Suamiku Polisi
"Jangan mimpi dilamar polisi, pasangannya polisi itu kalau gak dokter, ya, guru, bidan," begitu kata Kak Mila ketika aku bilang ada polisi yang suka padaku.
Aku memang hanya lulusan SMK, kerja di salah satu perusahaan retail di bagian kasir. Aku kenal Bang Raja, seorang polisi muda yang sering datang belanja ke tempat kerjaku. Aku ingat betul pertama kali kami kenalan, saat itu dia beli air mineral.
"Mbak, air bisa basi?" tanyanya seraya mengeluarkan uang dari dompetnya.
"Mana bisa basi, Bang," jawabku.
"Oh, berarti ini gak apa-apa ya, dah kadaluarsa ini," katanya lagi seraya menunjukkan tanggal kadaluarsa air mineral tersebut.
"Oh, maaf, segera kami ganti," kataku Seraya merapatkan dua tangan.
"Gak apa-apa, kalau ada apa-apa nanti, kalau misalnya sakit perutku kutelepon kamu," kata polisi ganteng tersebut.
"Hehehe," aku hanya tersnyum.
"Tolong tulis nomormu di sini," katanya lagi seraya memberikan kertas struk belanjanya.
Entah kenapa, aku menurut saja, kutulis nomorku, lalu kuberikan padanya. Sejak saat itu kami mulai sering komunikasi lewat telepon.
"Kalau kita ketapel, ya cari ketapel saja, jangan mimpi dapat senapan," kata Kak Mila lagi.
Aku dan Kak Mila memang punya nasib berbeda-beda, dia cantik, tinggi lansing, sedangkan aku sedikit gemuk, dia juga sarjana, sedangkan aku hanya tamat SMK. Dulu aku tak lanjut kuliah karena Ayah kami yang sudah tak bisa kerja.
"Tapi dia seius, Kak, bulan haji ini mereka mau datang lamar aku," kataku lagi.
"Alah, berani bertaruh kau akan di PHP in, percayalah sama kakakmu ini, aku sudah berpengalaman, aku yang sarjana saja sering di PHP in, sudah berapa polisi dan tentara yang jadi pacarku, gak ada yang serius, lihat sendiri, aku jauh lebih cantik dari pada kau," kata Kak Mila.
Aku hanya diam, tak kulanjutkan lagi perdebatan, kakakku ini memang sifatnya begitu, tak mau kalah.
Kukirim pesan WA pada Bang Raja, ingin ku tanyakan tentang keseriusannya.
(Bang, betulnya Abang akang datang lamar aku?)
(Betul, Dek, ini lagi kubicarakan dengan bapakku, semoga dia setuju)
(Jadi, Bapak belum tahu)
(Sudah, baru tadi kubilang)
(Ohh)
Orang tua Raja adalah perwira polisi, ibunya bidan, mereka tinggal di Palembang, sedangkan Raja ditugaskan di sini, kota kelahiranku.
Aku mulai ragu bisa diterima di keluarga Raja, apakah benar-benar Raja serius pun aku mulai ragu, bagaimana tidak ragu, dia janji padaku sebulan yang lalu, dan dia baru bilang orang tuanya kemaren, itupun jika benar.
"Jadi istri polisi itu tidak mudah, ada tes segala macam, bahkan tes keperawanan pun ada, yakin masih perawan?" kata Tante Maya adik ibuku yang bersuamikan polisi. Saat itu aku bertanya saat dia datang berkunjung ke rumah.
Jelas sekali aku tersinggung dengan ucapannya, dari nadanya dia seperti meragukan keperawananku.
"Udah, gak usah mimpi," kata kakakku lagi.
Entah kenapa tak ada keluargaku yang mendukung, mereka semua tak percaya aku punya pacar seorang polisi. Bahkan ibu tak percaya. Beliau malah menyuruh aku putuskan Bang Raja, karena takut aku terlalu berharap akhirnya sakit hati.
"Bang, tunjukkan keseriusanmu, datanglah ke rumah," kataku pada Bang Raja ketika dia datang ke tempat kerjaku.
"Maaf, Dek, belum bisa, aku belum siap,"
"Masa sih, datang saja gak bisa, rumahku tidak jauh lo, hanya satu jam dari sini," kataku kemudian.
"Nanti, Dek, abang datang bersama orang tua, percayalah," kata Raja.
Pacaran macam apa ini, dia tak pernah mau datang ke rumah, kalau mau bertemu selalu ke tempat kerja, dia tunggu aku pulang. Dia memang selalu antar aku pulang, tapi tak pernah sampai ke rumah, hanya di mulut gang, katanya segan sama Ayah ibuku.
"Aku minta keseriusan Abang, datanglah malam nanti, kalau tidak, aku tak percaya lagi sama Abang," kataku kemudian.
Malam harinya aku deg-degan menunggu, aku ingin buktikan pada Ibu dan seluruh keluarga, mereka tak ada yang percaya, entah kenapa, apakah aku terlalu muluk-muluk berharap dilamar polisi?
"Kau hanya dipermainkan, kasihan dirimu, berharap bulan jatuh ke pangkuan," kata Kak Mila lagi.
Terdengar suara motor masuk gang kecil rumahku, aku kenal suara motor ninja tersebut, itu Bang Raja. Aku bersorak gembira.
"Bang Raja datang!" kataku girang.
"Bang Raja, Raja Siregar?" tanya Kak Mila.
"Iya, Kak itu dia,"
Begitu motor parkir di depan rumah, Kak Mila yang justru mendekat pertama.
"Dasar buaya kau, tak dapat kakaknya adiknya kau incar," kata Kak Mila.
"Maaf, aku tak tahu dia adikmu, maksudku aku baru tau," kata Raja.
Ada apa ini? kulihat wajah mereka bergantian.
Suamiku PolisiPart 2Kulihat Bang Raja menunduk, sedangkan Kak Mila memandangnya dengan mata melotot. Aku masih belum mengerti apa yang terjadi. "Ada apa ini?" tanyaku lagi. "Dia mantanku dulu, Dina," kata Kak Mila. "Jadi ...?""Jadi dia mantanku, dia pacari kau untuk balas sakit hatinya padaku," kata Kak Mila. "Bukan, bukan seperti itu," potong Bang Raja. "Seperti apa lagi, mau dua-dua sama kau, kan," kata Kak Mila. "Maaf, aku pergi, saja, maafkan aku Dina, dulu aku tak tahu dia kakakmu," kata Bang Raja seraya menghidupkan motornya dan pergi. Kak Mila memang sudah sering gonta ganti pacar, umurnya sudah dua enam, sedangkan aku dua tiga. Pacarnya selalu orang berseragam, kalau gak polisi, ya, tentara sekarang lagi menjalin hubungan dengan seorang satpam. Kakakku ini memang sangat terobsesi punya suami polisi. Mungkin karena seragam satpam sudah mirip polisi sekarang, makanya dia mau sama satpam itu. "Aku tak setuju jika kau nikah sama mantanku," kata Kak Mila. "Aku tak tahu
Suamiku PolisiPart 3(Besok saja, ya) pesan dari Bang Raja lagi. (Now) balasku kemudian. Aku keluar kamar, Ayah yang sudah tak bisa kerja lagi duduk di depan TV. Ayahku ini sudah lima tahun sakit, beliau sudah tak bisa kerja, selama ini akulah yang biayai keperluan Ayah, sedangkan Kak Mila biarpun sarjana tapi nganggur. Kuajak kerja di tempatku dia tak mau, katanya gak level sarjana kerja di indoma"""".'Ayah, mau datang tamu ini," kataku pada Ayah. "Siapa yang mau datang malam-malam begini?" tanya Ayah. "Calon mantumu, Yah.""Wah, kok datangnya malam, gak baik terima tamu jam segini," kata Ayah. "Dia mau lamar aku pada Ayah," kataku. Kak Mila yang mungkin mendengar aku bicara keluar dari kamarnya. "Apa, Dina dah gila kau, mimpimu ketinggian, jika Bang Raja mau melamar, akulah yang duluan dilamarnya itu," kata Kak Mila. "Maaf saja, Kak, kakak yang mimpi ketinggian, ngebet dapat polisi, akhirnya dapat satpam," kataku tak mau kalah. "Hahaha," Kak Mila justru tertawa, tawanya
Suamiku PolisiPart 4"Aku bisa sangat tegas jika berhadapan dengan penjahat, akan tetapi aku seperti mati kutu berhadapan dengan Ibumu," begitu kata Bang Raja ketika kami bertemu keesokan harinya. "Kok mati kutu, Bang?" tanyaku kemudian. Saat itu lagi-lagi Bang Raja beli air mineral, kebetulan toko lagi sepi, kami bisa mengobrol. "Iya, Dina, aku gugup, tak bisa bicara tegas, dan maaf, ibumu aneh, bapakmu juga aneh.""Aneh bagaimana?""Ibumu sudah tahu aku datang mau lamar kau, kan, masa dijodohkan dengan Mila? Terus bapakmu kok diam saja, selalu ibumu yang bicara?" Ya, Bang Raja betul, keluargaku aneh, Ayah berubah jadi pendiam setelah tak bisa kerja lagi. Ayah seperti kehilangan semangat, penyakit sesak napas menggerogotinya. "Aku jadi berpikir Dina, mungkin kau anak tiri, atau anak pungut, maaf ya," kata Bang Raja. "Gak lah, Bang, aku bukan anak tiri, ada kok foto aku baru lahir, di akte juga ada nama Ayah dan mamak," jawabku. "Kok ada Ibu dan kakak seperti itu? Aku jadi ter
Suamiku PolisiPart 5Ada rasa puas tersendiri ketika aku bisa melawan, lelah sudah selama ini selalu mengalah. Aku masih ingat sejak kecil aku jarang dibeli pakaian baru, pakaianku selalu bekas Kak Mila. Kalau sudah tak muat sama Kak Mila, baru diberikan Ibu padaku. Sejak kecil aku sudah seperti dianak tirikan. Hanya Ayah yang sayang padaku, sementara dulu ayah jarang di rumah, beliau bekerja sebagai supir bus antar kota. Ayah dan ibu masih bertengkar malam itu, aku menguping pembicaraan mereka. "Ayah, si Mila lebih pantas jadi istri polisi, bukan si Dina, Mila sarjana," kata Ibu lagi. "Mak, aku tak bisa nikahkan si Mila, aku hanya bisa terima jika ada yang lamaran untuk si Dina," kata Ayah lagi. "Lo, Ayah kok ungkit ke situ terus, kalau bukan Ayah siapa lagi yang nikahkan dia?""Cari walinya, aku tak berhak, gak sah itu nikahnya," kata Ayah. "Ayah, sini kubilang rahasia," kata ibu, suaranya makin pelan. Aku mendekatkan telinga ke lubang kunci, penasaran juga rahasia apa yang m
Suamiku PolisiPart 6Aku tak percaya begitu saja perkataan Ibu, dugaanku ini hanya salah satu siasat mereka untuk menggagalkanku bertemu calon Ayah Mertua. Aku jadi merasa bersalah, entah untuk apa aku tergoda untuk pamer. Akan tetapi hatiku tak tenang, bagaimana jika betul? "Kenapa, Dina?" tanya Bang Raja. "Itu, Bang, kata Ibu Ayah jatuh di kamar mandi, tapi aku tak percaya,""Telepon saja Ayah,""Ayah tak punya HP," "Telepon tetangga atau siapa saja," kata Bang Raja. "Oh, iya, ya," Segera kutelepon tetangga depan rumah, jika benar Ayah Jatuh, tak mungkin rasanya dia tak tahu. "Kak, ini aku Dina, mau tanya aja, apa di rumah baik-baik saja?" Tanyaku begitu telepon tersambung. "Oh, baik kok, gak ada terlihat apa-apa?""Tolong lihat, Kak, apa ayahku kenapa-kenapa?" pintaku lagi. "Ayahmu itu kok, dia duduk di teras," "Oh, terima kasih, Kak," Dasar memang, orang tua apa yang cocok disebut Ibuku itu, dia bukannya senang lihat anaknya bahagia, segala cara dia lakukan untuk mengg
Suamiku PolisiPart 7Bagaimana bisa ayahku masuk rumah sakit? Padahal tadi sudah kutelepon tetangga, katanya Ayah duduk di teras rumah. Kak Mila kirim pesan lagi, nama rumah sakit dan nomor ruang dia tuliskan. "Ada apa, Maen?" tanya calon Ibu Mertua. "Ayahku, Bu, kata kakakku jatuh di kamar mandi," jawabku. "Ayo kita lihat, Maen.," Calon Ibu mertua memanggil Bang Raja dan Ayah Bang Raja, akhirnya kami berempat berangkat ke rumah sakit. "Kok bisa?" tanya Bang Raja. "Aku juga tak tahu, Bang, Kak Mila video call, jelas kulihat Ayah di ranjang rumah sakit,* Kataku. Ayah memang sudah lama sakit, dia akan sesak napas jika berjalan agak jauh. Aku sangat khawatir sekali, hanya Ayah yang sayang padaku. Tak habis pikir bagaimana Ayah bisa jatuh, padahal tadi kata tetangga ... Ketika kami sampai di rumah sakit, ayah masih belum sadar, belum bisa dilihat. Kutatap tajam Mila, aku curiga ada yang tidak beres, bagaimana bisa ayah jatuh? Apa iya dia bilang jatuh duluan sebelum kejadian? "K
Suamiku PolisiPart 8PoV Mila. Semenjak SMA, aku sudah terobsesi punya suami seorang polisi atau tentara. Sering kubayangkan diriku jadi bhayangkari atau anggota persit. Ibuku juga mendukung, katanya aku punya potensi. Wajahku tergolong cantik, kulit putih dan tinggi semampai. Aku hanya mau pacaran dengan aparat, yang lain tak kuterima, akan tetapi entah kenapa tak ada yang jadi. Mulai tamat SMA, entah sudah berapa pacarku polisi dan tentara. Semua kandas di tengah jalan. Adalah Raja, polisi yang baru bertugas di Medan, dia tampan, dengan mudah kudekati. Dengan mudah dia sudah bertekut lutut di kakiku. Dia tampak serius. Aku senang. Jika berurusan dengan polisi dengan cepat dia kutelepon, dia akan bantu aku. Rasanya bangga punya pacar polisi, tak ada yang berani ganggu kita. Pernah aku distop polisi karena tidak memakai helm, kutelepon Raja, dia langsung datang, aku bebas dari tilang. Adalah teman Raja, teman yang juga atasannya, tak begitu tampan, akan tetapi dia sudah perwira.
Suamiku PolisiPart, 9Kak Mila jadi berubah pendiam dan mudah emosi, kini dia lebih banyak berkurang di dalam kamar. Semenjak kejadian itu, Ibu juga marah padanya. Emas Ibu raib karena obsesi mereka. Sementara itu keluarga besar Bang Raja sudah ada di Medan. Ayah Bang Raja ternyata sudah pensiun, kini mereka bisa pokus untuk mengurus pernikahan anaknya. Mereka juga beli rumah di kota ini. Sesuai waktu yang disepakati mereka datang ke rumah kami. Ayah dan beberapa pamanku juga sudah lebih dulu kami undang. Perwakilan keluarga Bang Raja berbicara, menanyakan masalah mahar yang mereka sebut namanya Tuhor. Yaitu jumlah uang yang diberikan pihak mempelai laki-laki kepada pihak mempelai perempuan. Ayah hanya minta lima puluh juta, yang langsung disetujui oleh perwakilan keluarga Bang Raja. "Karena masih ada kakaknya di sini yang belum menikah, kami akan memberikan sebagai uang pengganti malu, atau istilahnya uang langkah, berapa kira-kira minta uang langkahnya." kata perwakilan keluarga