Share

151 Marah

Aku menatap bola mata Yusuf. Akan kupastikan dia tidak berbohong dengan jawabannya.

"Jawab, Mas? Kenapa kamu melakukan itu semua? Apa salahku?" tanyaku lagi lirih.

Yusuf menurunkan tatapannya. Dia menunduk lesu. Dadanya tampak kembang kempis mengatur napas. Sepertinya dia tak akan bisa lagi mengelak dari pertanyaanku. Padahal aku yakin dia bisa lari dan meninggalkanku. Tapi aku tak melihat itu dari tatapannya. Dia menunduk dalam diam. Seperti tengah mencerna jawaban yang akan dia keluarkan.

"Jawab, Mas!" tekanku lagi.

"Maafkan saya, Mia. Kesalah pahaman membuat saya khilaf," desisnya menjawab dengan berbisik. Nada suaranya berat. Dia seperti kesulitan berbicara.

"Khilaf! Apa maksudnya?" Aku bertanya lagi tanpa memberi jeda.

"Dulu, saya pikir kamu dan anak kamu bersekongkol. Saya pikir kamu adalah pelaku utama yang membuat Khaila depresi. Saya merasa hancur saat melihat Khaila setiap hari histeris dalam kesedihannya. Hidup dan masa depan Khaila seolah hancur. Saya sebagai kakaknya mera
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status