Selesai berbelanja, Claire pamit lebih dulu. Ia beralasan bahwa Rainer akan pulang dan ia ingin bertemu suaminya. Wanita itu menolak tawaran adik tirinya yang ingin mengantar.“Aku tidak apa-apa. Kalian ‘kan belum selesai. Lanjutkan saja.” Claire lalu melambai pada pasangan tersebut.Lunar dan Matt memperhatikan Claire menjauh. Hingga Claire tidak terlihat lagi, Lunar baru mengalihkan pandangan.“Kamu perhatikan nggak? Sepertinya ada yang berbeda dengan Kak Claire?” cetus Lunar pada suaminya.“Berbeda bagaimana? Tidak, aku tidak melihat kejanggalan.”“Tapi, tak biasanya Kak Claire sendirian. Kak Rainer selalu mendampinginya.”“Tadi ‘kan Kak Claire sudah mengatakan bahwa Kak Rainer sedang sibuk. Aku tau kok, perusahaan Conrad memang sedang naik daun. Transaksi mereka setiap harinya cukup besar.”Tidak ingin berprasangka buruk, Lunar mengangguk. Meskipun hati kecilnya sebagai wanita, ia merasa Claire sedang ada masalah. Tetapi, ia memilih tidak membahas lebih lanjut.Akhirnya Claire sam
“Jangan, Dad. Kasihan, Rainer.”Claire memohon pada sang Daddy. Ia mengatakan meskipun sangat sibuk, Rainer sebenarnya selalu berusaha memberikan perhatian. Hanya saja waktu mereka memang sangat terbatas.Kepala Brandon menggeleng. Ia tidak menyukai cerita putrinya bahwa sehari-hari, Claire hanya bertemu suaminya di ranjang. Rainer bahkan jarang sekali menghubungi Claire.“Aku percaya pada Rainer, Dad. Ia memang sedang sangat sibuk dengan perusahaannya.”“Daddy tau. Tapi, apa ia tidak bisa memprioritaskanmu juga?” Brandon mencebik kesal.“Daddy pasti pernah mengalami saat-saat seperti Rainer ‘kan? Aku yakin dulu Daddy juga sering meninggalkan Mommy.” Claire seolah menyindir Brandon.“Itu sebabnya Daddy tidak ingin kamu juga mengalaminya. Daddy ingin Rainer seperti dulu, selalu siaga mendampingimu.”Siapa yang tidak mau memiliki suami siaga? Tapi, Rainer bekerja keras agar ia mampu berkarir sukses seperti istri dan mertuanya. Lelaki itu pernah berkata tidak ingin orang-orang melihatnya
Rainer kembali ke penthouse menjelang makan malam. Brandon saat itu sedang beristirahat di kamar tamu.Setelah membilas diri, Rainer memeluk erat Claire. Lelaki itu menciumi wajah dan perut istrinya. Hingga akhirnya merebahkan kepalanya di pangkuan sang istri.Claire mengelus sayang kepala Rainer. Lelaki itu terpejam dengan napas teratur menikmati belaian sayang dari istrinya.“Lunar sudah melahirkan?” Rainer bertanya pada Claire.“Sudah. Baru sekitar satu jam yang lalu. Anaknya laki-laki.”“Hmm … sesuai perkiraan dokter, ya.”“Iya.”Meluncurlah cerita saat Andrea melakukan video call. Lunar sedang menggendong bayinya dan memperlihatkannya pada Claire dan Brandon. Bayi laki-laki itu mirip dengan ayah kandung Lunar.“Artinya mirip dengan Lunar versi lelaki.” Rainer memberikan kesimpulannya.“Bisa jadi.”Dengan penasaran, Rainer mendengar cerita tentang bertemunya Andrea dengan mantan suaminya lagi. Menurut Claire mereka terlihat akrab. Tetapi, Brandon mengaku tidak cemburu dan malah me
Malam itu, Rainer tidak dapat tidur nyenyak. Meskipun biasanya sehabis bercinta dengan sang istri, ia bisa langsung terlelap. Namun kali ini, perkataan Brandon seolah berputar-putar terus di kepalanya.Claire sudah tertidur lelap di dalam dekapannya. Tubuh polos wanita cantik itu menempel pada tubuhnya. Rainer mengelus kepala sang istri sambil terus berpikir.“Kamu tidak bisa tidur?” gumam Claire dengan suara parau.Rainer menunduk menatap Claire. Matanya masih terpejam. Ia tak sadar Claire terjaga.“Maaf. Apa aku membangunkanmu?”“Tak apa. Aku mendengarmu menghela napas panjang berkali-kali.” Claire kini mendongak menatap wajah tampan suaminya.“Aku memikirkan apa yang Daddy ucapkan barusan.”Wanita dalam pelukan Rainer tertarik. “Apa yang Daddy katakan padamu?”Senyum setengah bibir diberikan Rainer pada Claire. Tangannya mengelus wajah cantik istrinya. Brandon benar, ia tidak seharusnya mengabaikan mahluk yang sangat ia kasihi ini.“Maafkan aku, My Lady. Kesibukanku pasti membuatmu
Brandon semakin kagum pada perfoma Claire. Saat memimpin rapat, putrinya dapat memberikan keputusan yang tepat. Tidak ada yang menampik bahwa presiden direktur mereka memang benar-benar pemimpin yang handal.Selesai memimpin rapat, Claire kembali ke ruangannya. Demikian juga dengan Brandon. Mereka disibukkan dengan pekerjaan masing-masing.Di sela bekerja, Mila datang dengan baki di tangan. Claire mengerutkan kening. Sepertinya, ia tidak memesan apa pun.“Dari siapa, Mila?” Claire bertanya sambil memperhatikan makanan yang diletakkan Mila di mejanya.“Waktunya makan cemilan, Nyonya. Tuan Rainer memintaku membelikannya untuk Anda.”Mendengar makanan itu dari sang suami, Claire tersenyum senang. Ia menatap Mila yang masih berdiri di depannya.“Kenapa?”“Aku harus memastikan Anda makan dengan benar.” Mila menjawab tegas.“Hei! Kamu adalah pegawaiku. Bukan pegawai Rainer!” Claire berkata ketus seolah-olah ia marah pada Mila.Mila malah terkekeh. Ia tau Claire tidak akan kesal dengan perha
Setelah kunjungan ke gudang penyimpanan, Claire kembali ke kantor diantar Rainer. Selama perjalanan, tangan lelaki itu diletakkan di atas perut sang istri. Sementara satu tangannya menyetir.“Jangan bekerja terlalu keras. Paling lama dua jam duduk, kamu harus berdiri dan berjalan-jalan sebentar agar punggungmu tidak kaku.” Rainer berpesan pada Claire.“Iya.”“Dua jam lagi, Mila akan menyiapkan cemilan. Jangan lupa dihabiskan.”“Kamu dan Mila membuatku bertambah gendut!”Rainer sontak mencubit pelan bibir Claire yang mencebik. Lelaki itu menepikan kendaraannya. Lalu menarik tubuh Claire mendekat dan menciumnya dengan liar.“Kamu semakin menggemaskan jika gendut.” Rainer mengusap bibir Claire yang sedikit membengkak akibat ulahnya barusan.“Oh, itu sebabnya kamu memperkerjakan Nara?”Rainer mengangkat alisnya lalu mengerutkan dahi.“Apa hubungannya dengan Nara, My Lady?” Rainer bertanya dengan wajah tak mengerti.“Nara bertubuh montok. Seksi. Apalagi, pakaiannya wow. Lemak-lemaknya meno
Kecanggungan Rainer sedikit berkurang mendengar pujian sekaligus sindiran wanita di depannya. Rosie ternyata wanita yang ramah sekaligus lucu.Kemudian, Claire dan Rainer saling bertukar pandang. Tentu saja Claire lalu menyeringai sementara Rainer mendengus pelan.“Aku memang memakai parfum Claire, agar mengingatkanku terus pada istriku ini.” Rainer menjawab sambil melingkari lengan di bahu Claire.“Hmm … romantis sekali. Tapi, terus-terang saja tidak cocok untukmu.” Rosie melipat kedua tangannya di perut.“Ehm … bisa kita bicara sekarang, Nyonya Rosie?” desak Claire.Rosie seperti tersentak sedikit, lalu mengangguk. “Kita ke ruang kerjaku. Lewat sini.”Wanita berwajah ramah itu mengarahkan jalan. Mereka masuk ke sebuah ruangan bernuansa feminim. Banyak buku tentang bunga dan beberapa vas dengan rangkaian bunga cantik yang jarang Claire lihat.“Ruang kerja yang cantik sekali.” Claire memuji.“Ruang kerja itu harus mencerminkan diri kita. Sama seperti penampilan. Tidak ada yang bisa me
Claire dan suaminya berpamitan. Rainer secara khusus mengucapkan terima kasih berkali-kali pada Rosie. Lelaki itu merasa mendapatkan pencerahan baru.Di dalam mobil, Claire mengamati rangkaian bunga dari Rainer. Ia terkekeh sendiri saat akan pulang, Rosie memberikan tagihan pada Rainer untuk membayar buket bunga tersebut. Tentu saja suaminya tidak keberatan.Ia menoleh saat merasa kepalanya dielus Rainer.“Terima kasih, My Lady. Kamu yang mengenalkanku dengan Nyonya Rosie. Kamu benar-benar jenius.” Rainer kemudian meraih tangan Claire dan mengecup telapaknya.“Sama-sama. Aku mendapat ide saat tadi berada di gudang penyimpananmu. Seketika aku teringat butik Petal Roses yang juga bersuhu dingin.”Rainer sangat bahagia memiliki istri yang selalu mendukungnya. Ia lalu menjelaskan rencana untuk mengatur ulang gudang penyimpanan. Sepanjang perjalanan, Claire ikut berdiskusi bersama.Tiba di penthouse, mereka sudah ditunggu Brandon. Keduanya pamit untuk membilas diri terlebih dahulu. Kemudia