai membuat acara besar.Setelah diputuskannya tanggal pernikahan, tentunya segala persiapan pun mulai dilakukan. Baik Clara maupun Revan tentu baru tahu ternyata segala persiapan menjelang pernikahan itu lumayan memusingkan dan menguras energi, terlebih keduanya memang menginginkan yang terbaik untuk acara yang hanya akan berlangsung seumur hidup sekali ini.Mereka benar-benar sibuk selama beberapa bulan terakhir ini. Dan sepertinya bukan Clara dan Revan saja yang merasa lelah, keluarga mereka masing-masing serta Angga dan Lidya pun turut sibuk mempersiapkan hari bahagia Clara dan Revan.Enam bulan berikutnya, Clara dan Rev
Satu bulan berlalu, waktu yang begitu cepat bagi Revan karena ia terlampau sibuk mengurusi banyak hal sehingga tidak terasa waktu seakan berlalu begitu saja. Namun, kabar baiknya sekarang pria itu cukup lega karena segala tentang Benny sudah selesai. Beberapa artisnya yang terlibat sebagai korban dalam kasus ini pun terlindungi dengan baik, sementara Benny resmi dijatuhi hukuman 4 tahun penjara.Tentang Ariana, wanita itu sudah mantap meninggalkan dunia keartisannya. Ia bukan hanya ingin fokus pada bayi dalam kandungannya, tapi juga ingin hidup tenang bersama sang Nenek. Dengar-dengar, Ariana juga hendak mengajukan gugatan cerai terhadap Benny. Entah benar atau tidak, tapi setidaknya itulah berita yang beredar.Mengusik Ariana? Tentu tidak. Clara dan Revan memang sudah memutuskan untuk mengakhiri segala tentang Ariana dan Benny. Mereka sepakat, tinggal fokus pada hubungan mereka berdua saja.Kalau bagi Revan sebulan terasa cepat saking sibuknya, sedangkan bagi Clara kebalikannya. Bagi
Revan langsung terduduk, sedangkan Clara bergegas berdiri untuk melihat siapa tamu yang mendatangi rumahnya itu. Belum sempat mencapai pintu, seorang wanita yang sangat mereka kenal sudah lebih dulu muncul."Lidya?" ucap Clara yang agak terkejut, pasalnya wanita itu sama sekali tidak mengabarinya kalau hendak datang."Bos, Clara ... ya Tuhan, kenapa kalian nggak ada yang mau angkat telepon? Aku pikir kalian lagi ngapain," ucap Lidya yang ekspresinya sulit diartikan. Entah itu kesal, khawatir atau curiga?"Bos juga, udah bikin Angga super sibuk, kenapa bikin aku ikutan sibuk juga?" lanjut Lidya."Ponselku di-silent ternyata, pasti punya Clara juga," jawab Revan seraya mengeluarkan ponselnya dari saku jas. Revan memang melepas jasnya tanpa mengeluarkan ponselnya. Ia terlalu fokus pada kebersamaannya dengan Clara sehingga tidak memedulikan hal lain. Ternyata ada banyak panggilan tidak terjawab dari Angga."Ada apa, Li?" Kali ini Clara yang berbicara."Angga nyuruh aku ke sini buat minta
Ariana menangis, apalagi saat Benny benar-benar dibawa oleh polisi. Ia tidak bisa mencegah dan hanya bisa pasrah melihat pria yang kini resmi menjadi suaminya digiring ke mobil polisi. Tangisan Ariana bahkan semakin menjadi-jadi, membuat siapa saja yang ada di sana merasa kasihan dan tidak tega melihatnya.Setelah mobil polisi berhasil meninggalkan area gedung resepsi pernikahan yang dipenuhi para wartawan dan orang-orang sekitar yang tampaknya ingin melihat langsung 'pertunjukan langka' seorang aktor papan atas yang belakangan ini terkena skandal video syur, sekarang harus diringkus polisi di hari resepsi pernikahannya.Sebenarnya waktu resepsinya masih belum selesai, tapi harus dipaksa selesai. Meskipun begitu, Ariana belum mau keluar gedung, terlebih di depan sana para wartawan masih bertahan untuk meliputnya.Akhirnya, Ariana memutuskan duduk di ruang ganti. Ia menangis sejadi-jadinya ditemani tim wedding organizer yang terus berusaha menenangkannya.Setelah lebih tenang, beberapa