Seorang pemuda tengah duduk disamping wanita di atas pelaminan. Reza, pemuda itu terlihat tegang dan gugup begitu pun Nia wanita yang berada disampingnya. Bagaimana tidak, dalam waktu satu hari merka tiba-tiba harus menikah dengan orang yang tak meraka kenal dengan baik. Baik Reza maupun Nia mereka tidak mengenal satu sama lain dengan dekat.
Reza cuma mengenal Nia seorang putri dari orang kaya pemilik rumah di komplek yang ia jaga, dan Nia pun hanya tahu jika Reza adalah satpam komplek yang dikenal baik pada semua orang. Selebihnya meraka tidak tahu apa-apa soal keperibadian masing-masing. Dan sekarang mereka harus duduk bersanding dipelaminan. Meraka terpaksa menikah kare dipaksa oleh kelurga Nia terutama Pak Dewangga ayahnya Nia. Sebleumnya Pak Dewangga mempersiapkan acara pernikahan ini untuk Nia dengan Ardi pacarnya Nia, Tapi sehari sebelum acara H tersebut Nia memutuskan untuk tidak menikah dengan Ardi karena Ardi ketahuan sedang berselingkuh dengan Anita adik tirinya Nia, dan yang lebih parah lagi Anita mengaku hamil oleh Ardi, maka dari itu Nia memutuskan untuk tidak menikah dengan Ardi walaupun hari H tinggal satu hari lagi. Pak Dewangga pun tak mau rugi dan malu karena persiapan sudah selesai samua dan undangan pun sudah tersebar, maka dari itu Pak Dewangga memaksa Reza untuk menggantikan Ardi sebagai pengantin prianya. Tak sedikit teman Nia yang keceplosan bertanya kenapa Nia bisa berganti pasangan seperti ini. Nia hanya menjawab, itulah misteri jodoh. Waktu untuk berganti pakaian dari kebaya putih menjadi gaun pun tiba. Dan saat di ruangan untuk berganti pakaian itu, Reza mendengan Anita sempat mencibir Nia. "Kamu memang pantas berdampingan dengan si Reza itu, Nia. Kalian lebih sederajat," ucap Anita dengan tawa mengejek. Nia pun tersenyum manis sambil mendekat pada Anita. "Kamu juga cocok dengan Ardi. Kalian sama-sama murahan,” balas Nia dengan tenang. Mata Anita sontak membeliak. Dia hendak mendaratkan tamparan di wajah Nia, tetapi Nia dengan sigap menahannya. "Berani kamu menamparku, maka akan kurobek mulutmu," ancamku membalas tatapan tajamnya. "Dasar wanita bar-bar. Kamu memang pantas hanya mendapatkan satpam komplek yang sama bar-bar dan kampungan," ejek Anita lagi kepada Nia. Reza Cuma bisa memejamkan matanya dan mengepalkan tangan untuk menahan emosi karena hinaan Anita kepada Nia. Walaupun Reza dipaksa untuk menikahi Nia, sebenarnya mencintai Nia sudah sejak lami, tapi karena dia sadar diri hanya seorang satpam maka dia mengubur dalam-dalam perasaannya kepada Nia, tapi takdir berkata lain. "Nia." Panggil Reza sambil berdiri di pintu, dia sengaja memanggil supaya Nia tidak terus-terusan dihina oleh adik tirinya. Nia pun menoleh ke arah Reza. "Ayo, kita sudah ditunggu didepan untuk menyambut para tamu undangan" sambung Reza sambil mengulurkan tangan. Nia pun menganggukan kepalanya sambil menyambut uluran tangan Reza. Saat Nia sampai di ambang pintu, Nia melihat Ardi berdiri disana. Ardi menatap Nia nanar. Seperti sedang menyesali semua yang telah terjadi. tapi Nia tidak menggubrisnya sama sekali malah Nia dengan sengaja melingkarkan tangan di lengan kekar milik Reza, lelaki yang beberapa saat lalu mengucapkan ijab kabul di depan semua orang atas namanya. Kemudian mereka berdua melewati Ardi yang terus-terusan melihat ke arah Nia. "Nia,” tegur Ardi dengan suara yang parau. Namun Nia dan Reza terus melangkah tanpa menghiraukan teguran Ardi. "Nia, aku cinta sama kamu." kalimat Ardi berhasil membuat langkah Reza terhenti dan melirik kepada Nia. Nia pun berbalik dan rasanya begitu beruntung bagi Nia bisa melihat Ardi sekaligus Anita yang juga sudah keluar dari ruangan yang tadi dipakai untuk berganti pakaian dibantu oleh tim perias yang sudah kembali ke depan. Nia pun mengurai senyum sinis pada Ardi. "Apa barusan kamu mendengarnya, Anita?” tanya nia kepada Anita balas mencibir. Anita yang sedari tadi berdiri melongo lalu melangkah cepat dan mendaratkan tamparan berkali-kali di pipi Ardi. "Jadi kamu masih mencintai si Nia itu, hah? Kenapa kalau kita sedang berdua, kamu bilang kalau kamu hanya cinta sama aku?” cecar Anita dengan air mata yang mulai menetes. "Itu karena saat itu dia sedang menginginkan tubuhmu, Anita." Nia menimpali lalu mengajak Reza untuk segera pergi dari sana. Anitapun menjerit mengamuk memukuli Ardi. . . . Sore hari mereka semua kembali ke rumah Pak Dewangga. Anita dan Ardi sampai lebih dulu di kediman Pak Dewangga, menyusul Nia dan Arya yang masih kaku untuk mengobrol. Saat Reza membuka pintu untuk Nia, mereka berdua melihat Anita yang sudah berganti pakaian dengan gaun yang seksi. Tentu nereka merasa malu dengan kelakuan Anita terutama Nia, sebab di rumah itu bukan cuma ada mereka berdua tapi masih ada orang lain seperti Nia dan Reza. Nia pun melengos saat melihat Anita seperti yang sengaja bermanja-manja pada Ardi. Dia duduk di atas pangkuan Ardi sambil tangannya merambat ke sana sini. Dia juga sengaja mencium pipi Ardi dan mengambil tangan Ardi dan melingkarkannya di pinggang. "Ayolah, Mas. Aku udah nggak tahan, nih." Rengek Anita dengan desahan yang dibuat-buat untuk memanas-manasi Nia. "Aku pastikan kalau kamu adalah laki-laki paling hebat di ranjang, Mas. ayo, kita lanjut di kamar, yuk. kalau di sini nanti ada yang denger aku mendesah karena permainan kamu,” ajak Anita dengan suara mendayu manja. Nia pun melengos dan Reza menarik tangan Nia untuk menjauh dari sana sambil berkata “Buat apa melihat orang bermesraan. Kalau kamu mau, kita juga bisa melakukannya sekarang juga,". Ucapan Reza pun membuat Nia melotot seketika. "Kamu jangan macam-macam ya !" desis Nia pada Reza dengan suara pelan.Reza pun melepaskan tangannya setelah berada jauh dari pandangan dua orang yang tengah bermesraan di ruang TV itu."Maaf, Mbak Nia, saya cuma berpura-pura di depan mereka. Agar Mbak tak lagi diremehkan sama Mbak Anita. Biar dia melihat kalau bukan hanya dia yang bisa diperlakukan baok oleh siaminya, tapi Mbak Nia juga akan mendapatkan perlakuan baik dari saya sebagai suami Mbak," Ucap Reza dengan nada yang begitu sopan. Reza bahkan kembali menyebut Nia dengan sebuatn Mbak. Seperti setiap kali dia bertemu dengan Nia saat Nia mau berangkat kerja. Reza akan tersenyum dengan sopan sambil berkata, “Hati-hati di jalan, Mbak."Dari kata-kata Reza barusan, sepertinya Reza menganggap pernikahan ini betulan. Nia pun segera meluruskan semua ini agar Reza tidak berharap banyak.“Dengar, Reza. Kamu jangan salah paham dulu. Saya menerima pernikahan ini, bukan berarti saya memang menginginkannya. Sorry, kalau aku harus sejujur ini." Ucap Nia.Reza pun terdiam menatap Nia. Dan Nia merasa tidak nyama
. . .Saat pagi hari Reza sudah bangun, dia pun melihat kearah ranjang dimana Nia terlihat masih tertidur pulas. Dia pun bergegas kekamar mandi kemudian setelahnya dia pergi keluar. Tapi sat tiba di ruang makan, tiba-tiba terdengar suara Tante Desi memanggil."Reza kebetulan sekali kamu sudah bangun" ucao Tanten Desi kepada Reza"Iya bu, ada apa?" Tanya Reza sambil menghentikan langkahnya yang hendak keluar rumah."Air galon habis, tolong kamu belikan dan ini uangya" suruh Tanten Desi pada Reza sambil menjatuh uangbkertas itu. Reza pun terlihat kaget dengan perlakuan Tanti Desi, sampai dia tak bisa berucap sepatah kata pun."Uhp maaf uang nya jatuh Reza, tolong kamu ambil uangnya, kan kamu sudag terbiasa memungut uang dibawah" ucap Tante Desi lagi."Baik bu" jawab Reza sambil mengambil uang yang sengaj di jatuh kan oleh Tante Desi, lalu Reza pun berangka ke toko untuk membeli galon.Tak lama kemudia Reza kembali masuk ke rumah dengan membawa galon dipundaknya, dan terdengar lagi suara
Tante Desi menangis tersedu. "Iya, Nia. Tante minta maaf, karena sudah bersikap tidak baik sama Bu Rini. Tapi, kamu juga jangan bersikap seperti itu sama Tante," katanya sambil terisak."Ada apa ini? kamu kenapa duduk di lantai seperti itu?" Suara Pak Dewangga terdengar lantang. “Oh, jadi wanita ular ini sedang melakukan sandiwara di depan Ayah.” Gumam Nia"Aku memang salah, Mas, karena telah meminta bantuan Bu Rini untuk membuatkan nasi goreng untuk sarapan. Tapi aku tidak menyangka jika Nia akan sampai semarah itu sama aku." Rengek Tante Desi"Memangnya apa yang diperbuat Nia sampai kamu terjungkal begitu?" sela Pak Dewangga."Dia mendorongku, Mas. Ya, mungkin karena Nia terlalu emosi karena aku berbuat semena-mena pada Bu Rini. Tapi, niatku hanya agar Bu Rini bisa membaur sama kita dan menganggap rumah ini rumahnya sendiri. Tapi ternyata niat baikku itu disalah artikan oleh Nia. Dia mengira kalau aku sedang menyuruhnya seperti pada pembantu," Jawab Tante Desi yang membuat Niat emos
Nia membereskan pakaian dan barang-barang yang bisa dia bawa ke kontrakan yang akan dia dan Reza tempati, entah untuk sementara atau selamanya."Nia, saya minta maaf karena harus mengajak kamu keluar dari rumah ini," ucap Reza yang ikut membantu menyusun pakaian dan barang yang ingin dibawa mereka.“Saya sadar jika saya belum bisa memberikan kehidupan yang layak buat kamu. Tapi saya akan berusaha sebaik-baiknya." Sambung Reza.Nia pun tersenyum miris. "Aku mungkin memang lebih baik pergi dari rumah ini secepatnya, agar tidak pernah lagi melihat kebusukan mereka,” jawab Nia pelan.“Oh, iya. Aku justru yang minta maaf sama kamu, karena Tante Desi sudah mmeperlakukan ibumu dengan buruk. Dia memang nggak punya otak." Sambung Nia.Reza pun mengulas senyum."Tidak apa-apa. ibu orangnya tulus. Dia tidak akan mendendam." Jawab Reza.Nia melanjutkan perkataannya "Aku tetap tidak enak. Ini adalah saat pertama dia bertemu dengan keluargaku, tapi Tante Desi malah berbuat seperti itu.""Tidak usa
Malam menjelang, Bu Rini tidur lebih dulu dari pada sepasang pengantin baru itu di ruang tamu yang kecil itu. Dia tadi melaksanakan sholat di sana, lalu tak lama dia telah tidur meringkuk dengan mukenanya.Nia duduk di atas kasur sambil melihat-lihat beranda sosial medianya, sedangkan Reza mondar-mandir seperti yang bingung. Nia pun mengerti, jika Reza pasti sedang tak enak untuk tidur di ruang tamu karena ada ibunya di sana. Lalu, dia juga sepertinya tak mau melanggar perjanjian mereka yang tidak akan tidur satu ranjang.Mau bagaimana lagi, Nia juga merasa bingung. Dia pura-pura tidak mengerti. Biar Reza saja yang cari sendiri jalan keluarnya.“Kamu ngapain mondar-mandir di situ?" Tanya Bu Rini kepada Reza. Saat bu Rini terbangun dari tidurnya."Bu, Ibu tidur di atas kasur saja sama Nia. Biar aku tidur di situ," jawab Reza."Nggak usah. Biar Ibu yang tidur di sini. Kamu cepet tidur sana. Neng Nia pasti nungguin,” balas Bu Rini lagi.Reza pun hanya bisa menganggukan kepala menanggapi
Saat Reza tiba di pos jaganya, dia melihat rekan kerjanya yang sudah siap-siap untuk pulang, Rezapun bergegas menghampiri rekannya.“Maaf Gas saya terlambat, barusan ada kendala dijalan” ucap Reza kepada Bagas temas kerjanya.“iya gak apa-apa, saya langsung pulang aja yah Za” jawab Bagas“Ok.” sahut Reza sambil masuh ke Pos jaga.Tidak lama setelah Reza masuk ke Pos jaga nya, Dia melihat mobil yang tak asing baginya berhenti di depan Pos jaga kemudian Ardi keluar dari mobilnya sambil menengteng kantong plastik, dan berjalan masuk ke pos jaga."Hei, pagi," sapa Ardi dengan nada yang sombong pada Reza."Selamat pagi, Mas," jawab Reza sambil mengangguk sopan."Ini makanan buat elu" Ardi memberikan sebungkus gorengan pada Reza. Lelaki itu pun dengan sopan menerimanya. Lalu, Ardi duduk di atas meja yang ada di dalam pos jaga."Rasanya gue sedang mengenang masa-masa apel sama Nia, dulu. gue antar jemput dia, melalui jalan ini dan gue selalu ngasih elu makanan. Lalu sekarang, malah elu yang
. . .“Dasar wanita m15k1n, kenapa kamu masih berada di rumah ini?” ucap seorang wanita dengan nada angkuh dan sombong kepada Rini“Emangnya kenapa bu, kanaku istrinya Mas Wisnu menatu ibu, dan aku juhga lagi hamil cucu ibu” jawab Rini sambil menangis“Aku tak sudi punya cucu dari menantu yang m15k1n dan kampungan seperti kamu” ucap bu Lasmi wanita yang menjadi mertua Rini itu dengan sinis.“Seandainya dulu kamu tidak datang menggoda Wisnu, pasti sekarang Wisnu sudah menikah dengan wanita yang telaha kupilih, wanita yang pantas mendampingi wisnu dan sederajat sama Wisnu, wanita dari keluarga kaya yang terhormat bukan sama wanita m15k1n kampungan seperti kamu.” Sambung bu Lasmi lagi.“Tapi bu aku tak pernah menggoda Mas Wisnu seperti …..”“Diam Kamu” Bentak bu Lasmi yang memotong ucapan Rini.“Aku tak mau mendengar apapun dari mulut mu. Dan kamu harus ingat bahwa aku tidak akan berhenti membuat hidupmu menderita dan terhina selama kamu masih berada di rumah ini dan masih bersama Wisnu.
Selesai makan, Nia berganti pakaian dan siap mengantarkan makan siang untuk Reza. Dari rumah kontrakan yang baru ke komplek itu lumayan cukup jauh, Dan itu harus dilalui dengan berjalan kaki, karena mobil sudah dikembalikan ke rumah Pak Dewangga. Nia tak membawanya karena tak ada lahan untuk parkir.. . . Disiang hari yang lumayan panas saat Reza sedang duduk di depan Pos satpam sambil mengibas-ngibaskan topinya untuk mengusir rasa gerah, dia melebarkan mataya saat melihat wanita yang telah menjadi istrinya itu datang ke Pos jaga dengan menenteng kantong."Mau ke mana, Nia?" tanyanya sembari menghampiri istrinya itu."Mau ke sini, lah,” jawab Nia sambil tersenyum “Aku bawain makan siang buat kamu.” Sambug Nia sambil mengangkat kantong kotak makan berisi nasi dan sayur sop."Wah, terima kasih. Padahal kamu nggak usah repot-repot nganterin makan. Saya masih ada makanan, tadi ada yang ngasih gorengan," ujar Reza, sambil menggiring sang istri masuk ke dalam pos satpam."Ibu bilang, kamu