TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 99 Menemui TiaAku putuskan menemui Tia besok siang atau sore. Berlama-lamadi rumah mantan mertua terasa tak enak karena berdua saja dengan Mas Arga. Lagiantak ada yang perlu dibahas lagi tentang kami. Ikhlas dan memaafkan. Kalamendengar pengakuan dan melihat kondisi Mas Arga, ada rasa kasihan karena kamipernah berumah tangga dan ia adalah bapak kandung putriku.Entah penyakit apa yang dideritanya. Katanya, penyakit iniakan membawanya mati. Untuk bertanya lagi ada rasa tak enak karena Mas Argaseperti tertekan dengan penyakit itu.“Sebelum aku mati, tolong maafkan semua kesalahanku, Sarah.Andaikan waktu bisa diputar kembali ....”“Bicaralah dengan Pak Ismail, kasihan anak itu butuhbapaknya dan biaya hidup. Jangan tanggung beban itu sendirian.”“Andaikan aku bisa bantu, akan kubuat Pak Ismail hanyaberistrikan kamu seorang dan kalian bahagia hingga hari tua. Dan tentu Tia jugadisayanginya karena aku tak lama lagi di dunia ini.”“Aku hanya ingin me
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 100 (Jika Tak Suka, Cerai Saja!)Pov Ismail“Mami udah minum obat?” tanyaku sambil menghampiri mami di kamarnya.Mami duduk melihat ke luar jendela seakan sedang memikirkan sesuatu.“Kok tumben pulang cepat, sedang nggak banyak kerjaan?” tanyamami melihatku sekilas, lalu menatap lagi keluar jendela.Aku mulai duduk di sofa panjang. Menyandarkan punggung,rasanya lelah ini sedikit terobati. Yang paling besar adalah rasa lelah karenahati. Hati masih menginginkan tapi tak bisa digapai. Itulah lelah yang palingmembuat hidup terasa hampa. Bahkan dengan uang pun tak bisa diobati.Sarah ..., kamulah penyebab aku seperti ini. Sarah ..., akutersiksa karena rasa yang tak kunjung hilang, bahkan semakin dalam setelah kamumenolakku dan memetuskan percakapan di ponsel. Jangankan menerima atau bertemu,mendengar suaraku saja kamu tak mau. Sarah ....“Ada apa, Ismail?”“Mi, apakah aku layak mendepatkan semua ini?” Ingin berkatajujur, tapi takut mami melarang kare
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 101 (Bertemu)“Ia ada di sini. Tolong, jangan sakiti dia. Kamu sudah janjidan itu yang aku pegang. Jika Sarah menolak, jangan paksa dia!”Deg!Langkahku terhenti kala mendengar namaku disebut. Dengansiapa Mas Arga bicara? Karena sudah tak tahan ingin buang air kecil, inidiabaikan dulu dan melanjutkan menuju kamar mandi.Prak!Pintu tak segaja dihempaskan kala menutup pintu kamar mandisaking sesaknya. Pasti Mas Arga menyadari kehadiranku lewat di belakangnya yangsedang bicara di ponsel. Nanti akan kutanyakan kenapa ia menyebut namaku danbicara dengan siapa.Akan tetapi, ia memberitahu keberadaanku? Apakah dengan MasIsmail? Ah, tidak mungkin. Setahu aku, hubungan mereka tidak baik. Atau jangan-jangankarena uang bisa merubahnya? Semua pertanyaan belum terjawab dan akan terjawabsebentar lagi.Selesai buang air kecil, aku segera keluar. Tetapi, barusaja melangkah melewati pintu, Mas Arga masih berdiri di ambang pintu belakang.Ini kesempatanku bertan
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MAS Part 102 (Melahirkan)Mas Ismail mengejar. Aku berusaha lari secepatnya namun sulit karena air ketuban bercampur darah semakin deras mengalir. Yang paling dihindari sudah berada tak jauh di belakang. Percuma lari. Ya Tuhan ..., aku harus bagaimana?“Akh!” Terus berusaha berjalan semampuku meskipun air ketuban ini terus mengalir. Perut mulas dan ....“Sarah! Tolong jangan lari,” sahut mas Ismail.“Sarah!”“Tunggu, Sarah!”Ia sudah berada di belakangku. Dekat karena suaranya terdengar jelas. Aku masih dengan posisi membelakanginya dan terus berjalan tanpa peduli panggilannya.“Sarah, ini air apa? Loh, kok berdarah?”Aku berhenti. Rasanya sudah tak kuat. Air ketuban membasahi jejak langkah. Sakit ....“Sarah, ini kenapa ada air berdarah?”Aku membalikkan badan. Kini, bisa melihat wajahnya dengan jelas. Untuk beberapa saat kami saling beradu pandang. “Sarah,” panggilnya dengan tatapan yang ..., akh! Aku tak ingin melihatnya tapi tak bisa menghindar.
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 103 (Terungkap dan Penolakan)Pov Ismail“Aku membencimu, Mas!” teriak Ririn sambil mendorong dadaku.Ia menangis karena ulahku yang mengantarkan Sarah ke rumah sakit melahirkan.Ke rumah sakit mana pun aku membawa Sarah di kota ini, tetapsaja akan ada yang mengenaliku. Ririn seorang dokter terkenal dengan sikap dermawan.Ia juga mendirikan yayasan yang beranggotakan dokter dari setiap rumah sakituntuk kegiatan amal, memberi pengobatan gratis bagi kaum miskin.“Maaf, ia melahirkan anakku, Rin,” ucapku jujur.“Ugh!” Ririn melempar pas bunga ke lantai hingga kacaberserakan.“Aku tidak terima dipermainkan seperti ini! Jadi selama inikamu mengkhianatiku, Mas!”“Tidak, kami baru bertemu dan memang aku sedang mencarinyaselama ini.”“Ugh!” Ririn menarik kerah bajuku. Matanya melotot meskipun denganlinangan air mata. ”Aku tidak termia atas perbuatanmu ini. Aku tidak terimawanita itu merebutmu dariku!” Lalu ia melepaskan kerah bajuku.Plak!Satu tamparan
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 104 (Air Mata Ririn dan Mami)Pov Ismail“Pak, kenapa kita masih membahas yang lalu? Bukankah kitasudah punya cucu sekarang ini?” ujar mami berusaha membuat bapak tidak emosi.Sementara itu ada beberapa wartawan masih di sini. Merekamdan menyaksikan, entah apa yang akan keluar berita di surat kabar besok. Kisahrumah tanggaku jadi konsumsi masyarakat.“Pak, aku akan bertanggung jawab karena tetap anak itu anakkandungku.” Aku juga berusaha meyakinkan bapak.“Jadi setelah Sarah melahirkan anakmu baru kalianorang-orang berduit mengakui anak yang dikandung Sarah? Atau karena istrimutidak kunjung hamil?” Bapak melototi kami.“Selama ini kalian ke mana? Sakit bathin belum tentu bisadisembuhkan dengan uangmu, Ismail!” sambung bapak makin lantang.Hanya bisa diam kala wartawan mengambil foto karena kejadianini tak bisa dielakkan. Marahnya Bapak wajar karena aku menikahi Sarah hanyademi memenuhi pesan Amel. Nyatanya, aku terbelunggu hingga rasa cinta ini
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 105 (Kedatangan Ismail)“Ada apa sih, Pak? Kok kedengarannya ribut?” tanya emaksambil mengambilkan air minum untukku.Alhamdulillah, aku sudah bisa berjalan pelan. Hanya sajakalau mau duduk masih sekuat tenanga untuk bangkit karena jahitan terasa sakit.Aku tak mau berlama-lama di rumah sakit ini hingga keberadaanku akan seringdikunjungi Mas Ismail dan maminya. Tambah lagi banyak wartawan yang meliputberita seolah aku seorang selebritis. Ya Tuhan, semua di luar dugaan.“Ismail dan ibunya datang.”“Apa?” ucapku dan emak serentak. Tentu kami sama-samaterkejut.“Iya.” Lalu bapak mulai duduk sambil melihat anakku di dalambok bayi.“Trus, mereka masih di luar, Pak?”“Nggka tau, Mak. Mungkin udah pegi karna wartawan melihat.”“Cerita yang jelas, Pak.” Emak sangat penasaran apa yangterjadi, pun aku. Hanya terdengar keributan dan suara mami terdengar lantang,tetapi tidak terdengar suara mas Ismail. Mungkin karena ia terbiasa suarapelan.Bapak melihat ke
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 106 (Mami Memohon)Tak ada jawaban lagi, Mas Ismail berlalu pergi. Ia terlihat sangat kecewa hingga matanya berkaca. Jika aku menerimanya lagi, maka akan mudah ia melakukan kesalahan yang sama. Dari yang terbaca, Ririn justru korban juga meskipun ia juga salah karena memaksakan kehendak menikahi Mas Ismail yang dulunya suamiku.Mungkin ini namanya karma bagi Ririn. Kala aku dicampakan karena status sosial, kini ia dicampakan karena tak bisa memberi keturunan. “Kamu memaafkan Ismail, Sarah?” Baru masuk ke kamar, emak langsung bertanya seperti tak sabaran ingin tahu.“Nggak, Mak,” jawabku.“Trus, ngapain kamu membiarkannya dekat dengan bayimu?” Emak mulai duduk di kursi di dekatku.“Ia bapak kandung bayiku, Mak. Biarlah ia lihat untuk yang terakhir kalinya. Lagian jika kita usir, dia pasti kukuh minta masuk bertemu. Aku capek seperti main kejar-kejaran hingga tak ada habisnya. Dengan bicara langsung, masalah ini akan selesai.”Inilah perbedaan k