TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 107 (Kedatangan Tamu Tak Diduga)“Tolong jangan bersimpuh karena kamu seumuran Emakku, Mi!”Karena masih kesal, aku masih memanggilnya ’Kamu’. Ini sudahpasti kurang sopan. Bayangan ia dan Ririn mengusir dan menghinaku masih terbayang.Ya Tuhan, kenapa sulit sekali memaafkan wanita di depanku ini.“Berdirilah, jangan jadikan kami menjadi wanita sombongmembiarkanmu bersimpuh,” ujar emak ketus.“Tolong serahkan anak itu jika kamu tak mau kembali pada Ismail.Kamu masih bisa hamil lagi, Sarah. Sementara Ismail belum tentu karena Ririndan Amel terbukti tidak hamil.”Astagfirullah’alaziim, hampir saja aku luluh dengan sikapnyabersimpuh kesombongannya pergi. Tetapi, setelah ia meminta anak yang baru aku lahirkandengan mudah, seolah aku wanita pencetak anak. Kini, justru kekesalan makinbertambah.“Hey, Ibunya Ismail! Apa kamu kira minta anak sama seperti mintapermen? Kamu kira melahirkan itu gampang apa? Kan kamu udah pernah melahirkan,heran deh, udah ng
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 108 (Cemburu)Pov IsmailTeringat pesan Arga, hidupnya Sarah ada pada anaknya. Untuk mendapatkanSarah, aku harus mengambil hati Tia. Semoga dengan cara ini bisa membuat sarahmenerima dan kami kembali menjalani rumah tangga.“Tolong izinkan aku menjemput Tia sekolah, Pak Arga. Akujanji akan mengantarkannya kembali dengan selamat. Sarah sudah melahirkan danini kesempatanku. Aku janji tak akan menyia-nyiakan Sarah terutama putrimu.”Aku menelepon Arga memohon agar bisa mengizinkan Tia pergidenganku ke rumah sakit. Untung Tia dan Arga belum tahu kalau Sarah sudahmelahirkan. Saat aku mencari Sarah, Arga memberitahu kalau ia mungkin belum jauhdari rumahnya, hingga aku berhasil menemukan Sarah.“Aku takut Sarah marah, Pak Ismail. Carilah jalan lain.”Arga terdengar keberatan. Aku harus bisa meyakinkannya kalau niatku baik.“Pak Arga, percayalah, aku tak akan menyia-nyiakan Sarah danTia. Aku janji. Sekarang ini aku sedang proses cerai dengan Ririn. Pak
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 109 (Tindakan Ririn)Pov Ririn“Apa balasan Wa-nya?” tanya kak Siska.“Hanya dibaca aja, Kak. Ini kebiasaannya kalau sudahtersudutkan.” Mataku masih melihat layar ponsel, pesan WA yang aku kirim yangsudah centang biru dua, tidak ada balasan.Kak Siska menghela napas besar seperti ikut kesal.“Dasar lelaki pengecut! Ia coba main-main dengan kita.Dikiranya kita seperti keluarga Sarah yang diam setelah disakiti. Dikiranyakita keluarga biasa-biasa aja. Akan kita tunjukkan bagaimana keluarga kitasebenarnya,” geram kak Siska.Rasa sakit hati membuatku meneteskan butiran bening.Dicampakan karena tak bisa hamil. Penghinaan juga ditunjukkan depan wartawandengan membela Sarah. Aku tak bisa terima semua ini. Tidak ada yang boleh memperlakukanaku seperti ini, siapa pun orangnya. Tidak boleh!“Jangan menangis!” Kak Siska mengulurkan tisu. “Kamu taksendiri. Aku masih hidup, dan akanmembantumu membalaskan Ismail dan Maminya.”“Aku sangat sakit hati, Kak. Aku
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 110 (Tindakan Ririn Berikutnya)“Tadi mobil siapa yang datang, Sar?” Emak baru pulang daripasar, selisih dengan Ririn yang juga baru meninggalkan rumah ini.“Ririn, Mak,” jawabku tetap sedang menyusui anak.“Ngapain?” tanya emak sambil meletakkan keranjang belajaandi meja.“Biasalah, Mak. Menggunakan uang buat mencapai tujuan.”“Nyuruh kamu jauhi Ismail lagi?”“Iya.”“Aneh deh, laki nggak mau kok dipkasa. Lah si laki juganggak punya pendirian. Apa kata ibunya nurut aja kayak nggak punya keputusanhidup. Syukurlah kamu nggak terima laki kayak Ismail. Yang ada akan selalu makanati.” Lalu Emak mulai mengeluarkan sayur dari keranjang belanja.“Tapi alasannya biar Ismail sakit hati karena ditolak, Mak.”“Hah?” Emak langsung mengalihkan padangan padaku dengan matamembulat.“Iyaaa, katanya biar Ismail juga merasakan sakit hati sepertiyang ia rasakan. Katanya lagi, aku dan dia tu seperti kelinci percobaan agardapat keturuan. Yaaa, intinya sakit hati, Ma
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 111 (Perlawanan)Tok tok tok!“Buka pintunya, Sarah!”Emak masih berteriak sambil mengetuk pintu karena pintubelum dibukakan. Ririn tampak tegang sambil menoleh ke pintu lalu ke arahkubergantian. Bisa dilihat ia mulai panik.“Awas Kalian teriak?” ancamnya tetap menodongkan pistol.“Kamu mau apa dengan semua ini?” Aku berusaha mengajak Ririnkomunikasi agar ia lengah hingga aku bisa bertindak.Tiba-tiba bayiku menangis hingga pandangannya tertuju kekamar. Lalu Ririn mencoba mendekati pintu kamar.“Jangan sakiti anakku, Rin! Kalau kamu marah denganku,tembak aku.”Ririn menghentikan langkahnya. “Tentu aku akan menembakmu.Tapi sebelum itu akan kumusnahkan buah cinta kalian biar aku menang.”Astaga, ia tampak stres dengan ambisi berusaha memenangkansebuah pertandingan. Bukankah ia seorang dokter hingga lebih tahu obat penyakitmental apalagi fisik. Sepertinya ilmu tidak berguna hingga ia terlihat sangatmemprihatinkan.“Ma, ia mau tembak dedek,” bisik
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 112 (Surat Dari Mas Arga)“Arga sudah meninggal, Sarah ....” Ibu mantan mertuaterdengar terisak di ponsel.Innalillahiwainnalilahirojiuun ..., berita ini berhasilmembuatku meneteskan air mata. Kenangan akan bersama dia dulunya terbayang.Tidak dipungkiri dulu pernah mencintainya. Bahkan ia lelaki yang pertamaberhasil meluluhkan hati ini dengan rasa bahagia kala dilamar. Aku merasawanita beruntung, namun ....“Bu, apa sakit Mas Arga selama ini?” tanyaku dengan suaraserat.“HIV, tapi kamu jangan khawatir, ia minta tinggal di salahsatu kontrakan samping rumah agar kami tidak tertular. Ia sangat menjaga jarak,Sarah.”“Datanglah ke sini, ada titipan dari Arga.”***Tidak banyak yang hadir di acara pemakaman Mas Arga. Paratetangga hanya singgah sebentar lalu pergi. Kabar Mas Arga sakit karenapenyimpangan sexsual, seolah membuat mereka takut tertular. Wajar para tetanggabegitu karena video Mas Arga sudah beberapa kali viral.“Ini titipan Arga, Sarah.”
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 113 (Di Rumah Sakit)“Bu Sarah datang ke rumah sakit buat membesuk korban?” tanyasalah seorang wartawan.“Mmm ....”Terdiam dalam bingung, para wartawan mengerumuni untukdiwawancara. Di luar dugaan, tak menyangka kedatangan ke sini ingin berobat,justru bertemu dengan beberapa wartan. Apa yang harus dijawab?Akan tetapi, siapa korban penembakan yang dimaksud? Saatkejadian tadi, hanya atap rumah yang tertembak. Masa ada korban? Ataujangan-jangan ..., oh iya, tadi Ririn pernah berkata kalau ia telahmenyingkirkan seseorang. Ya Tuhan, apakah Mas Ismail?“Bu Sarah, benarkah cinta segi tiga ini membuat Dokter Ririnmenjadi stres? Apakah Pak Ismail telah menceraikan Dokter Ririn demi bisabersama Bu Sarah?”“Apa?”Ini sudah keterlaluan. Nama baikku tercemar ulah konflikrumah tangga mantan suami kedua.“Maaf, sepertinya ini salah paham, saya tidak tahu denganinsiden penembakan, dan siapa yang ditembak?”“Loh, bukankah ibu dari Pak Ismail tertembak dan sek
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 114 (Kedatangan Kakaknya Ririn)“Mbak yakin kita segera meninggalkan rumah sakit ini?” tanyapak Bobi setelah kami turun ke lantai satu rumah sakit.“Ya, Pak. Aku harus ngapain lagi di sini?”“Bukan begitu, Pak Ismail sepertinya ....” Ucapan Pak Bobitidak dilanjut. Terlihat ada keraguan.“Ia hanya mantan suami dalam pernikahan kilat, Pak,” ujarkumenjelaskan. Aku tahu ia merasa tidak enak karena mengira aku akan kembali padaMas Ismail.“Pernikahan kilat?” Pak Bobi menatapku dengan alis bertaut.“Hanya suami yang beberapa malam saja.”Tidak ada yang perlu disembunyikan. Jika aku mencoba membukahati dengan Pak Bobi, ia harus tahu semua kisah hidupku agar tak ada dusta diantara kami. Jika sekarang aku memutuskan membuka hati, agar berita tidakmenyudutkan aku seolah seperti penghancur rumah tangga Mas Ismail dan Ririn.Berita yang tersebar bermacam-macam, ada yang mengatakan kalau aku bukanpelakor dan sebaliknya.“Bu Sarah, apakah kami bisa wawancara