Share

Suami tanpa Pilihan
Suami tanpa Pilihan
Penulis: ZEEFANN

Menghilang

Rindu menatap cermin di depannya, bibirnya gemetar. Bayangan gaun pengantin yang seharusnya membuatnya merasa bahagia kini terasa dingin dan tak bernyawa. Dalam keheningan yang menyesakkan, ia mendengar suara ketukan keras di pintu. Napasnya tertahan. Pintu terbuka perlahan, menampakkan sosok pria yang tampak lebih tua dan lelah dari biasanya. Wajahnya begitu serius.

“Rindu, kita harus bicara,” katanya pelan, namun ada nada tegas yang tak biasa. Dia adalah Surya Hadiwijaya, ayah Rindu.

“Ayah, apa yang terjadi?” tanya Rindu, hatinya mulai berdegup tak menentu. Ada ketegangan di udara, sesuatu yang aneh dan tak terduga.

Ayahnya menarik napas panjang, menatapnya dengan pandangan yang sulit ditebak. “Richard… dia tidak datang, Rindu.”

Sejenak, dunia seakan berhenti. Rindu terpaku, merasakan dadanya seolah diremas. “Apa maksud Ayah?” suaranya bergetar, sulit mempercayai apa yang baru saja didengarnya.

“Dia pergi, Rindu. Kami sudah mencari ke mana-mana. Dia… hilang. Tidak ada yang tahu di mana dia.” Suara ayahnya terdengar berat, seolah setiap kata yang keluar mengiris hatinya sendiri.

Rindu merasa lemas, kakinya nyaris tak mampu menahan tubuhnya. “Tidak mungkin… Richard… tidak mungkin dia pergi begitu saja. Kami… kami sudah merencanakan ini. Dia tidak akan meninggalkanku, Ayah.”

Ayahnya menatapnya dengan rasa kasihan yang mendalam. “Aku tahu ini sulit, tapi kita tidak punya banyak waktu. Semua orang sudah menunggu, dan kita harus mengambil keputusan sekarang.”

“Keputusan apa, Ayah? Apa yang bisa kita lakukan kalau Richard tidak ada?” Rindu mulai menangis, suaranya pecah oleh rasa sakit yang menghantamnya dengan keras.

Ayahnya menghela napas panjang sebelum berkata, “Tristand Adhitama, kakaknya, telah menawarkan diri untuk menggantikan Richard.”

Mata Rindu membesar, kaget mendengar nama itu disebut. “Tristand? Aku bahkan tidak mengenalnya! Bagaimana mungkin aku menikah dengan seseorang yang tidak pernah berbicara denganku? Ayah, ini gila!”

“Ini bukan soal apa yang kau inginkan, Rindu,” tegas ayahnya. “Ini soal menyelamatkan nama keluarga kita. Jika pernikahan ini batal, kehormatan kita akan hancur. Kau tahu bagaimana orang-orang di sini berpikir. Richard telah membuat keputusan yang egois, tapi kita harus memulihkan apa yang dia tinggalkan.”

"Ayah pikir Tristand lebih bertanggungjawab dari pada Richard. Dia mengambil alih tanggungjawab Richard demi menyelamatkan nama baik keluarganya. Begitulah cara pria bertanggungjawab" tambah Surya melihat Tristand dari sudut pandangnya.

'Ayah memang benar tapi aku-' sejenak Rindu berpikir tentang ucapan ayahnya, namun ia keberatan jika harus menjadi seperti Tristand yang mengorbakan diri untuk menyelamatkan nama baik keluarganya.

Tentu reputasi keluarga Hadiwijaya akan hancur jika acara pernikahan yang digelar secara mewah itu gagal. Dua keluarga besar sedang punya gawe, pernikahan keduanya bukan hanya mengenai ikatan suami dan istri dua insan namun juga kawinnya dua perusahaan besar yaitu 'Aegis Healt dan BioNexis'. 'Aegis Healt adalah perusahaan yang menguasai sebagian besar rumah sakit dan memiliki rumah sakit sendiri dengan nama yang sama. Ini adalah perusahaan milik keluarga Surya Hadiwijaya. Sedangkan BioNexis adalah perusahaan milik whilliam Adhitama, ayah dari Richard dan Tristand.

Rindu mundur, tubuhnya terasa dingin. “Ayah… aku tidak bisa. Aku tidak bisa menikah dengan Tristand. Aku tidak mencintainya, aku bahkan tidak mengenalnya. Bagaimana aku bisa menjalani hidup seperti ini?”

“Ini bukan soal cinta sekarang, Nak,” kata ayahnya dengan nada lebih tegas. “Ini soal bertahan. Aku tahu ini sulit, tapi kau harus percaya bahwa ini yang terbaik.”

Rindu menggeleng, air matanya terus mengalir. “Ayah… ini tidak adil. Ini pernikahanku. Mengapa aku harus menikahi orang yang tidak aku cintai hanya karena Richard tidak muncul? Apa yang sebenarnya terjadi?”

Ayahnya terdiam sesaat, lalu mendekat, menempatkan kedua tangannya di pundak Rindu. “Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan Richard. Tapi satu hal yang pasti, kita tidak bisa membiarkan kehormatan keluarga kita hancur. Kau harus kuat.”

“Tapi, Ayah—” Rindu ingin protes, tapi tatapan tegas ayahnya menutup mulutnya.

“Tristand sudah menunggu di luar. Kau harus memutuskan sekarang, Rindu,” kata ayahnya dengan dingin.

Rindu berdiri diam, hatinya bergemuruh. Dalam kepalanya, suara-suara berteriak, memprotes apa yang akan terjadi. Tapi di hadapannya, ayahnya berdiri dengan ketegasan yang tidak bisa dia lawan. Perlahan, dia menyadari bahwa ini bukan lagi tentang apa yang dia inginkan. Ini tentang apa yang harus dia lakukan.

Dengan suara bergetar, hampir tak terdengar, Rindu akhirnya berkata, “Baik, Ayah… aku akan menikah dengan Tristand.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status