Share

129. Maaf

Author: Emma Shu
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Qizha malah terbengong menatap Qasam yang sedang berusaha menyuapinya. “Ini beneran kamu mau nyuapin aku?”

“Menurutmu? Apakah arah sendok ini ke mulutku? Jelas ini sendok mengarah ke mulutmu, tentu saja ini untukmu!” sahut Qasam.

Qizha tersenyum dan menyantap makan dengan lahap. “Sebenarnya yang sakit itu kakiku, bukan tangan. Aku masih bisa makan sendiri, kok.”

Qasam membelalak. “Maksudmu, kamu menolak disuapi olehku?”

“Bukan begitu. Cuma penjelasan aja itu tadi.”

“Terlanjur, makanannya juga sudah habis.” Qasam meletakkan piring yang sudah kosong ke meja. Dia mengambilkan minum dan memberikannya kepada Qizha.

“Ternyata begini rasanya diperhatiin suami. Aku bahagia.” Qizha menatap Qasam haru.

Sunyi. Keduanya membisu.

Suasana jadi terasa kaku.

“Beri aku penjelasan, kenapa kau meracuni Qansha, adikku?” tanya Qasam.

“Jawaban dan penjelasanku nggak akan berubah. Percaya atau nggak percaya, kenyataannya adalah aku nggak tahu apa- apa soal itu. aku dijebak. Ayah yang memi
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
akhirnya cinta membuat qasam luluh hatinya dan mau mendengarkan perkataan qizha
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
syukurlah.akhirnya ketulusan dan pengorbanan qizha selama ini berbuah manis.semoga setelah ini qizha bisa merasakan bahagia
goodnovel comment avatar
inggrid LARUSITA Nganjuk
terharu 🥹🥹
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suami Preman Ternyata Sultan   130. Kedok Terbongkar

    Qizha senyum- senyum sendiri di depan cermin, menatap wajahnya. Kelihatan lebih bersinar. Sejak semalam, Qasam memeluknya sepanjang tidur. Tak hanya itu saja, Qasam juga tadi membimbingnya saat turun ke lantai bawah untuk makan.Dan satu lagi, Qizha ingat perkataan Qasam tadi sebelum pergi ke kantor. Pria berpakaian stelan jas lengkap itu berkata, “Tidak perlu bekerja. Stay di rumah saja.”“Pekerjaanku bagaimana?” tanya Qizha tadi.“Sebelum ada kamu, perusahaanku tetap jalan. Jadi jangan cemas. Tanpa kamu, perusahaan tetap beregrak kok.”“Dih, kamu melarang aku kerja, tapi kalimatmu itu sama saja kayak bilang kalau aku tuh nggak berarti apa- apa di perusahaanmu.”Qasam balik badan hanya untuk menyembunyikan senyumnya sambil emmasang dasi. Pria itu mencari pakaian sendiri tanpa bantuan Qizha.“Aku pergi kerja. Aku tidak mau mendengar ada masalah di rumah!” pesan Qasam.“Masalah apa maksudmu?”“Entah itu kau terjatuh, kakimu patah, atau apa saja.”“Oh.” Qizha tersenyum senang.

  • Suami Preman Ternyata Sultan   131. Senjata Makan Tuan

    Qizha meninggalkan pintu kamar Sina saat melihat Sina menyudahi telepon. Qizha melangkah menuju ke dapur dengan hati- hati supaya tidak menimbulkan suara. Kruk ditekan ke lantai dengan pelan, lalu cepat memasuki area dapur yang luas sekali. Ya ampun, hanya untuk menuju dapur saja, ia sampai harus melewati banyak ruangan. "Loh loh loh... Non Qizha kok kemari? Ada apa?" tanya Fara sembari menghampiri Qizha. "Dapur ini tuh jauh banget dari ruangan lainnya. Kalau ada apa- apa, Non kan bisa telepon bibi."Qizha tersenyum. "Nggak apa- apa. Ini kakiku mesti banyak gerak kata dokter, nggak boleh dibiarin nggak gerak, soalnya takut kaku dan malah nggak bisa digerakkan. Jadi aku jalan ke sana sini biar urat- uratnya pada lemas," sahut Qizha."Oh, sekarang Non Qizha mau dibuatin apa? Minum atau makan? Biar saya buatin." Fara menawarkan."Aku pingin makan pasta sama jus tomat. Boleh?""Walaaah... Ya boleh dong. Bentar biar bibi buatkan pastanya ya. Non cantik duduk manis aja dulu di situ." Fara

  • Suami Preman Ternyata Sultan   132. Mengadu

    "Iya. Cicipi pakai sendok. Rasa jus nya bagaimana? Apakah kemanisan atau malah kurang manis.” Qizha tersenyum. Nah, kalau Sina berani mencicipi, artinya jus aman. Bebas dari racun. Tapi kalau tidak berani, artinya jus bermasalah. Cerdas Qizha!Sina mengambil sesendok jus. Lalu meminumnya. “Sedang. Ini pas rasanya,” jelas Sina.Beberapa menit berlalu, tak ada reaksi apa pun pada Sina. Baiklah, berarti minuman itu aman. Toh Sina tidak kejang- kejang. “Oke. Makasih.” Qizha pun meneguk jus tersebut. Tak lama kemudian Fara menyajikan pasta panas. Aromanya sedap sekali, menggugah selera. Pasta dicampur udang dan toping sosis serta daging. Qizha pun menyantap pasta dengan lahap. Melihat Qizha makan enak, Sina menelan saliva. Ingin sekali mencicipi makanan itu."Sina, kenapa kamu menunggui Non Qizha makan?" tanya Fara."Mm... Nggak apa- apa. Siapa tahu Non Qizha butuh lainnya biar aku bisa ambilkan," jawab Sina.Fara pun mengangguk dan berlalu kembali ke dapur."Kamu nggak bilang ke sia

  • Suami Preman Ternyata Sultan   133. Pecat

    "Bi Fara, panggil Sina kemari! Suruh dia menemuiku!" titah Qasam yang bertemu dengan Fara di anak tangga. Pria itu mengenakan piyama tidur, tampak santai sekali."Oh, baik, Tuan. Akan saya panggil." Fara balik menuruni anak tangga. Qasam menunggu di ruang tamu. Tak lama kemudian sosok yang ditunggu muncul juga, Sina menunduk menghadap Qasam. "Selamat pagi, Tuan! Ada yang bisa saya bantu?" Qasam menatap Sina yang menunduk. Dia menatap dari ujung kaki ke ujung rambut. Tatapannya sinis pada Sina. Modelan begini bagaimana bisa menjadi pembantu di rumah itu? Sungguh tidak memenuhi kriteria sama sekali. Qasam menyungging senyum."Mumpung kau belum lama bekerja di sini, aku akan berikan mandat kepadamu," ucap Qasam sambil mengangkat kaleng minuman dan meneguknya.Sina mengangkat wajah. Lalu tersenyum. "Tuan muda, saya tahu kalau kita ini ipar bukan? Pastilah Tuan mau memberikan keistimewaan buatku. Aku ini adiknya Kak Qizha."Wah, pintar sekali dia mengakui persaudaraan di saat begini. "

  • Suami Preman Ternyata Sultan   134. Si Lidah Pahit

    Tak lama kemudian, Qizha muncul. Wanita itu menuruni anak tangga dengan bantuan kruk. "Qizha, mama ingin menanyakan kepadamu satu hal, tapi sebelumnya, mama ingin tahu, kenapa kamu pakai kruk begini?" tanya Habiba yang baru tahu kalau menantunya itu dalam kondisi tidak baik- baik saja."Ini kemarin kecelakaan dikit pas naik mobil sama teman. Tapi nggak apa- apa kok," sahut Qizha dengan tenang."Sungguh? Itu kamu sampai harus pakai kruk loh, berarti parah ya? Ada yang patah?""Enggak, Ma. Cuma kaki agak sakit jadi butuh bantuan kruk."Qasam mengawasi wajah mamanya dengan serius, takut mamanya akan curiga. Habiba mengangguk. Akhirnya Qasam lega melihat mamanya mengangguk."Baiklah, sekarang mama mau tanya, ini Sina adalah adik tirimu, kenapa kamu biarkan dia menjadi pembantu di sini?" tanya Habiba.Qizha menatap Qasam, takut salah menjawab. Pria itu bisa saja kecewa padanya jika ia sampai salah bicara. Namun Qasam hanya diam, tak memberikan kode apa pun. Sepertinya dia memasrahkan ja

  • Suami Preman Ternyata Sultan   135. Diusir

    Semuanya tercengang. Qasam pun terkejut, tapi bukan terkejut atas penjelasan Sina, melainkan terkejut kenapa Sina berani buka mulut atas kasus itu. ingin sekali Qasam menggantung kepala Sina di pohon durian. Sudah sangat muak atas kelakuan wanita penyihir itu.Sejak awal melihat Qasam sebagai preman yang berpura- pura miskin, wanita itu dengan entengnya menghujat, menghina dan membenci. Sekarang memohon- mohon minta tinggal di rumah bagus dan setelah ditolak, dengan enaknya berusaha menyingkirkan Qizha. Dasar tukang dengki!“Kau bicara apa, huh? Jangan sembarangan bicara kalau tidak mau kepalamu ini ke lempar ke sawah!” tegas Qasam sambil menarik lengan Sina dan menyeretnya. “Keluar kau dari sini!”“Qasam, tunggu! Biarkan dia bicara dulu!” pinta Husein. “Meskipun benalu itu menyebalkan, tapi kita butuh informasi dari dia!” “Apa yang perlu papa dengarkan dari wanita pendusta ini? aku jauh lebih kenal dia, dia ini pembohong, tukang tipu, tukang fitnah!” geram Qasam.“Nyonya,

  • Suami Preman Ternyata Sultan   136. Pembelaan Qasam

    “Qasam, tunjukkan hasil pemeriksaan milik Qansha pada mama!” pinta Habiba tegas.“Mama tidak percaya padaku? Qansha meninggal bukan karena keracunan. Bagaimana mungkin mama malah mempercayai Sina?” Qasam tampak frustasi, dia sedang berusaha menutupi kenyataan yang sebenarnya. Sejak awal, Qasam berniat akan menyelesaikan masalah Qansha sendirian tanpa campur tangan siapa pun. Ada banyak masalah yang akan muncul bila fakta yang sebenarnya itu terbongkar. Pertama, mamanya pasti akan marah besar mengingat Qasam menyembunyikan masalah besar itu sendirian. Kedua, Qasam kini melindungi Qizha. Jika Habiba sampai tahu kasus yang sebenarnya, Qizha pun pasti akan terancam juga.“Justru sekarang mama ingin melihat hasilnya, berikan saja pada mama!” pinta Habiba.“Papa juga mau lihat! Selama ini hanya kamu sendiri yang mengurus masalah itu. papa percayakan segala urusan kepadamu, jangan sampai malah menjadi masalah. Berikan dokumen itu kepada kami!” tegas Husein yang terkesan mendesak.

  • Suami Preman Ternyata Sultan   137. Bukan Menantu

    “Omong kosong!” gertak Husein kesal. “Papa sudah bisa membaca masalah ini dengan jelas. Kau membela Qizha hanya karena kau jatuh cinta pada pandangan pertama, kau juga sampai rela mengejar Qizha ke kampungnya dan bahkan sampai menyamar jadi preman hanya demi bisa menikahinya. Kegilaan macam apa ini? Memalukan!”Husein marah besar.Qasam tergugu, tak menyangka papanya malah salah paham dan menilai dari sudut pandang yang melenceng jauh dari kenyataan. Qizha pun bingung harus berbuat apa. Pertikaian di hadapannya membuatnya jadi serba salah. Tak berani angkat suara. “Ma, Pa, akulah yang bodoh dalam hal ini,” ucao Qizha. “Aku nggak bisa membaca situasi yang mengancam. Sampai aku harus mempercayai ayahku sendiri, yangbternyata ayahku memperalay dan menjebakku.”“Kau tidak disuruh bicara. Diam kau!” hardik Husein muak sekali.“Papa jangan melakukan kesalahan seperti yang kulakukan, awalnya aku juga tidak percaya pada Qizha, tapi sekarang aku mempercayainya,” ujar Qasam.“Alasan apa

Latest chapter

  • Suami Preman Ternyata Sultan   230. Cinta Terindah

    Qizha bermain dengan Zein di ruang main yang sengaja di desain khusus untuk anak bermain. Di sana lengkap ada berbagai macam jenis mainan, muali dari mobil-mobilan, bola, tempat mandi bola, perosotan, bahkan permainan untuk lompat-lompatan pun ada.Qizha mengawasi dari jarak beberapa meter, duduk sambil minum jus. Di sisinya ada Arini yang selalu stand by, memberikan apa saja keperluan Qizha.Si kecil mandi bila bersana dengan baby sitter yang tak pernah lepas dari posisi Zein kemana pun pergi. Qizha menatap layar ponselnya yang menunjuk tanggal dua belas, artinya tiga hari lagi Qasam pulang. Lama sekali rasanya menghitung hari. Serindu itu ternyata Qizha pada Qasam? Qizha malu jika mengingat dirinya yang nyaris seperti orang kasmaran dan jatuh cinta. Benda pipih itu kemudian berdering, nama Qasam tertera di layar. Qasam menelepon? Qizha tersenyum senang. Ia langsung menjawab telepon dan mengucap salam.“Kenapa sudah meneleponku? Kangen?” tanya Qizha.“Ha haa… tidak. Aku sama seka

  • Suami Preman Ternyata Sultan   229. Romantis Selalu

    Sudah tiga minggu Qasam pergi ke Jepang sejak terakhir kali Qizha mengantarnya ke bandara, pria itu belum kembali. Kemarin mengaku hanya akan perhi selama dua minggu, tapi ternyata sudah tiga minggu berlalu, Qasam belum kembali.Qizha mengerjakan aktivitas seperti biasanya, menghabiskan waktu dengan bermain bersama Zein, putra semata wayangnya. Kini, Zein sudah tumbuh makin besar. Usianya satu tahun. Di usia sembilan bulan, Zein sudah bisa berjalan. Sekarang, bocah itu sudah bisa berlari meski belum kencang.Qizha merindukan Qasam. Pria itu memang ngangenin. Sebentar tak ketemu, rasa rindu sudah sampai ke ubun- ubun. Sikap Qasam yang setahun belakangan terlihat memuliakan wanita, membuat Qizha merasa kalau Qasam itu seperti candu. Bayangkan saja, setiap saat, Qizha selalu saja mendapat kelembutan dan perhatian khusus dari suaminya. Lalu beberapa minggu, ia harus berpisah. Tentu saja ia rindu. Qizha baru saja meletakkan tubuh Zein ke kasur tidur khusus balita, berdekatan dengan kas

  • Suami Preman Ternyata Sultan   228. Mesra

    Baby sitter terlihat terampil ketika memandikan Zein, bayi yang baru berusia dua minggu. Qizha mengawasi di samping baby sitter. Selama ini, Qizha sendiri yang memandikan bayinya. Baru kali ini ia mengijinkan baby sitter memandikan bayinya, itu pun diawasi olehnya.“Kamu keliahtan terbiasa memandikan bayi,” komentar Qizha.“Iya, Non. Soalnya saya khusus mengurus bayi merah kan dulu sewaktu dip anti asuhan. Dan setelah masuk yayasan, saya juga jadi baby sitter,” sahut wanita yang usianya sekitar empat puluh limaan tahun itu.“Pantesan cekatan. Sini, biar aku yang pakaikan bajunya. Baju dan peralatan untuk si kecil sudah disiapkan?” Qizha mengambil alih bayinya setelah diangkat dari bak mandi.“Sudah, Non.” Qizha melangkah keluar dan segera memasang baju bayi yang sudah disediakan. Termasuk minyak kayu putih dan bedak juga sudah disediakan. Di kamar bayi itu, aroma minyam telon menguar, harum. Arini mendampingi Qizha. Dia bertugas untuk melayani Qizha. Sedangkan baby sit

  • Suami Preman Ternyata Sultan   227. Keturunan

    Qasam membawa air hangat kuku dari pemanas air di sudut kamar sesuai permintaan Qizha dan menyerahkannya kepada istrinya itu. “Ayo minum!”Qasam membantu mendekatkan gelas ke bibir Qizha.“Aku bisa sendiri, Mas,” ucap Qizha dan mengambil alih gelas tersebut lalu meminumnya “Terima kasih, Mas.”Pandangan Qasam kemudian tertuju ke bayi kecil yang ada di samping Qizha. Pipinya tebem, kulitnya putih kemerahan. Hidungnya mancung. Menggemaskan dan lucu sekali. Ini adalah hari pertama Qizha dibawa pulang ke rumah setelah menjalani perawatan selama tiga hari di rumah sakit. Padahal sebenarnya di hari kedua Qizha sudah diijinkan pulang karena kondisinya sehat dan baik-baik saja, namun seperti biasa, Qasam melarang Qizha pulang dan dia diminta untuk dirawat di rumah sakit dengan pantauan dokter. Rumah sakit milik ayahnya, jadi mudah saja baginya mengatur kondisi di rumah sakit.Bahkan, kini Qasam meminta dokter keluarga untuk mengecek kondisi ibu dan bayi ke rumah di tiga hari perta

  • Suami Preman Ternyata Sultan   226. Bayi

    “Pinggangku sakit banget, Mas!” ucap Qizha sambil memegangi pinggang. Mulutnya meringis. Sebenarnya sudah sejak di perjalanan tadi Qizha merasakan ngilu, namun ia menahannya karena rasa ngilu itu datang dan hilang begitu saja. dia mengira hal itu biasa terjadi seiring kehamilannya yang semakin membesar.Namun, kini rasa ngilu itu makin parah, hampir setiap lima belas menit sekali muncul dan rasanya melilit sampai ke perut bagian bawah. Habiba memegang perut Qizha, rasanya keras menggumpal ke satu titik. Kemudian gumpalan keras itu bergerak menuju ke titik lain. Begitu seterusnya.“Ini Qizha sudah mau melahirkan. Ayo cepat bawa ke rumah sakit,” seru Habiba, membuat Qasam langsung gerak cepat menggendong tubuh Qizha dan membawanya ke mobil.Supir menyetir dnegan kelajuan tinggi mendengar suara ritihan Qizha di belakang. Qasam menggenggam tangan Qizha sambil terus mengatakan kata-kata motifasi.Qizha berkeringat, mukanya makin memucat, lemas sekali. Sesekali meringis menahan s

  • Suami Preman Ternyata Sultan   225. Rasa Sakit

    Semenjak Qizha tahu kalau Sina rujuk dengan Arsen, ia menjadi jauh lebih lega. Kini adiknya itu sudah ada yang menanggung jawabi. Hidupnya tidak lagi mengenaskan, Qizha pun tak perlu mencemaskan keadaannya lagi. Sina kini tinggal bersama sang suami. Setelah balitanya keluar dari rumah sakit, Sina mengunjungi rumah Qasam, menemui Qizha dan Qasam untuk mengucapkan rasa terima kasih. Arsen pun menunjukkan sikap layaknya sebagai saudara ipar. Qizha memberikan beberapa helai pakaian dan jilbab baru kepada Sina seperti yang dia janjikan. Qasam pun mulai membuka hati pada Sina. Dia tidak ketus lagi melihat sikap Sina yang jelas sudah jauh berubah. Penampilan Sina pun sudah tidak lusuh lagi seperti saat dia menjanda. Sepeninggalan Sina dan Arsen, tinggal lah Qizha dan Qasam yang duduk di ruang tamu berdua. “Mas, kamu udah nggak benci lagi sama Sina, kan?” tanya Qizha sambil.memegang tangan suaminya.“Tidak.” Tatapan Qasam tertuju pada mata bulat istrinya yang menggemaskan. “Dia seperti

  • Suami Preman Ternyata Sultan   224. Penyesalan

    Qizha menatap ekspresi wajah adik tirinya yang tak pernah dia lihat selama ini, wajah itu tampak jajh lebih menyedihkan, penuh penyesalan, dan tatapan iba. Ini adalah pemandangan pertama kalinya. Wajah Sina benar-benar tampak sangat mengenaskan. Bahkan tampilannya pun berbada, dia memakai kerudung untuk menutup auratnya. Apakah ini adalah awal bagi Sina untuk taubat? Dari mata adiknya, Qizha tidak melihat dendam dan tatapan kebencian seperti dulu. Setiap manusia memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri.Qizha meraih pundak Sina. “Bawa anakmu ke rumah sakit sekarang. Aku akan mengantarmu.”Sina mengangguk dengan senyum dan air matanya langsung berurai. “Iya, Kak. Makasih.”***Di rumah sakit itu, Qizha dan Sina duduk di depan balita yang terbujur dengan selang infus menusuk di kaki. Si kecil tidur pulas. Qizha didampingi oleh Arini, asisten rumah tangga yang satu itu tak diijinkan jauh dari Qizha. Selalu diminta Qasam untuk mendampingi Qizha. Wajah Sina yang tadinya murung, kini

  • Suami Preman Ternyata Sultan   223. Minta Belas Kasih

    “Mas, becandanya nggak lucu. Masak ngintip sih?” tanya Qizha yang tak terima suaminya mengucapkan kata-kata konyol tadi. “Ya, kalau aku lagi nganu sama kamu kan itu kepala bawah lagi ngintip ke dalam. He hee…” Qasam makin konyol. Ia kembali mengelus permukaan perut Qizha. Ia merasakan sensasi saat janin di dalam bergerak-gerak. “Dia bergerak. Setiap kali aku memancing dengan elusan, pasti dia bergerak-gerak.” Qasam tersenyum.“Iya, kalau ada pancingan dari luar, bayi kita pasti merespon. Dia tahu ada yang perhatian kepadanya.”“Tendangannya makin hari makin kuat.”“Namanya juga sudah sembilan bulan. Tinggal menunggu hari, ya tentu makin kuat dong.”“Hah? Sudah sembilan bulan?” Qasam kaget. “Cepat sekali rasanya? Aku bakalam punya anak nih sebentar lagi?”Qizha tersenyum. “Kamu kok jam segini udah pulang, Mas? Biasanya pulangnya agak malam atau lebih sore. Ini baru jam tiga sore loh.”“Aku kangen sama kamu, makanya cepet- cepet pulang.”“Sekarang sudah mulai bisa gombalin ya? Receh l

  • Suami Preman Ternyata Sultan   222. Boleh Ngintip?

    Tujuh bulan sudah berlalu. Kini Qizha menghabiskan waktu di rumah saja, menikmati kehamilannya yang sudah membuncit. Dia menghabsikan waktu dengan berjalan santai di sekitar rumah. Pemandangan di sekitar rumah besar yang dikelilingi pagar beton setinggi dua meter itu sangat asri. Ada banyak tanaman hijau yang menyejukkan mata, pancuran air pun ada. Qizha ditemani asisten rumah tangga yang setia mengikutinya. Menyediakan apa saja keperluannya. Ah, Qizha benar-benar merasa speerti ratu. Iya, diratukan oleh suaminya.Saat bosan, Qizha pergi ke salon. Menikmati creambath dan berbagai jenis perawatan lainnya.Qizha juga sesekali jalan-jalan ke mall untuk melihat-lihat suasana baru. Dikawal oleh asisten rumah tangga yang ditugaskan menemani. Namanya Arini, asisten rumah tangga yang sopan dan ramah. Dia melayani Qizha mulai dari A sampai Z. dia hafal kapan Qizha harus makan, minum susu, makan buah, dan minum jus. Dia juga mengambilkan handuk saat Qizha mau mandi, menyiapkan p

DMCA.com Protection Status