Share

Iya, Aku Seorang Mafia

Saat hari menjelang malam, barulah Mas Dewangga pulang. Aku masih diam memerhatikannya dari sudut mata, meski sebenarnya aku ingin sekali bertanya ke mana dia pergi tadi. Rasa ingin tahuku terbentur oleh rasa marah yang masih berkecamuk di dadaku.

Hingga malam semakin larut, aku masih mendiamkannya. Mas Dewangga juga sepertinya tidak ada niatan untuk membujukku.

Aku menghela napas panjang, merasakan kecewa merayap dalam diriku. Karena tidak ingin terlalu memikirkan hal ini, aku memutuskan untuk tidur bersama Abiyan yang sudah lebih dulu terlelap. Dengan lembut, aku menempatkannya di dekatku dan menarik selimut untuk menutupi tubuh kecilnya.

Baru saja sedetik berbaring, Mas Dewangga masuk ke kamar. Aku menatapnya sekilas, tetapi aku buru-buru memalingkan wajah, berusaha mengabaikan keberadaannya.

"Sayang," panggilnya dengan suara yang lembut dan menenangkan, "saat hari kampanye calon presiden, mungkin aku akan pulang agak malam. Aku mau jadi tukang parkir di alun-alun. Akan ada banyak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status