Share

bab 6

Malam menjelang, Bu Rini tidur lebih dulu dari pada sepasang pengantin baru itu di ruang tamu yang kecil itu. Dia tadi melaksanakan sholat di sana, lalu tak lama dia telah tidur meringkuk dengan mukenanya.

Nia duduk di atas kasur sambil melihat-lihat beranda sosial medianya, sedangkan Reza mondar-mandir seperti yang bingung. Nia pun mengerti, jika Reza pasti sedang tak enak untuk tidur di ruang tamu karena ada ibunya di sana. Lalu, dia juga sepertinya tak mau melanggar perjanjian mereka yang tidak akan tidur satu ranjang.

Mau bagaimana lagi, Nia juga merasa bingung. Dia pura-pura tidak mengerti. Biar Reza saja yang cari sendiri jalan keluarnya.

“Kamu ngapain mondar-mandir di situ?" Tanya Bu Rini kepada Reza. Saat bu Rini terbangun dari tidurnya.

"Bu, Ibu tidur di atas kasur saja sama Nia. Biar aku tidur di situ," jawab Reza.

"Nggak usah. Biar Ibu yang tidur di sini. Kamu cepet tidur sana. Neng Nia pasti nungguin,” balas Bu Rini lagi.

Reza pun hanya bisa menganggukan kepala menanggapi ucapan ibunya.

Tak lama kemudian Reza memberanikan diri masuk ke kamar sempit yang ada dikontrakan itu, lalu duduk di pinggiran ranjang yang juga kecil, sebab tidak pilihan lain lagi.

“Saya minta maaf, jika saya harus tidur di sini.” Ucap Reza pelan.

Nia pun langsung melotot mendengar ucapannya.

“Mmh, saya berjanji, kalau saya tidak akan berbuat apa-apa. Saya akan langsung tidur. Lagi pula, besok pagi saya harus kerja,” sambung Reza masih dengan suaranya yang dipelankan dan terdengar memohon kepada Nia.

"Janji?" Tanya Nia sambil mengacungkan jari kelingking dan Reza pun langsung menganggung.

"Baiklah. Tapi kamu harus langsung tidur, jangan macam-macam,” sambung Nia dengan suara yang sedikit mengancam Reza.

Reza pun kembali mengangguk lalu naik ke tempat tidur dengan wajah yang kikuk.

Nia pun menggeser tubuhnya mepet ke dinding. Reza tidur miring dengan memunggungi Nia, lalu tak lama setelah itu terdengar dengkuran halus dari mulut Reza.

Dan saat tengah malam tiba Reza merasa kegerahan. dengan tidak sadar dia membuka kaos oblongnya sambil berbaring dan memperlihatkan otot-ototnya yang terbentuk dengan sangat baik.

Nia yang masih belum bisa tidurpun melongo seketika saat melihat otot-otot Reza yang terbentuk sangat baik itu. Memang bukan kali pertama dia melihatnya, tapi kali ini dengan jarak yang begitu dekat dia melihatnya. Edan. Ardi saja tak sebagus ini badannya. Pikir Nia.

Sesaat kemudian Nia menoyor kepalanya sendiri untuk membuyarkan pikiran-pikiran kotor dalam otaknya lalu diapun gegas memalingkan mukanya. Jika tidak, nanti bisa-bisa dia yang menerkam Reza pikirnya.

. .

Seminggu kemudian, Reza berhasil mendapatkan sebuah rumah untuk disewa. Mereka pun pindah ke sana agar lebih leluasa. Nia bisa bernapas lega karena kini kamarnya tidak sempit lagi. Bu Rini juga sudah punya kamar sendiri. Reza tidak akan merasa tidak enak hati karena harus tidur di kamar, karena dia bisa tidur di ruang tamu.

Namun, ada yang tidak mereka sadari dengan tinggal bersama Bu Rini. Karena mereka berdua justru harus tetap tidur sekamar agar Bu Rini tak curiga jika pernikahan yang mereka jalani hanya sementara sampai mereka menemukan pasangan masing-masing suatu saat nanti.

Bu Rini juga mulai mengajarkan Nia memasak. Karena Bu Rini sangat baik kepada Nia, Nia pun menikmatinya.

"Waduh, Neng, ternyata garemnya habis. Ibu bisa minta tolong belikan ke warung? Biar ibu lanjut masak," pinta Bu Rini dengan nada yang sopan. Nia pun tak keberatan dan langsung berangkat ke warung lagi pula jarak warung itu tidak jauh dari kontrakan baru.

Di depan kontrakan Reza sudah terlihat rapi dan gagah dengan seragam putihnya siap untuk berangkat kerja, tapi saat hendak berpamitan kepada ibu dan istrinya dia melihat Nia yang keluar dari kontrakan.

"Nia, mau kemana ?" Tanya Reza

"Aku mau beli garem kewarung di suruh ibu" jawab Nia "kamu udah mau berang kerja?" Sambung Nia.

"Iya, kamu bareng aku aja ke warung nya lagian jalan kewarungnya searah dengan tempat aku kerja" ajak Reza

"Gak usah Reza aku mau jalan kaki aja itung olah raga" tolak Nia pada Reza sambil tersenyum.

"Oh iya, kalau gitu aku mau pamit dulu sama ibu dan langsung berangkat" ucap Reza lagi

"Oke. Aku duluan yah" ucap Nia sambil jalan

Reza pun langsung masuk ke kontrakan untuk pamit kepada ibunya dan langsung berangkat ke komplek tempat ia berjaga dengan motor tua nya.

Saat di dijalan Reza melihat Nia yang berbicara dengan Ardi sang mantan pacarnyaq, Reza pun langsung menghentikan motornya dan hendak turun, tapi tiba-tiba . . .

Plak.

Suara tamparan terdengar dan Reza melihat Nia yang emosi menampar Ardi.

"Jaga ucapan mun Ardi" ucap Nia dengan sedikit berteriak.

"Aku justru bodoh jika masih menerimamu jadi suamiku, Bajingan! Walaupun dia miskin, tapi setidaknya Reza masih punya hati dan harga diri. Dia juga bukan tukang selingkuh seperti kamu. Dia jauh lebih baik dari kamu,” sambung Nia dengan tatapan nyalang, lalu Nia pun pergi, tapi saat Nia berjalan dia terlihat kaget sebab dia melihat Reza yang berada disana, Nia pun menghampiri Reza yang berdiri di pinggir jalan

"kamu dari tadi berdiri disini? Tanya Nia pada Reza.

"Gak, baru saja" jawab Reza "bukan kah itu mantan kamu Nia?" Lanjut Reza bertanya.

"Iya dia Ardi si tukang selingku" jawab Nia sambil melirik ke arah Ardi

"Ada apa? Apa dia gangguin kamu?" Tanya Reza lagi.

"Gak" jawab Nia singkat.

"Aku langsung ke kontrakan aja yah, sebab ibu nungguin garemnya takut masakannya keburu mateng, Kamu lanjut berangkat kerja aja takut nanti telat" lanjut Nia lagi sambil melangkah pergi ke kontrakan.

Reza pun hanya bisa menganggukan kepala nya dan langsung berangkat ke tempat kerjanya karena sudah terlambat

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status