Nia terkaget mendengar pemaparan dari ayahnya barusan. Sampai dia berdiri dari tempat duduk dan menatap heran kepada sang Ayah."Nggak Ayah. Aku nggak akan bercerai dari Reza sapai kapanpun, kecuali Reza sendiri yang menceraikan aku." Jawab Nia tegas kepada sang Ayah."Tapi Nia....""Nggak!" Potong Nia. " Walaupun Reza hanya seorang satpam, tapi dia baik, setia dan selalu menjaga aku. Dan aku sudah mulai mencintainya." Lanjutnya."Cinta dan baik aja nggak cukup Nia!" Ujar Dewangga lagi sambil dia berdiri."Maaf Ayah. Kedatangan aku kesini hanya untuk berpamitan kepada ayah, bukan untuk meminta pendapat tentang rumah tangga aku. Jadi sekarang aku pamit Ayah. Permisi." Ujar Nia yang merasa kecewa kepada Dewangga. Lalu dia pun pergi dari rumah sang ayah untuk kembali kekontrakannya."Nia!" Terika Dewangga, yang tak dihirauan oleh Nia. Dia pun hendak mengejar putrinya itu. Tapi Desi menahannya."Sudahlah Pa, jangan kamu paksa putrimu untuk bercerai dari suaminya. Dia terlihat sangat menci
"Hiiyaa!" Tiba-tiba Dion mempraktekan jurus yang sudah diajarkan Reza padanya.Dug!"Wow." Reza tertawa dengan tubuh terhuyung. "Sudah hebat sekarang, ya?"Dion pun ikut tertawa. Dia kemudian menyerang Reza lagi dengan jurus yang sudah dipelajarinya. Kali ini Reza bisa dengan mudah menghindar karena sudah waspada. Lalu, dia mulai memasang kuda-kuda dan bersiap menerima serangan."Hiyaaa!" Dion kembali menyerang dengan kekuatan penuh. Reza menerima serangan itu dan menunjukan bagaimana cara untuk melumpuhkan lawannya.Sukses. Dion bisa dilumpuhkan dengan beberapa gerakan tanpa menyakitinya."Om Reza memang keren!" Dion mengacungkan jempolnya. Dia kemudian kembali menyerang Reza dengan jurus-jurus yang lain."Hyaaa!" Dion menyarangkan tendangan dengan kekuatan penuh. Kali ini Reza memiringkan tubuhnya untuk menghindar, hingga tendangan Dion hanya mengenai angin.Namun, bukan hanya itu. Kaki anak itu mengenai kursi besi yang biasa dipakai untuk bersantai di pinggir lapangan.Reza tersent
Seorang pemuda tengah duduk disamping wanita di atas pelaminan. Reza, pemuda itu terlihat tegang dan gugup begitu pun Nia wanita yang berada disampingnya. Bagaimana tidak, dalam waktu satu hari merka tiba-tiba harus menikah dengan orang yang tak meraka kenal dengan baik. Baik Reza maupun Nia mereka tidak mengenal satu sama lain dengan dekat. Reza cuma mengenal Nia seorang putri dari orang kaya pemilik rumah di komplek yang ia jaga, dan Nia pun hanya tahu jika Reza adalah satpam komplek yang dikenal baik pada semua orang. Selebihnya meraka tidak tahu apa-apa soal keperibadian masing-masing. Dan sekarang mereka harus duduk bersanding dipelaminan. Meraka terpaksa menikah kare dipaksa oleh kelurga Nia terutama Pak Dewangga ayahnya Nia. Sebleumnya Pak Dewangga mempersiapkan acara pernikahan ini untuk Nia dengan Ardi pacarnya Nia, Tapi sehari sebelum acara H tersebut Nia memutuskan untuk tidak menikah dengan Ardi karena Ardi ketahuan sedang berselingkuh dengan Anita adik tirinya Nia, dan
Reza pun melepaskan tangannya setelah berada jauh dari pandangan dua orang yang tengah bermesraan di ruang TV itu."Maaf, Mbak Nia, saya cuma berpura-pura di depan mereka. Agar Mbak tak lagi diremehkan sama Mbak Anita. Biar dia melihat kalau bukan hanya dia yang bisa diperlakukan baok oleh siaminya, tapi Mbak Nia juga akan mendapatkan perlakuan baik dari saya sebagai suami Mbak," Ucap Reza dengan nada yang begitu sopan. Reza bahkan kembali menyebut Nia dengan sebuatn Mbak. Seperti setiap kali dia bertemu dengan Nia saat Nia mau berangkat kerja. Reza akan tersenyum dengan sopan sambil berkata, “Hati-hati di jalan, Mbak."Dari kata-kata Reza barusan, sepertinya Reza menganggap pernikahan ini betulan. Nia pun segera meluruskan semua ini agar Reza tidak berharap banyak.“Dengar, Reza. Kamu jangan salah paham dulu. Saya menerima pernikahan ini, bukan berarti saya memang menginginkannya. Sorry, kalau aku harus sejujur ini." Ucap Nia.Reza pun terdiam menatap Nia. Dan Nia merasa tidak nyama
. . .Saat pagi hari Reza sudah bangun, dia pun melihat kearah ranjang dimana Nia terlihat masih tertidur pulas. Dia pun bergegas kekamar mandi kemudian setelahnya dia pergi keluar. Tapi sat tiba di ruang makan, tiba-tiba terdengar suara Tante Desi memanggil."Reza kebetulan sekali kamu sudah bangun" ucao Tanten Desi kepada Reza"Iya bu, ada apa?" Tanya Reza sambil menghentikan langkahnya yang hendak keluar rumah."Air galon habis, tolong kamu belikan dan ini uangya" suruh Tanten Desi pada Reza sambil menjatuh uangbkertas itu. Reza pun terlihat kaget dengan perlakuan Tanti Desi, sampai dia tak bisa berucap sepatah kata pun."Uhp maaf uang nya jatuh Reza, tolong kamu ambil uangnya, kan kamu sudag terbiasa memungut uang dibawah" ucap Tante Desi lagi."Baik bu" jawab Reza sambil mengambil uang yang sengaj di jatuh kan oleh Tante Desi, lalu Reza pun berangka ke toko untuk membeli galon.Tak lama kemudia Reza kembali masuk ke rumah dengan membawa galon dipundaknya, dan terdengar lagi suara
Tante Desi menangis tersedu. "Iya, Nia. Tante minta maaf, karena sudah bersikap tidak baik sama Bu Rini. Tapi, kamu juga jangan bersikap seperti itu sama Tante," katanya sambil terisak."Ada apa ini? kamu kenapa duduk di lantai seperti itu?" Suara Pak Dewangga terdengar lantang. “Oh, jadi wanita ular ini sedang melakukan sandiwara di depan Ayah.” Gumam Nia"Aku memang salah, Mas, karena telah meminta bantuan Bu Rini untuk membuatkan nasi goreng untuk sarapan. Tapi aku tidak menyangka jika Nia akan sampai semarah itu sama aku." Rengek Tante Desi"Memangnya apa yang diperbuat Nia sampai kamu terjungkal begitu?" sela Pak Dewangga."Dia mendorongku, Mas. Ya, mungkin karena Nia terlalu emosi karena aku berbuat semena-mena pada Bu Rini. Tapi, niatku hanya agar Bu Rini bisa membaur sama kita dan menganggap rumah ini rumahnya sendiri. Tapi ternyata niat baikku itu disalah artikan oleh Nia. Dia mengira kalau aku sedang menyuruhnya seperti pada pembantu," Jawab Tante Desi yang membuat Niat emos
Nia membereskan pakaian dan barang-barang yang bisa dia bawa ke kontrakan yang akan dia dan Reza tempati, entah untuk sementara atau selamanya."Nia, saya minta maaf karena harus mengajak kamu keluar dari rumah ini," ucap Reza yang ikut membantu menyusun pakaian dan barang yang ingin dibawa mereka.“Saya sadar jika saya belum bisa memberikan kehidupan yang layak buat kamu. Tapi saya akan berusaha sebaik-baiknya." Sambung Reza.Nia pun tersenyum miris. "Aku mungkin memang lebih baik pergi dari rumah ini secepatnya, agar tidak pernah lagi melihat kebusukan mereka,” jawab Nia pelan.“Oh, iya. Aku justru yang minta maaf sama kamu, karena Tante Desi sudah mmeperlakukan ibumu dengan buruk. Dia memang nggak punya otak." Sambung Nia.Reza pun mengulas senyum."Tidak apa-apa. ibu orangnya tulus. Dia tidak akan mendendam." Jawab Reza.Nia melanjutkan perkataannya "Aku tetap tidak enak. Ini adalah saat pertama dia bertemu dengan keluargaku, tapi Tante Desi malah berbuat seperti itu.""Tidak usa
Malam menjelang, Bu Rini tidur lebih dulu dari pada sepasang pengantin baru itu di ruang tamu yang kecil itu. Dia tadi melaksanakan sholat di sana, lalu tak lama dia telah tidur meringkuk dengan mukenanya.Nia duduk di atas kasur sambil melihat-lihat beranda sosial medianya, sedangkan Reza mondar-mandir seperti yang bingung. Nia pun mengerti, jika Reza pasti sedang tak enak untuk tidur di ruang tamu karena ada ibunya di sana. Lalu, dia juga sepertinya tak mau melanggar perjanjian mereka yang tidak akan tidur satu ranjang.Mau bagaimana lagi, Nia juga merasa bingung. Dia pura-pura tidak mengerti. Biar Reza saja yang cari sendiri jalan keluarnya.“Kamu ngapain mondar-mandir di situ?" Tanya Bu Rini kepada Reza. Saat bu Rini terbangun dari tidurnya."Bu, Ibu tidur di atas kasur saja sama Nia. Biar aku tidur di situ," jawab Reza."Nggak usah. Biar Ibu yang tidur di sini. Kamu cepet tidur sana. Neng Nia pasti nungguin,” balas Bu Rini lagi.Reza pun hanya bisa menganggukan kepala menanggapi
"Hiiyaa!" Tiba-tiba Dion mempraktekan jurus yang sudah diajarkan Reza padanya.Dug!"Wow." Reza tertawa dengan tubuh terhuyung. "Sudah hebat sekarang, ya?"Dion pun ikut tertawa. Dia kemudian menyerang Reza lagi dengan jurus yang sudah dipelajarinya. Kali ini Reza bisa dengan mudah menghindar karena sudah waspada. Lalu, dia mulai memasang kuda-kuda dan bersiap menerima serangan."Hiyaaa!" Dion kembali menyerang dengan kekuatan penuh. Reza menerima serangan itu dan menunjukan bagaimana cara untuk melumpuhkan lawannya.Sukses. Dion bisa dilumpuhkan dengan beberapa gerakan tanpa menyakitinya."Om Reza memang keren!" Dion mengacungkan jempolnya. Dia kemudian kembali menyerang Reza dengan jurus-jurus yang lain."Hyaaa!" Dion menyarangkan tendangan dengan kekuatan penuh. Kali ini Reza memiringkan tubuhnya untuk menghindar, hingga tendangan Dion hanya mengenai angin.Namun, bukan hanya itu. Kaki anak itu mengenai kursi besi yang biasa dipakai untuk bersantai di pinggir lapangan.Reza tersent
Nia terkaget mendengar pemaparan dari ayahnya barusan. Sampai dia berdiri dari tempat duduk dan menatap heran kepada sang Ayah."Nggak Ayah. Aku nggak akan bercerai dari Reza sapai kapanpun, kecuali Reza sendiri yang menceraikan aku." Jawab Nia tegas kepada sang Ayah."Tapi Nia....""Nggak!" Potong Nia. " Walaupun Reza hanya seorang satpam, tapi dia baik, setia dan selalu menjaga aku. Dan aku sudah mulai mencintainya." Lanjutnya."Cinta dan baik aja nggak cukup Nia!" Ujar Dewangga lagi sambil dia berdiri."Maaf Ayah. Kedatangan aku kesini hanya untuk berpamitan kepada ayah, bukan untuk meminta pendapat tentang rumah tangga aku. Jadi sekarang aku pamit Ayah. Permisi." Ujar Nia yang merasa kecewa kepada Dewangga. Lalu dia pun pergi dari rumah sang ayah untuk kembali kekontrakannya."Nia!" Terika Dewangga, yang tak dihirauan oleh Nia. Dia pun hendak mengejar putrinya itu. Tapi Desi menahannya."Sudahlah Pa, jangan kamu paksa putrimu untuk bercerai dari suaminya. Dia terlihat sangat menci
Seperti permintaan Anita sebelumnya, dia pulang ke rumah Dewangga. Desi tampak semringah saat tahu jika sang putri memilih pulang ke rumahnya. Dia menyangka jika Anita kembali ke sana, maka Ardi pun akan ikut kembali ke rumah itu.Akan sangat menyenangkan bisa serumah lagi dengan sang menantu idaman, yang selalu membuat dirinya selalu terpuaskan.Namun, Desi merasa heran karena saat malam tiba, lelaki itu tak pulang ke rumah mereka. Ardi lebih memilih untuk pulang ke rumahnya."Kamu kenapa nggak nyuruh dia pulang ke sini, sih?” Desi tampak geram. Anita hanya tersenyum sinis."Kenapa memangnya? Mama kangen bercinta sama dia?" sindir Anita dengan senyum mencibir."Sstt, jaga ucapanmu. Ada Papamu di rumah. Jangan sampai dia mendengarnya." Mata Desi melotot marah."Yang harusnya dijaga tuh, kelakuan Mama. Udah tua masih aja kelakuan kaya ABG. Insyaf, Ma. Inget kalau Mama tuh, udah bau tanah.” Anita mulai berani melawan."Lancang kamu!” Desi meraih dagu sang putri dan menekannya dengan ker
Wajah Reza tampak bingung, antara ingin tertawa dan bingung dengan sikap Nia yang seperti ini. "Apa buktinya?" akhirnya kalimat itu yang keluar dari mulut lelaki itu."Aku melihat kalian pergi berdua, lalu berpelukan di tempat parkir restoran," ungkap Nia keceplosan.Reza lantas terbahak mendengarnya. “Hanya karena itu kau menuduhku selingkuh?" tanya Reza yang mulai merasa senang karena sepertinya Nia cemburu."Kau cemburu?” Reza semakin mendekat dan memojokan Nia yang kini berdiri membelakangi meja makan."A-apa maksudmu? Aku nggak mungkin cemburu. Jangan pikir yang aneh-aneh, deh.” Nia tampak gugup, karena kini jarak Reza dan dia hanya tinggal sejengkal saja. Tatapan Reza menghujam ke maniknya yang indah."Benarkah?" Reza mengangkat sebelah alisnya."Bagaimana kalau aku bilang jika aku cemburu melihatmu dengan lelaki lain? Apa kamu akan peduli dengan perasaanku?" tanya Reza.Nia kembali membuang muka. "Jika yang kamu maksud adalah Pak Riki, dia bukan siapa-siapa. Dia hanya atasan ba
Sintia sesekali mencuri pandang dan menyungging senyum kala melihat Reza makan dengan begitu lahapnya. Pikiran kotornya melanglang buana ke mana-mana. Dada bidang itu, pasti akan nyaman jika bersandar di sana.Di saat lamunan itu menggelayuti alam bawah sadarnya, datang dua orang yang begitu mesra. Sang lelaki merangkul pinggang wanita di sampingnya. Sang lelaki menghentikan langkahnya saat melihat ada Sintia di sana."Sintia?" sapanya seolah sengaja ingin memamerkan kemesraannya dengan wanita yang dia bawa.Sintia tersentak kaget dan mendongak. Matanya melebar. Senyumnya pun ikut memudar."Wah, ada kemajuan juga rupanya kamu," ucapnya dengan nada menyindir. Tangannya tak sedetik pun lepas dari pinggang wanita yang dibawanya. Matanya melirik sekilas pada Reza yang tak tahu apa-apa."Mas Doni?" ucapnya pelan. Sintia melirik pada wanita bertubuh seksi yang berdiri pongah di samping sang suami. Bibirnya menyungging senyum meremehkan."Ya. Sangat bagus kita bertemu di sini. Apakah kamu ma
“Eeuuh, kamu belum tau kabar burung, rahasia umumnya Bu Sintia sama Pak Doni. Pak Doni itu... doyan maen perempuan di luaran. Sama Bu Sintia itu dijodohin. Pak Doni nggak bisa nolak, karena dia merasa berhutang budi sama Pak Wisnu.""Hutang budi?" Reza mengerutkan keningnya."Iya. Pak Doni itu anak tirinya Pak Wisnu. Katanya sih, saat setelah ibunya Pak Doni meninggal Pak Wisnu baru mengetahuinya bahwa Pak Doni bukan anak kandungnya. Entahlah, apa bener atau nggak. Hidup Pak Doni itu banyak diatur sama Pak Wisnu, termasuk jodoh, karena dia takut kalau Pak Wisnu marah dan membuangnya. Dia nggak cinta sama Bu Sintia, makanya dia cari pelampiasan dengan main cewek di luaran." Ali melanjutkan kembali ceritanya.Reza hanya manggut-manggut, karena sebenarnya dia sudah mengetahui semua ceritanya langsung dari Wisnu sang ayah. Ali kembali bercerita, tetapi ujung mata Reza menangkap kehadiran Nia dari dalam lift yang membawanya turun ke lantai bawah. Dia memperhatikan langkah wanita itu dengan
"Apa ada masalah yang saya perbuat, Bu?" tanya Reza memulai obrolan. Dia sudah tidak sabar ingin mendengar kabar apa yang akan disampaikan oleh Sintia."Oh, no, no. Kamu sama sekali tidak membuat masalah. Kamu justru bagus melatih Dion. Dia sangat cocok sama kamu. Udah beberapa pelatih yang Papi Wisnu rekrut, belum pernah ada yang cocok sama dia."Reza pun manggut-manggut. “Terima kasih, kalau memang Bu Sintia dan Dion suka dengan kerjaan saya.”"Iya, tentu saja. Tapi buka hanya itu saja yang ingin saya bicarakan sama kamu sekarang." Ujar Sintia lagi yang membuat Reza heran dan juga penasaran."Minggu kemarin kamu dipanggil keruangan kerja Papi, dan saya juga melihat Pak Baskara berada disana. Apakah kamu melakuakan kesalahan besar, sehingga Papi memanggil mu dan Pak Baskara?" Tanya Sintia yang penasaran.Reza pun terkejut Sintia menanyakan hal itu. Dia juga bingung harus menjawab apa, dan tak mungkin juga dia memberi tahu yang sebenarnya pada Sintia. Sebab dia sudah berjanji untuk t
"Lalu, selama aku seperti ini, kamu akan melakukannya dengan dia, begitu?" Anita kalap meski tubuhnya lemah."Aku tidak mau, Mas. Aku sudah bosan seperti ini. tolong kembalikan aku ke rumah Mama,” pinta Anita dengan tangis yang tak berhenti.“Baik, aku akan mengantarmu ke rumah mamamu, tapi, kita pikirkan lagi soal perceraian itu. ok?" Ardi melipir keluar dari ruangan itu sambil mengambil pakaiannya yang tercecer."Aku ganti baju dulu ya. Setelah itu nganter kamu ke rumah mamamu," teriak Ardi sambil berlalu meninggalkan Anita yang masih duduk tak berdaya sambil bersandar di pintu kamar Maya.Sementara wanita bertubuh sintal itu seperti tak berdosa, dia memakai helai demi helai pakaiannya di depan Anita.“Maaf, ya, Bu. Ini semua karena Pak Ardi sudah tidak bisa menahan hasratnya. Harusnya Ibu berterima kasih sama saya, karena saya sudah melayani Bapak luar dalam. Saya juga menngurus Bu Nita tiap hari.""Kamu pembantu di sini!” teriak Anita membalas ucapan Maya. “Memang sudah sepantasny
Nia mengangguk dengan sopan. Saat berhadapan dengan Wisnu seperti ini, dia merasa ada yang aneh. Merasa wajah itu sering dia lihat. Tapi entah kapan dan di mana. "Riki dan saya sudah bicara banyak tentang kamu. Sepertinya kamu ini anak buah kesayangannya dia." Wisnu melirik pada Riki dengan nada menyindir jahil. "Tapi, setelah saya lihat track record kamu, sepertinya Riki memang tidak salah. Dia tepat milih kamu sebagai orang yang akan pegang marketing di cabang yang baru. Karena selain cantik, kamu juga pintar." Wisnu terdengar memuji. “Ah, Pak Wisnu bisa aja.” Nia tersipu malu. Wisnu malah tertawa melihatnya. "Oh iya, nanti di sana, kamu nggak tanggung jawab sendirian. Akan ada Doni yang bantu kamu. Dia COO di sana. Sesekali saya juga akan datang ke sana.” Mendengar itu, Riki tampak terperangah. "Ummp, Pak Wisnu... bagaimana kalau saya ikut ditugaskan di sana?” potong Riki seperti yang tidak rela jika Nia akan sering berhubungan dengan Doni. “Tidak, kamu tetap di sini.