Share

Bab 88 Anak Itu Adalah Duri di Hati Billy

Meriam segera melepaskan celemeknya, lalu pergi ke kamar Erica untuk berkemas.

Billy menatap ibunya. Erica duduk di sofa sambil memejamkan mata dan memegang tasbih. Ibunya tidak ingin meladeninya lagi.

Lantaran tidak berdaya, Billy hanya bisa mencari Meriam. Meriam melakukan pekerjaannya dengan cekatan. Dia sudah hampir selesai berkemas.

"Bibi," panggil Billy.

"Ya, Tuan?" sahut Meriam.

"Biar kubantu," ujar Billy.

"Nggak perlu, aku bisa sendirian," tolak Meriam.

Tangan Billy membeku di udara untuk sesaat. Pada akhirnya, dia menarik tangannya kembali sambil bertanya, "Bibi, kenapa kamu ... sepertinya takut sekali pada Shifa?"

"Eh? Nggak kok." Ekspresi Meriam tampak kaku.

"Beri tahu saja aku kalau ada masalah," ucap Billy.

Meriam menunduk dan tersenyum tipis. "Tuan, aku sudah jadi pengasuh bertahun-tahun. Aku telah melayani banyak keluarga. Cuma Nyonya yang memperlakukanku seperti keluarga. Bahkan, aku telah menganggapmu sebagai putra angkatku."

"Aku tahu." Billy mengangguk.

"
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status