Share

80. Tetap pergi

Penulis: Damaya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-23 22:03:10
Tiga jam sebelumnya.

"Kau yakin ini tempatnya?"

Bersandar pada pintu mobil dengan tangan terlipat di dada, Gusti memperhatikan bangunan satu lantai di depannya yang terdapat tulisan besar di atas pintu masuk.

"Seharusnya ini sudah benar. Sesuai alamat yang Tika berikan semalam." Dewa berjalan memutari mobil Gusti, begitu sudah berdiri di sebelah sahabatnya, ia ikut memperhatikan objek yang sama.

"Apa kita akan masuk sekarang?"

"Tunggu sebentar. Selain pihak keluarga mereka tidak mengizinkan orang asing masuk." Dewa merogoh ponsel di dalam saku celana, dan tidak lama setelahnya pesan singkat terkirim pada seseorang. "Aku sudah menghubungi salah satu Dokter jaga yang Tika kenal, dan Flo juga mengenalnya. Dia sebentar lagi akan keluar."

"Dia laki-laki atau perempuan."

"Laki-laki. Cih! Sebenarnya aku malas menyalin nomor laki-laki dari ponsel Tika. Bahkan mengetahui dia menyimpannya saja aku sudah sangat kesal."

"Dasar bucin!" Gusti seketika menoleh, begitu mendengar helaan nafas panjang D
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suami Muda Nona Konglomerat   81. Dia telah datang

    "K-kau…"Melihat cengkraman Dewa mengendur, Cakra segera mengambil alih si penculik agar tidak sampai melarikan diri. "Be–benarkah i-itu k-kau," ulang Floren gugup.Tidak tahan ingin mengetahui siapa yang sudah membuat Floren seperti sedang melihat hantu, Dewa segara berpaling—mengikuti arah pandang perempuan itu."Kau!" Dan, begitu tahu siapa yang berdiri di belakangnya—mematung dengan tatapan terkunci pada Floren, benak Dewa seketika menerka-nerka. Benarkah Roland dan Floren memiliki kisah di masa lalu seperti yang pernah Gusti jelaskan?Hal tersebut diperkuat dengan reaksi keduanya yang seperti menahan rindu. Terlebih Floren, meski tampak sangat terkejut, tetapi dari sorot matanya Dewa bisa melihat seberapa dalam perempuan itu menyimpan kerinduan pada Roland—lelaki yang Dewa anggap rival. "Kak Land.."Kendati suara Floren sudah bergetar, tapi Dewa cukup jelas mendengarnya, dan panggilan itu memperkuat dugaannya–mereka memang pernah memiliki kisah di masa lalu."Tidak mungkin. A

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-25
  • Suami Muda Nona Konglomerat   82. Mari berdamai

    Melati yang sedang membersihkan sofa ruang tamu, seketika menegakkan tubuh, mendengar seseorang menekan sandi pintu apartemen Adiraksa. Menyadari orang tersebut sudah pasti bukan orang lain, atau mungkin saja Dewa, Melati buru-buru mendekat—-bermaksud menyambut kedatangan kakaknya. Namun, begitu mengetahui siapa yang melewati pintu, Melati berubah tegang bercampur cemas. "Nyo-nyonya.." Tidak hanya Melati, Fatma juga langsung mematung begitu tahu siapa yang berdiri di hadapannya. Gadis muda itu? Sepersekian menit berlalu, kedua perempuan berbeda generasi itu tetap bertahan dengan pemikiran masing-masing. Menciptakan keheningan dalam ketegangan yang memicu menipisnya atmosfer ruangan. "Ma-maaf… a-aku bisa tinggal di sini atas permintaan Tu-tuan Adi se-semalam, Nyonya." Melati berusaha menjelaskan meski tergagap. Melani hanya tidak ingin kehadirannya menimbulkan kesalahpahaman, apalagi berakhir permasalahan untuk Adiraksa dengan wanita yang kini masih menatap terkejut dirinya. "Se-

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-27
  • Suami Muda Nona Konglomerat   83. Masa lalu Floren dengan Roland

    "Lebih baik kita pergi sekarang." Beralih dari Roland yang akhirnya pergi membawa kekecewaan. Raut wajah Floren berubah hangat saat menoleh, dan mendengar Dewa tengah berbicara dengannya. "Terima kasih. Akhirnya kau datang juga." Tapi begitu Floren merentangkan tangan hendak memeluk, Dewa segera menghindar. "Kita perlu bicara." Kendati sempat kecewa, tetapi Floren tetap memberi anggukan setuju. "Kita kemana sekarang?" "Yang pasti bukan di sini." Dewa menunjuk mobilnya. "Bisa pergi sekarang?" Melihat Floren seperti sedang berpikir, Dewa yang sudah tidak bisa lebih lama lagi berada di tempat itu, memastikan apakah Floren mau ikut dengannya. Ternyata Floren hanya kembali mengangguk, dan Dewa segara menggunakan pintu belakang untuk wanita itu. Namun, saat tahu dirinya duduk sendiri di belakang, Dewa lebih memilih duduk di samping kemudi, Floren jelas merasa kecewa. Bukan itu yang diharapkan. Akan tetapi tidak mungkin mengungkapkan kekecewaannya sekarang, Floren lagi-lagi hanya bisa

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-28
  • Suami Muda Nona Konglomerat   84. Berhenti mengharapku

    "Kau tidak bisa melakukan ini, Dewa!" Floren merasa tertipu, dan tentu saja tidak terima dengan menunjukkan kemarahan saat terjingkat berdiri dari sofa. "Kau pikir mudah menjadi diriku setelah apa yang kita lalui dulu? Apalagi aku pernah mengandung bayimu." Floren mengingatkan, mungkin saja Dewa yang masih sangat tenang lupa, bagaimana dulu mereka pernah tinggal bersama, dan melakukan banyak hal layaknya pasangan suami istri. Floren tidak peduli kehidupan macam apa yang Dewa jalani sekarang. Dengan Dewa datang, sudah membuktikan jika memang tujuan Dewa hanya dirinya. Menghela nafas panjang dan berat, Dewa mencoba mengesampingkan rasa bersalah atas perbuatannya di masa lalu. Apapun yang terjadi pada mereka dulu, semua telah berakhir, dan tidak sepatutnya dikenang lagi. Keadaan sudah berubah, sekarang Tika-lah tujuan hidupnya. "Memang ini tujuanku menemuimu. Agar kau tidak lagi berharap padaku." "Tapi kenapa? Apa karena masa laluku dengan Roland?" Dewa langsung menggeleng tegas, me

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-03
  • Suami Muda Nona Konglomerat   85. Dewa vs Firman

    "Bangsat! Sialan! Apa yang membuat mereka begitu setia sampai tidak mau buka mulut." Keluar dari kantor kepolisian, Roland meluapkan kekesalannya dengan mengumpat di tempat parkir. Ingin rasanya ia kembali masuk untuk menghajar dengan tangannya sendiri para pelaku penculik Floren yang memilih tetap bungkam, meski sudah diiming-imingi berbagai tawaran menggiurkan darinya. Sadar tidak bisa berbuat brutal di sana, akhirnya Roland memutuskan keluar dengan hati dongkol. "Ini pasti perbuatan perempuan sialan itu. Dasar licik!" geram Roland mengingat wajah menyebalkan Pertiwi. Kesabaran Roland benar-benar seperti terbuang habis lantaran semua usahanya hari itu belum juga membuahkan hasil. Dari banyaknya orang yang dikerahkan untuk mencari keberadaan Melody, sampai hari berganti petang belum juga ada yang menemukannya. "Aku akan mencarimu walau ke lubang semut sekalipun," desis Roland dengan rahang mengeras. Setelah tidak menemukan Pratiwi dimanapun ia cari siang tadi, sekarang Roland ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-04
  • Suami Muda Nona Konglomerat   86. Jangan Khawatir

    "Sayang.. nenek pulang." Suara riang Fatma melenyapkan kesunyian di seluruh ruangan. Tika yang mengetahui kedatangan mama mertuanya bergegas mendekat, tapi begitu melihat Fatma tidak datang sendiri, Tika lantas menunjukkan senyum canggung pada Melati. "Siapa si Cantik ini, Ma?" Tika memang belum tahu seperti apa rupa Miranda. Maka tak heran jika ia tidak mengenali Melati. Tetapi ketika melihat gestur Fatma maupun Melati, Tika merasa dua wanita berbeda generasi itu cukup dekat. Tika sebenarnya sudah sangat penasaran untuk segera bertanya, lantaran rasa cemburu sudah lebih dulu hadir. Namun, sadar tidak ingin merusak suasana ataupun kebahagiaan mama mertunya, Tika memilih menahan diri. "Duduk, Ma. Ayo, Cantik. Jangan sungkan-sungkan." Tika tetap bersikap ramah, meski belum tahu siapa gadis anggun yang juga terus balas tersenyum hangat padanya. "Terima kasih, Sayang. Berikan cucu mama. Sehari tidak bertemu ternyata mama sudah sangat merindukannya." Sesaat setelah Fatma duduk begitu

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-05
  • Suami Muda Nona Konglomerat   87. Terluka

    Beberapa jam sebelumnya. "Kita turun sekarang, Tuan?" Sam sudah tidak tahan lagi hanya duduk diam, jadi penonton. "Tidak! Biarkan dia menyelesaikan sendiri masalahnya." Sayangnya, perintah Adiraksa memaksa Sam untuk tetap berada di tempat. "Tapi Tuan Muda sepertinya terluka." "Aku tahu batas kemampuannya." Adiraksa masih memperhatikan Dewa yang sesekali memegangi perutnya yang terluka di tengah perkelahian. "Sebaiknya kita pergi sekarang." "Baik, Tuan." Kendati ingin membantu, tapi perintah Adiraksa yang utama harus Sam patuhi. Adiraksa bersikap seperti ayah yang tega meninggalkan putranya yang terluka, dan tetap harus menghadapi lawannya. Meski tidak sendiri, seharusnya Adiraksa mengkhawatirkan Dewa yang jelas sedang menahan sakit. Hal itu dilakukan lantaran Adiraksa ingin melihat jiwa kepemimpinan putranya. Bukan hanya sebagai kakak bagi para pemuda klubnya, tetapi juga sebagai kepala keluarga dan pemimpin ADS Group. Dewa dituntut harus memiliki kesiapan tidak hanya secara

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-06
  • Suami Muda Nona Konglomerat   88. Ketakutan Tika

    "Sayang.. apa kamu baik-baik saja? Kenapa wajahmu terlihat pucat?" Pertanyaan Fatma mewakili rasa ingin tahu Tika yang enggan bertanya lebih dulu. Mereka sedang berkumpul di meja makan untuk melakukan sarapan bersama. Tadi sesaat duduk di kursinya, pandangan Dewa sempat tertuju pada Melati, yang juga langsung balas tersenyum padanya. Setidaknya Dewa lega, dengan begitu kekhawatirannya akan penolakan sang mama tidak terjadi. Sekarang ia benar-benar memiliki keluarga yang utuh. Tika yang masih terlalu gengsi untuk bersikap biasa pada Dewa, memilih diam menyimak. Kekecewaan yang dirasakan selalu berhasil memprovokasi dirinya untuk terus bersikap tak acuh pada sang suami. Sebenarnya Dewa terkejut diperhatikan Fatma, dan usahanya untuk berpura-pura baik-baik saja sepertinya memang tidak luput dari perhatian wanita yang telah melahirkannya itu. Fatma selalu peka dengan apa yang terjadi pada putranya. "Aku baik-baik saja, Ma. Hanya sedikit kecapean." Dewa beralasan. Sebenarnya tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-07

Bab terbaru

  • Suami Muda Nona Konglomerat   105. Tamat

    Begitu tahu siapa yang sedang menunggu mereka di ruang tamu, Tika beralih pandang pada Dewa yang juga akan menuju tempat yang sama. Mengetahui Dewa mengangguk samar—seolah mengatakan semua pasti baik-baik saja, Tika mengatur nafas terlebih dulu sebelum memutuskan memasuki ruangan tersebut. Melihat kemunculan pemilik rumah, Floren segara bangkit dari sofa. "Tika! Maaf. Aku baru bisa datang sekarang." Melihat sikap ramah Floren yang seakan tidak pernah terjadi ketegangan di antara mereka, Tika seketika berhenti, dan kembali menoleh Dewa yang juga ikut berhenti."Sebaiknya kita duduk," bisik Dewa menangkap kerutan di dahi sang istri. Mendapat anggukan setuju, Dewa membimbing Tika duduk di sofa yang sama. Meletakkan paper bag berukuran sedang ke atas meja, pun dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya—Floren kembali berkata, "ada hadiah tak seberapa untuk si kecil. Diterima ya. Sekali lagi aku ucapkan selamat atas kelahiran putra kalian." Namun, ternyata Floren tak cukup berani berad

  • Suami Muda Nona Konglomerat   104. Menyimpan rasa yang sama

    Jagat media tengah dihebohkan dengan berita kematian Firman. Pemuda dua puluh delapan tahun itu ditemukan meringkuk tak bernyawa di dalam kamarnya. Diduga luka sayatan melintang di leher, hingga putusnya urat nadi yang menjadi penyebab nyawa pemuda itu tidak bisa diselamatkan. Dugaan sementara Firman nekat mengakhiri hidup, lantaran depresi.Pernyataan tersebut diperkuat oleh keterangan tahanan lain, yang mengatakan jika sejak kedatangan teman-temannya, Firman berubah murung, dan tidak banyak bicara. Sampai akhirnya selang beberapa hari, saat petugas datang mengantarkan sarapan, berulang kali memanggil tidak juga ada jawaban—Firman tetap meringkuk di atas karpet usang, dan begitu dipastikan ternyata ada genangan darah di dekat leher yang mulai mengering. Diperkirakan Firman melancarkan aksinya saat malam hari.Naasnya, keadaan tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di kediaman Liem. Ketegangan yang menurut keterangan terjadi saat pagi hari itu, menyisakan kekacauan hingga menjadi saks

  • Suami Muda Nona Konglomerat   103. Towards the end

    "Sayang… apa ada yang serius?""Tidak. Semuanya baik-baik saja."Barulah Dewa bisa bernafas lega setelah mendengar langsung dari mulut Tika. Sebenarnya ekspresi tenang yang ia tunjukan di hadapan semua orang tadi, sangat bertentangan dengan hati ketika mengetahui Tika pergi ke rumah sakit, dan diantar supir. Pikiran sudah tak karuan. Hal buruk seketika silih berganti datang hingga memenuhi kepala. Pasalnya, Tika bukanlah perempuan cengeng yang akan rela bolak-balik rumah sakit, jika itu hanya keluhan yang tak seberapa.Karena itulah Dewa sangat cemas memikirkan apa yang sebenarnya terjadi pada istrinya. Tak ayal sampai menyusul ke rumah sakit, dan membiarkan Sam serta Gusti yang menggantikan dirinya rapat dengan klien. Melihat keraguan di wajah Dewa, Tika segara mendekatkan mulut di telinga suami muda itu, agar Dewa tidak semakin mencemaskan dirinya."Aku baru saja berkonsultasi alat kontrasepsi yang aman aku gunakan. Bukankah katamu kita harus menunda adik untuk Arkhan?" Kendati awa

  • Suami Muda Nona Konglomerat   102. Bukan milikmu!

    "Aku hanya ingin kalian tetap hidup. Sekalipun aku harus membayar mahal untuk itu, karena tidak bisa lagi bersamamu, aku terima. Setidaknya bisa melihatmu tetap bernafas itu sudah lebih dari cukup."Pandangan Floren seketika terangkat, kemarahan semakin membumbung tinggi ia rasakan. Semudah itukah Roland memutus sesuatu yang sebenarnya sangat sulit ia lalui? Dimana empati lelaki itu yang justru mengalah dengan keadaan, dan membiarkan dirinya kesakitan seorang diri. Alih-alih bertindak selayaknya lelaki sejati."Aku memang tidak pernah tahu perjanjian apa yang kau sepakati dengan Tuan Liem, " lirih Floren disertai kemarahan yang terlihat jelas dari sorot matanya yang memerah. "Tapi tidak bisakah kau memberiku penjelasan? Atau setidaknya memintaku pergi menggunakan bahasa manusia? Bukan malah berlaku picik dengan merekayasa kecelakaan itu. Cih! Membuat statement rendahan hanya karena ingin menikahi perempuan lain. Memalukan!" Floren bersungut-sungut meluapkan amarah yang hampir meledakk

  • Suami Muda Nona Konglomerat   101. Perempuan aneh

    "Tetap tidak bisa, Nona. Anda harus membuat janji terlebih dahulu.""Kalian berisik sekali! Katakan saja aku teman bos kalian. Dia pasti paham!" ketus Clara.Semakin jengah dengan sikap Clara yang bersikeras ingin dipertemukan dengan atasan mereka, dua resepsionis wanita itu pun saling bertukar pandang dengan raut wajah menahan kesal."Kenapa masih diam saja? Cepat beritahu bos kalian jika aku, Clara sedang menunggu di sini," ujarnya lagi penuh percaya diri. "Sedikit cepat ya… aku tidak terbiasa menunggu." Sambil mengibaskan tangan ke depan wajah, Clara berpaling ke samping. Mengusir bosan dengan mengedarkan pandangan—memperhatikan interior yang ada di sekitarnya. Dalam hati Clara masih saja menggerutu akan kebodohannya yang gegabah memilih Alan—lelaki yang ternyata sangat perhitungan. Seandainya saja ia tahu sejak awal, jika Dewa merupakan pewaris tunggal Adiraksa, tentu saja ia akan bertahan dengan lelaki itu—meski sebenarnya hanya menginginkan tubuhnya. Tapi setidaknya sekarang,

  • Suami Muda Nona Konglomerat   100. Perasaan apa ini?

    "Ini untukku?" Melihat gadis kecil itu mengangguk antusias, Floren tersenyum senang. "Terima kasih. Bunganya sangat cantik. Siapa namamu, Sayang? Oh." Floren berubah tercenung, saat mengetahui gadis yang sejak tadi terus melukis wajahnya dengan senyum manis itu, rupanya penyandang disabilitas."Maafkan aku." Floren segera menjatuhkan lutut, dan memeluk gadis itu yang juga langsung melingkarkan tangan ke lehernya.'Kenapa rasanya begitu menenangkan. Melihat gadis ini, aku seperti melihat diriku sendiri versi kecil.'Sejenak menyelami rasa yang semakin menjalar hati—Floren ingin sebentar saja meminjam gadis itu untuk mengembalikan ketenangan yang nyaris tidak pernah ia dapatkan lagi—setelah kebahagiaannya direnggut paksa beberapa tahun lalu. Terlalu lama terombang-ambing di lautan lepas, Floren tidak tahu dermaga mana yang akan dituju. Hingga membuatnya berada dalam ketidakpastian. Ketika itu yang bisa dilakukan hanya bertahan, menjaga seimbangan agar tidak sampai terguling dan tenggel

  • Suami Muda Nona Konglomerat   99. Satu alasan

    Clara begitu terkejut setelah mendengar apa yang baru saja ibunya sampaikan. Bahkan karena terlalu terkejut, sampai-sampai perempuan yang masih menggulung rambutnya dengan handuk kecil itu, masih mematung meski ibunya telah berlalu."Tidak mungkin, tidak mungkin dia pewaris tunggal Adiraksa. Dia hanya berandal yang kebetulan bisa menikahi wanita konglomerat itu. Yah! Derajatnya tidak mungkin lebih tinggi dari Alan." Berulang kali Clara menyakinkan diri, apa yang ibunya sampaikan hanyalah rumor yang pasti tidak valid kebenarannya. Mustahil Dewa seorang milyader yang kekayaannya jangankan satu Alan, bahkan sepuluh Alan pun tidak bisa menandinginya. "Tapi jika itu benar, apa yang harus kulakukan agar bisa kembali padanya?""Clara!!"Namun, di selah-selah perempuan itu sedang menyusun rencana, tiba-tiba suara teriakan dari lantai dua—tepatnya kamar utama, terdengar menggema ke segala penjuru rumah Alan yang memang tidak terlalu luas. Seketika itu, Clara berdecak kesal saat melirik ke la

  • Suami Muda Nona Konglomerat   98. Sahabatku maduku

    "Sialan! Dia benar-benar keras kepala," geram Dewa seraya menyadarkan punggung dan menyilangkan satu kaki di atas kaki yang lain. "Cih. Dia pikir aku akan tetap diam saja dan membiarkan dia semakin besar kepala? Jelas saja tidak!"Gusti yang masih serius membaca berkas di depannya, menoleh singkah. Rupanya gerutuan Dewa cukup membuatnya terusik. "Kasih dia paham, seberapa berharga Kak Tika untukmu. Dia hanya masa lalu, tidak berhak mencampuri masa depanmu. Apalagi yang terjadi pada kalian dulu bukanlah cinta, melainkan simbiosis mutualisme, dan seharusnya dia cukup sadar diri akan itu," ujarnya tanpa mengalihkan pandangan."Kau tahu sendiri, aku tidak bisa berbuat banyak saat Tika bersamaku. Bahkan ketika dia mengklaim Tika juga tidak berhak denganku, jika aku tidak mau menerimanya. Hampir saja aku hilang kendali. Bagaimana bisa dia selancang itu pada ibu dari putraku!"Dewa semakin bersungut-sungut—-sangat kesal akan sikap Floren semalam yang masih bersikeras ingin memisahkan dirinya

  • Suami Muda Nona Konglomerat   97. Begitu lebih adil

    Di bawah kucuran air shower, Roland masih betah merapatkan dahi ke dinding. Dengan kedua tangan mencengkram rambut belakang, ia masih saja menyesali tindakannya yang sudah menggoda Pratiwi. Sehingga memberi kesempatan perempuan itu untuk bisa menggagahi tubuhnya. Mungkin ia sudah benar-benar sinting karena berani menantang predator yang memang pecandu seks, hingga akhirnya menodai kesucian tubuhnya yang pernah ia dedikasikan hanya untuk satu perempuan saja.Floren memiliki berpengaruh penting sampai ia bisa menjadi sosok yang sekarang—-dingin nyaris tak tersentuh. Bahkan sering kali Pratiwi beranggapan, jika keegoisan Tuan Liem juga telah memangkas jiwa kelelakian Roland yang selalu tak acuh padanya.Padahal sekian tahun tinggal bersama dalam satu atap, mendapati Pratiwi mengenakan gaun seksi bahkan nyaris seperti tak berbusana hampir setiap hari Roland temui. Tetapi lelaki yang memiliki tahi lalat di dekat hidung itu, tak sekalipun menunjukan ketertarikannya. Meski sebenarnya Pratiwi

DMCA.com Protection Status