Share

151. Bukti

Penulis: Emma Shu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Qizha!"

Sayup- sayup Qizha mendengar ada yang memanggil namanya. Tak lama kemudian pundaknya diguncang pelan.

"Bangun!"

Qizha membuka mata.

Samar, ia melihat wajah Qasam di dekatnya. Ia mengucek mata.

"Mama dan papa datang! Mereka di depan." Qasam baru saja mengintip ke jendela saat mendengar suara mobil memasuki halaman rumah sesaat setah membunyikan klakson saat berada di gerbang guna meminta satpam membukakan gerbang.

Qizha membenarkan posisi duduk. Ia lalu menegakkan punggung. Meski tak tahu apa yang akan dilakukan oleh suaminya, namun ia tetap akan mengikuti semuanya sesuai yang diinginkan sang suami. Entah apa itu.

Pintu terbuka sesaat setelah didorong dari luar, Habiba dan Husein melangkah masuk.

Wajah Qizha sontak menegang melihat kedatangan mertuanya. Setelah tadi ia diusir oleh Habiba dan Husein dari kantor, sekarang ia malah kembali bertemu di sini. Mungkinkah Habiba akan bisa menerimanya di rumah ini meski hanya sekedar duduk mengobrol saja?

"Pa, Ma, thanks sudah be
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Tini Wartini
Bukti sdh jelas,Agatha & Billy tgal tgu hukuman dr Husein & Habiba...
goodnovel comment avatar
Elok Fatimah
husein bkal ngamukk k papanya qizha dan agtha ini
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
semoga qasam bisa membuat agatha dan billy mengakui kesalahan mereka kepada husein dan biba
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suami Preman Ternyata Sultan   152. Kemarahan Memuncak

    Husein menatap wanita yang pernah menjadi kekasihnya itu. Wanita yang dulu sangat dia percayai bisa menjadi ibu dari anak- anaknya, tapi malah berselingkuh dengan Bily. Sekarang wanita ini muncul hanya untuk mengusik kehidupannya.Husein menghambur cepat mendekat pada Agatha, mencengkeram lengan wanita itu kuat- kuat dengan sorot mata yang tajam, rahang mengeras dan raut wajah merah padam."Hanya b4jingan terkutuk yang bisa- bisanya mencelakai manusia tak berdosa. Apa masalahmu dengan putriku?" geram Husein dengan suara rendah yang penuh dengan penekanan. Cengkeraman tangannya di lengan Agatha makin kuat. Namun Agatha hanya menunduk saja, mukanya memucat, tubuhnya gemetaran. "Biadab kau! Apa tujuanmu melakukan ini, huh? Terkutuk!" Husein menyentak lengan Agatha hingga tubuh wanita itu tersungkur ke lantai. Bily terkesiap, sempat bergerak hendak mendekat pada Agatha, namun urung. Pria itu hanya terpaku dengan wajah sembab. Entah sudah berapa lama ia menangis selama dikurung di dalam

  • Suami Preman Ternyata Sultan   153. Perseteruan

    Husein melepas cekikan, mendorong Agtaha hingga tubuh perempuan itu membentur dinding.“Kau memukuliku, Husein. Kau mencambukku. Kau telah menghancurkan perasaanku. Iya, aku memang bersalah atas perselingkuhan itu, tidakkah kau bisa memaafkan aku? Aku muak kepadamu. Aku benci setiap kali melihat kebhagiaanmu dengan Habiba di saat kehidupanku hancur dan menyedihkan seperti ini,” ucap Agatha, menatap Habiba Nyalang.“Kesalahan ada padamu, lantas kau menyalahkan orang lain? Busuk sekali hatimu!” hardik Husein.“Aku memendam dendam padamu, Husein. Aku sangat ingin melihatmu hancur. Jika aku tidak bisa menghancurkan kehidupanmu, maka menyingkirkan anakmu pasti juga akan membuat hidupmu hancur kan? hanya ini caraku untuk bisa membuat hatimu hancur, sama seperti hancurnya aku sekarang ini!” ucap Agatha berapi- api.Ternyata setelah perbuatannya itu ketahuan, Agatha bukannya menyesali, atau takut akan mendapat hukuman setimpal, malah nyolot dan bertingkah seolah- olah dia itu korban,

  • Suami Preman Ternyata Sultan   154. Jangan

    Pisau mengenai Qizha sesaat setelah dilayangkan. Qizha berusaha menyingkirkan tubuh Habiba, namun dalam situasi sulit, justru dialah yang terkena benda tajam itu.Tubuh Qizha ambruk. Ia meringis merasakan sakit di bagian luka. Tangannya memegangi luka. Agatha menarik kembali pisau itu. tatapannya liar penuh ancaman.Habiba menjerit histeris. Dia berjongkok memeluk Qizha.“Ya Allah… Kenapa kamu lakukan ini?” Habiba merengkuh kepala Qizha dan ditaruh kepangkuannya. Qasam menatap Agatha tajam. Dia langsung menghambur dan menerjang Agatha.Gubrak! Tubuh Agatha terlempar ke lantai sesaat mendepat tendangan. Nekat, Qasam maju dan meraih tangan wanita itu, hendak merampas pisau. Tak peduli mungkin dia yang akan terkena ancaman pisau, namun kemarahannya telah membuatnya menjadi nekat dan tak peduli dengan ancaman.Tangan Agatha begitu lincah berkelit. Dia mengayunkan pisau ke arah Qasam dan ditangkis dengan tangan. Telapak tangan Qasam yang kini memegangi pisau pun terluka, dar

  • Suami Preman Ternyata Sultan   155. Tangisan

    “Ss sungguh? Mama sayang padaku?” lirih Qizha hampir tak terdengar lagi suaranya.Habiba tak mau bicara lagi, dia hanya mengangguk- anggukkan kepala. Tangisnya pecah. Sepanjang jalan, Habiba menghadap ke belakang. pinggangnya berputar seratus delapan puluh derajat demi bisa menghadap ke belakang dan memegangi tangan Qizha. Inilah caranya menunjukkan kasih sayang kepada menantunya itu, berharap menantunya akan mendapatkan motivasi dari sikapnya itu.Habiba mneyesal sudah memperlakukan Qizha dengan buruk, ia bahkan mempermalukan Qizha di depan orang banyak. Mengatainya pembunuh. Sampai akhirnya Qizha dilempari sepatu dan sandal oleh para staf yang turut meras aprihatin pada Habiba.Tak hanya itu saja, Qizha juga dihujat habis- habisan.Para staf itu tidak salah. Mereka hanya meluapkan rasa kesal pada orang yang mereka anggap sebagai pembunuh. “Pak, lebih kencang lagi!” titah Qasam.“Iya, Tuan!” supir mengangguk, mempercepat laju kendaraan. Padahal kendaraan yang dia setir su

  • Suami Preman Ternyata Sultan   156. Kacau

    “Mama, lakukan sesuatu untuk Qizha!” teriak Qasam yang melihat Habiba menjauh dari bed.“Tidak! Biar mereka saja yang menangani!” Habiba menarik lengan Qasam supaya menjauh. “Bukankah mama jauh lebih berpengalaman dalam menangani ini?” Qasam pabik, seolah tak percaya pada dia dokter yang kini tengah bekerja. Dua dokter yang sudah ada di sana, dengan perlengkapan sempurna, tangan telah dibungkus handscoon, kepala teryutup, dan pakaian hijau khas dokter bedah, langsubg bergerak cepat mengeksekusi Qizha. “Sudah! Tinggalkan dulu Qizha, biarkan mereka yang profesional menangani!” Habiba membawanQasam keluar dari ruangan. Suster menutup pintu dari dalam.Qasam menghela napas. Ia pun tak tahu kenapa mendadak jadi seperti orang bodoh di saat begini.Bisa- bisanya dia mengira mamanya masih bisa menangani pasien sementara mamanya sudah lama berhenti dari profesi itu. Kepanikan membuatnya jadi hilang akal. Apa lagi ia melihat dan merasakan bagaimana tubuh Qizha menjadi lwmas sekali di tanga

  • Suami Preman Ternyata Sultan   157. Cinta

    Qasam berlari menuju ke kamar dimana Qizha tengah ditangani oleh dokter. Habiba menyambutnya di depan pintu ruangan.“Apa yang terjadi dengan Qizha?” tanya Qasam panik.“Ayo, kemarilah!” Habiba membawa Qasam memasuki ruangan. Tampak Qizha menatap lemah ke arahnya.Qasam terkesiap menatap istrinya yang sudah siuman. Dia langsung menghambur mendekati Qizha, tanpa sadar menyingkirkan para suster yang ada di sana. Dia meraih tangan sang istri, digenggam erat. Tatapannya fokus ke wajah Qizha.“Benarkah kau sudah siuman?” bisik Qasam.Qizha diam saja, tatapannya kosong. Sepertinya dia belum sepenuhnya sadar.Qasam mendekatkan bibirnya ke kening Qizha, lalu mengecup singkat kening istrinya. Kembali terkilas balik bagaimana dulu ia pernah menyakiti Qizha. Melukai fisik dan hati istrinya itu.Hatinya tertutip oleh rasa dendam hingga tak bisa melihat kebaikan Qizha selama ini. sebagaimana pun Qizha memuliakan dirinya, menunjukkan kebaikannya, tetap saja salah di mata Qasam.Bahkan Qas

  • Suami Preman Ternyata Sultan   158. Jorok

    KlingBalasan dari Qasam masuk. ‘Nanti kujemput. Kamu sudah sehat kan?’Qizha langsung tersenyum membaca chat itu. padahal isi chatnya tidaklah istimewa, tapi mendebarkan di jantungnya.Duh, suaminya Qizha kini telah berhasil membuat jantung Qizha jadi berdebar- debar penuh asmara.Jatuh cinta? Mungkinkah Qizha kembali kasmaran? Belum sempat Qizha membalas pesan, sudah terlihat di ujung kanan atas Qasam tengah mengetik.Baiklah, Qizha menunggu balasan masuk.‘Dokter menanganimu dengan sempurna. Kau adalah pasien spesial, jadi diprioritaskan. Makan yang banyak supaya cepat pulih, oke?’Lagi- lagi Qizha tersenyum simpul. Aneh, kenapa ia jadi sebahagia itu membaca pesan dari suami? Tentu saja. selama ini Qasam adalah sosok yang dingin dan kejam, tapi sekarang berubah. Pria itu menjadi sosok yang sangat menyenangkan.Baru saja Qizha mnegetik pesan, panggilan telepon sudah masuk duluan. Dari Qasam.“Yes!” Qizha tersenyum girang melihat nama Qasam menari di layar telepon mem

  • Suami Preman Ternyata Sultan   159. Pinggir Jalan

    Mobil melaju di jalan raya. Qasam memutar musik slow, kedengaran romantis sekali. Qizha menikmati alunan musik yang terdengar syahdu.“Bapak mau berhenti di depan sebentar?” Qizha menoleh pada suaminya.“Ayolah, Qizha. Jangan panggil Bapak.”Qizha tersenyum. “Kenapa nggak mau dipanggil bapak? Bukankah suatu saat nanti kalau kita sudah punya anak, maka aku akan mnegajarinya memanggilmu bapak? Dan aku tentu memanggilmu demikian juga bukan? Lalu kamu akan memanggilku ibu.”“Oh… maksudmu, bapak pasangannya ibu, begitu?”“Iya. Aku rasa itu malah terkesan lebih intim.”“Tidak. Itu tidak menarik. Panggil yang lain saja. Urusan punya anak adalah belakangan. Terserah lusa anak akan panggil apa. tapi sekarang jangan panggil aku itu.” qasam menggelengkan kepala.“Baiklah, tapi berhentilah dulu sambil aku memikirkan panggilan apa yang tepat untukmu. Waduh, ini malah sudah kelewatan jauh. Kamu sih disuruh berhenti sejak tadi malah nggak mau.”“Kelewatan?”“Iya. Seblaknya sudah le

Bab terbaru

  • Suami Preman Ternyata Sultan   230. Cinta Terindah

    Qizha bermain dengan Zein di ruang main yang sengaja di desain khusus untuk anak bermain. Di sana lengkap ada berbagai macam jenis mainan, muali dari mobil-mobilan, bola, tempat mandi bola, perosotan, bahkan permainan untuk lompat-lompatan pun ada.Qizha mengawasi dari jarak beberapa meter, duduk sambil minum jus. Di sisinya ada Arini yang selalu stand by, memberikan apa saja keperluan Qizha.Si kecil mandi bila bersana dengan baby sitter yang tak pernah lepas dari posisi Zein kemana pun pergi. Qizha menatap layar ponselnya yang menunjuk tanggal dua belas, artinya tiga hari lagi Qasam pulang. Lama sekali rasanya menghitung hari. Serindu itu ternyata Qizha pada Qasam? Qizha malu jika mengingat dirinya yang nyaris seperti orang kasmaran dan jatuh cinta. Benda pipih itu kemudian berdering, nama Qasam tertera di layar. Qasam menelepon? Qizha tersenyum senang. Ia langsung menjawab telepon dan mengucap salam.“Kenapa sudah meneleponku? Kangen?” tanya Qizha.“Ha haa… tidak. Aku sama seka

  • Suami Preman Ternyata Sultan   229. Romantis Selalu

    Sudah tiga minggu Qasam pergi ke Jepang sejak terakhir kali Qizha mengantarnya ke bandara, pria itu belum kembali. Kemarin mengaku hanya akan perhi selama dua minggu, tapi ternyata sudah tiga minggu berlalu, Qasam belum kembali.Qizha mengerjakan aktivitas seperti biasanya, menghabiskan waktu dengan bermain bersama Zein, putra semata wayangnya. Kini, Zein sudah tumbuh makin besar. Usianya satu tahun. Di usia sembilan bulan, Zein sudah bisa berjalan. Sekarang, bocah itu sudah bisa berlari meski belum kencang.Qizha merindukan Qasam. Pria itu memang ngangenin. Sebentar tak ketemu, rasa rindu sudah sampai ke ubun- ubun. Sikap Qasam yang setahun belakangan terlihat memuliakan wanita, membuat Qizha merasa kalau Qasam itu seperti candu. Bayangkan saja, setiap saat, Qizha selalu saja mendapat kelembutan dan perhatian khusus dari suaminya. Lalu beberapa minggu, ia harus berpisah. Tentu saja ia rindu. Qizha baru saja meletakkan tubuh Zein ke kasur tidur khusus balita, berdekatan dengan kas

  • Suami Preman Ternyata Sultan   228. Mesra

    Baby sitter terlihat terampil ketika memandikan Zein, bayi yang baru berusia dua minggu. Qizha mengawasi di samping baby sitter. Selama ini, Qizha sendiri yang memandikan bayinya. Baru kali ini ia mengijinkan baby sitter memandikan bayinya, itu pun diawasi olehnya.“Kamu keliahtan terbiasa memandikan bayi,” komentar Qizha.“Iya, Non. Soalnya saya khusus mengurus bayi merah kan dulu sewaktu dip anti asuhan. Dan setelah masuk yayasan, saya juga jadi baby sitter,” sahut wanita yang usianya sekitar empat puluh limaan tahun itu.“Pantesan cekatan. Sini, biar aku yang pakaikan bajunya. Baju dan peralatan untuk si kecil sudah disiapkan?” Qizha mengambil alih bayinya setelah diangkat dari bak mandi.“Sudah, Non.” Qizha melangkah keluar dan segera memasang baju bayi yang sudah disediakan. Termasuk minyak kayu putih dan bedak juga sudah disediakan. Di kamar bayi itu, aroma minyam telon menguar, harum. Arini mendampingi Qizha. Dia bertugas untuk melayani Qizha. Sedangkan baby sit

  • Suami Preman Ternyata Sultan   227. Keturunan

    Qasam membawa air hangat kuku dari pemanas air di sudut kamar sesuai permintaan Qizha dan menyerahkannya kepada istrinya itu. “Ayo minum!”Qasam membantu mendekatkan gelas ke bibir Qizha.“Aku bisa sendiri, Mas,” ucap Qizha dan mengambil alih gelas tersebut lalu meminumnya “Terima kasih, Mas.”Pandangan Qasam kemudian tertuju ke bayi kecil yang ada di samping Qizha. Pipinya tebem, kulitnya putih kemerahan. Hidungnya mancung. Menggemaskan dan lucu sekali. Ini adalah hari pertama Qizha dibawa pulang ke rumah setelah menjalani perawatan selama tiga hari di rumah sakit. Padahal sebenarnya di hari kedua Qizha sudah diijinkan pulang karena kondisinya sehat dan baik-baik saja, namun seperti biasa, Qasam melarang Qizha pulang dan dia diminta untuk dirawat di rumah sakit dengan pantauan dokter. Rumah sakit milik ayahnya, jadi mudah saja baginya mengatur kondisi di rumah sakit.Bahkan, kini Qasam meminta dokter keluarga untuk mengecek kondisi ibu dan bayi ke rumah di tiga hari perta

  • Suami Preman Ternyata Sultan   226. Bayi

    “Pinggangku sakit banget, Mas!” ucap Qizha sambil memegangi pinggang. Mulutnya meringis. Sebenarnya sudah sejak di perjalanan tadi Qizha merasakan ngilu, namun ia menahannya karena rasa ngilu itu datang dan hilang begitu saja. dia mengira hal itu biasa terjadi seiring kehamilannya yang semakin membesar.Namun, kini rasa ngilu itu makin parah, hampir setiap lima belas menit sekali muncul dan rasanya melilit sampai ke perut bagian bawah. Habiba memegang perut Qizha, rasanya keras menggumpal ke satu titik. Kemudian gumpalan keras itu bergerak menuju ke titik lain. Begitu seterusnya.“Ini Qizha sudah mau melahirkan. Ayo cepat bawa ke rumah sakit,” seru Habiba, membuat Qasam langsung gerak cepat menggendong tubuh Qizha dan membawanya ke mobil.Supir menyetir dnegan kelajuan tinggi mendengar suara ritihan Qizha di belakang. Qasam menggenggam tangan Qizha sambil terus mengatakan kata-kata motifasi.Qizha berkeringat, mukanya makin memucat, lemas sekali. Sesekali meringis menahan s

  • Suami Preman Ternyata Sultan   225. Rasa Sakit

    Semenjak Qizha tahu kalau Sina rujuk dengan Arsen, ia menjadi jauh lebih lega. Kini adiknya itu sudah ada yang menanggung jawabi. Hidupnya tidak lagi mengenaskan, Qizha pun tak perlu mencemaskan keadaannya lagi. Sina kini tinggal bersama sang suami. Setelah balitanya keluar dari rumah sakit, Sina mengunjungi rumah Qasam, menemui Qizha dan Qasam untuk mengucapkan rasa terima kasih. Arsen pun menunjukkan sikap layaknya sebagai saudara ipar. Qizha memberikan beberapa helai pakaian dan jilbab baru kepada Sina seperti yang dia janjikan. Qasam pun mulai membuka hati pada Sina. Dia tidak ketus lagi melihat sikap Sina yang jelas sudah jauh berubah. Penampilan Sina pun sudah tidak lusuh lagi seperti saat dia menjanda. Sepeninggalan Sina dan Arsen, tinggal lah Qizha dan Qasam yang duduk di ruang tamu berdua. “Mas, kamu udah nggak benci lagi sama Sina, kan?” tanya Qizha sambil.memegang tangan suaminya.“Tidak.” Tatapan Qasam tertuju pada mata bulat istrinya yang menggemaskan. “Dia seperti

  • Suami Preman Ternyata Sultan   224. Penyesalan

    Qizha menatap ekspresi wajah adik tirinya yang tak pernah dia lihat selama ini, wajah itu tampak jajh lebih menyedihkan, penuh penyesalan, dan tatapan iba. Ini adalah pemandangan pertama kalinya. Wajah Sina benar-benar tampak sangat mengenaskan. Bahkan tampilannya pun berbada, dia memakai kerudung untuk menutup auratnya. Apakah ini adalah awal bagi Sina untuk taubat? Dari mata adiknya, Qizha tidak melihat dendam dan tatapan kebencian seperti dulu. Setiap manusia memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri.Qizha meraih pundak Sina. “Bawa anakmu ke rumah sakit sekarang. Aku akan mengantarmu.”Sina mengangguk dengan senyum dan air matanya langsung berurai. “Iya, Kak. Makasih.”***Di rumah sakit itu, Qizha dan Sina duduk di depan balita yang terbujur dengan selang infus menusuk di kaki. Si kecil tidur pulas. Qizha didampingi oleh Arini, asisten rumah tangga yang satu itu tak diijinkan jauh dari Qizha. Selalu diminta Qasam untuk mendampingi Qizha. Wajah Sina yang tadinya murung, kini

  • Suami Preman Ternyata Sultan   223. Minta Belas Kasih

    “Mas, becandanya nggak lucu. Masak ngintip sih?” tanya Qizha yang tak terima suaminya mengucapkan kata-kata konyol tadi. “Ya, kalau aku lagi nganu sama kamu kan itu kepala bawah lagi ngintip ke dalam. He hee…” Qasam makin konyol. Ia kembali mengelus permukaan perut Qizha. Ia merasakan sensasi saat janin di dalam bergerak-gerak. “Dia bergerak. Setiap kali aku memancing dengan elusan, pasti dia bergerak-gerak.” Qasam tersenyum.“Iya, kalau ada pancingan dari luar, bayi kita pasti merespon. Dia tahu ada yang perhatian kepadanya.”“Tendangannya makin hari makin kuat.”“Namanya juga sudah sembilan bulan. Tinggal menunggu hari, ya tentu makin kuat dong.”“Hah? Sudah sembilan bulan?” Qasam kaget. “Cepat sekali rasanya? Aku bakalam punya anak nih sebentar lagi?”Qizha tersenyum. “Kamu kok jam segini udah pulang, Mas? Biasanya pulangnya agak malam atau lebih sore. Ini baru jam tiga sore loh.”“Aku kangen sama kamu, makanya cepet- cepet pulang.”“Sekarang sudah mulai bisa gombalin ya? Receh l

  • Suami Preman Ternyata Sultan   222. Boleh Ngintip?

    Tujuh bulan sudah berlalu. Kini Qizha menghabiskan waktu di rumah saja, menikmati kehamilannya yang sudah membuncit. Dia menghabsikan waktu dengan berjalan santai di sekitar rumah. Pemandangan di sekitar rumah besar yang dikelilingi pagar beton setinggi dua meter itu sangat asri. Ada banyak tanaman hijau yang menyejukkan mata, pancuran air pun ada. Qizha ditemani asisten rumah tangga yang setia mengikutinya. Menyediakan apa saja keperluannya. Ah, Qizha benar-benar merasa speerti ratu. Iya, diratukan oleh suaminya.Saat bosan, Qizha pergi ke salon. Menikmati creambath dan berbagai jenis perawatan lainnya.Qizha juga sesekali jalan-jalan ke mall untuk melihat-lihat suasana baru. Dikawal oleh asisten rumah tangga yang ditugaskan menemani. Namanya Arini, asisten rumah tangga yang sopan dan ramah. Dia melayani Qizha mulai dari A sampai Z. dia hafal kapan Qizha harus makan, minum susu, makan buah, dan minum jus. Dia juga mengambilkan handuk saat Qizha mau mandi, menyiapkan p

DMCA.com Protection Status