Suami Dari Masa Lalu

Suami Dari Masa Lalu

last updateLast Updated : 2024-04-25
By:  Silver GirlOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
19 ratings. 19 reviews
36Chapters
906views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Raline bertemu kembali dengan pria yang paling dibencinya dimasa lalu. Raline membalas pria itu dengan menghancurkan karir dan percintaan sang pria. Namun, diluar dugaan Ayah Raline malah menjodohkannya dengan pria tersebut tanpa sepengetahuan Raline.

View More

Chapter 1

Part 1 pertemuan

***

Kutatap lekat-lekat foto profil manager pemasaran baru yang terpampang di layar monitor laptopku. Dadaku bergemuruh hebat. Sekelebat bayangan kejadian silam kembali menyinggahi rongga kepalaku memanggil kebencian yang telah kukubur dalam-dalam. Akan tetapi sekarang aku mesti dipertemukan kembali dengan masa kelamku itu.

'Apa masih kurang penderitaan yang kualami karena kehadirannya dalam hidupku?'

***

Flashback On

"Maukah Kak Bima menjadi pacarku? Kalau mau terima bunga ini."

Beberapa saat yang lalu.

Riuh rendah suara siswa-siswi peserta orientasi siswa baru memenuhi lapangan Sekolah Menengah Atas Nusa pertiwi. Sebuah sekolah swasta bergengsi di kota ini.

"Para adik-adik sekalian! Diharap tenang, karena acara terakhir sebelum penutupan MOS akan segera dimulai." Terdengar pemberitahuan dari arah depan lapangan. Seketika para siswa diam dan menunggu instruksi selanjutnya.

"Oke. Ini adalah penutupan, jadi kita mengadakan acara seru-seruan aja ya. Nah, Kita membuat lingkaran di tengah lapangan setelah itu Kakak akan mengocok kertas yang ada dalam botol ini. Isi kertas itu adalah nomor kalung adik-adik."

Kak Mala yang bertindak sebagai ketua pembina mulai memberi aba-aba untuk membuat lingkaran.

"Nah, Kakak mulai, ya."

Senior berkulit hitam manis itu mulai mengguncang botol yang ada ditangannya, mengambil sebuah nomor lalu membaca isi kertas yang sudah ditulis Kakak-kakak senior yang lain.

"Nomor 70!"

Degh!

Jantungku berdegup kala nomorku yang dipanggil ke depan. Rasa gugup menyelimuti diri. Kaki ku gemetar melangkah ke depan lapangan.

"Hallo Adek berkacamata, namanya siapa?"

"Ralin Amanda, Kak."

"Oke, Ralin. Ini ada permintaan dari Kak Kiki. 'Nyatakan cinta pada Kakak senior yang kamu kagumi."

Kak Mala tersenyum menggoda.

"Kayaknya idola kita sama deh, Ralin. Cool, ganteng, keren ... Uh, lengkap, deh. Santai Ralin, ini hanya seru-seruan doang," ujar Kak Mala yang menyadari kegugupanku.

"Silahkan dimulai."

Kak Mala menyerahkan setangkai bunga sebagai pelengkap.

Dengan mengunyah rasa malu kudekati para Kakak senior yang duduk di pinggir lapangan. Keringat dingin mengucur dari pori-pori kulitku, rasa gugup semakin menjadi. Tujuanku adalah kakak yang paling keren di sekolah, juga merupakan idola kaum hawa di seantero sekolah.

Namanya Kak Bima. Aku mengagumi nya karena prestasi yang ditorehkan di sekolah ini, Ketua osis, kapten basket sekaligus atlet taekwondo dan juara lomba Olimpiade fisika tingkat nasional. Itu profilnya yang kubaca diidentitas para senior.

"Bim! Cewek itu mau nyamperin, Lo!"

Kak Bima yang tengah berkumpul bersama teman-temannya menoleh ke arahku. Beberapa temannya mendorong lelaki berwajah sedikit oriental itu ke tengah lapangan diiringi sorakan temannya dan teriakan histeris para siswi.

"Kak Bi-ma, maukah kakak menjadi pacarku? Kalau mau terima bunga ini, Kak!" Terbata aku menatap takut lelaki tinggi gagah yang menatapku tajam. Tatapan mata elang dengan iris hitam pekat itu begitu menghunus hingga ke ulu hatiku.

Diraihnya bunga dari Kak Mala tadi lalu dicampakkan ke tanah kemudian sepatu sport putih itu menginjak-injak bunga yang malang.

Huuuu!!

***

Sejak hari itu aku tak pernah merasakan kenyamanan bersekolah di situ lagi. Hampir setiap hari Bima's Lover, Kak Bima and the genk dan Jessica pacar Kak Bima membully ku. Bagi mereka aku dijadikan bahan hiburan di kantin dan sepulang sekolah. Beragam bullyan sudah menjadi makananku sehari-hari.

"Heh, cupu! Lo nggak sadar diri banget, sih nembak cowok idola sekolah? Udah gendut, jelek lagi." Makian yang selalu kuterima setiap harinya. Kalau tidak karena bea siswa, aku sudah minta pindah sekolah pada kedua orang tuaku.

Aku menarik napas lega karena sebentar lagi hidupku akan sedikit tenang karena kelulusan anak kelas tiga. Namun, ternyata ini adalah awal dari segalanya.

Seperti biasa saat istirahat, aku akan berdiam diri di tempat favoritku yaitu perpustakaan. Kebetulan hari ini jam pelajaran kosong, maka kuputuskan untuk menghabiskan waktu di sana.

"Lin, nggak ke kantin? Katanya Kak Bima mentraktir kita semua makan sepuasnya di kantin," seru sahabatku--Anita.

"Nggak usah, Nita. Aku di sini saja."

Anita ngeloyor pergi mendapat penolakan dariku.

Tanpa sadar jam pulang sekolah segera tiba. Kukemasi buku-buku yang tadi kupinjam lalu meletakkan kembali pada rak buku ketika Kak Mala menghampiriku.

"Hai, Lin. Kok tadi nggak ke kantin?"

Aku menggeleng.

"Lagi jagain perpus, Kak," candaku.

"Sebenarnya Bima mau meminta maaf padamu sebelum hengkang dari sekolah ini. Ayo kita temui dia. Kali ini serius, loh."

Kak Mala langsung menarik tanganku tanpa menunggu jawabanku.

Terpaksa kuikuti langkahnya melewati belakang perpustakaan.

"Loh, ngapain kita ke gudang, Kak?"

Aku tersurut mundur ketika Kak Mala bersiap membuka pintu gudang perlengkapan olahraga.

"Bima malu mengakui kesalahannya di depan umum, Lin. Mereka menunggu kita di dalam."

Kak Mala dengan sigap menarik tanganku memasuki gudang lalu mengunci pintunya.

"Ko-kok dikunci, Kak?"

Tanpa menjawab Kak Mala menghidupkan lampu. Ruangan yang semula agak gelap menjadi terang benderang.

Aku terkejut, di ruangan itu sudah ada Bima and genk yang terdiri dari Kak Dion, Kak Hendra dan Kak Bima sendiri.

"Kamu adik Karmila, Bukan?" tanya Kak Dion tiba-tiba. Aku menoleh ke arahnya.

"Iya, kenapa Kakak bisa tahu?" Karmila adalah kakakku satu-satunya. Kami lain sekolah.

"Bagai bumi dan langit, Karmila cantik sedang kau ... "

"Sudah! Kita mulai saja. Lin, kamu ingin lepas dari bullyan Bima lover, nggak?" tanya Kak Mala mendekat padaku. Persaan ku menjadi tak enak. Kak Mala tak seperti yang kukenal sebelumnya.

"Iya mau, Kak."

"Ok. Kita mulai, Beib!" Kak Mala berkata begitu pada Kak Hendra yang memegang kamera.

Kak Mala mengeluarkan ponselnya lalu menyodorkan padaku.

"Peragakan video itu!" Kuperhatikan video itu dengan seksama kemudian menjauhkannya sambil menggeleng jijik.

"Nggak, Kak! Aku nggak mau!"

"Kamu mau Bima's lover semakin membully mu? Atau Kamu mau bea siswamu dicabut? Hendra bisa saja memanipulasi kata lalu melaporkan mu pada mamanya. Kamu tahu kan Hendra anak kepala sekolah." gertak Kak Mala.

"Ta-tapi ... "

"Buruan!"

Aku menatap Kak Bima menghiba, lelaki dengan rambut belah tengah itu berpaling seolah tak peduli dengan tangisku. Dengan air mata berderai dan tangan gemetar kubuka kancing seragamku satu persatu seperti yang diperagakan video tadi. Sementara Kak Hendra menyorot kamera ke arahku.

"Wah, gue bisa sange ini." Kak Dion mencebik.

"Dibalik wajah jelek dadanya mulus juga, ya." Kak Hendra menyahut disertai pekikan kecilnya karena cubitan Kak Mala yang merupakan pacarnya.

Saat hampir semua kancing terbuka terdengar pintu diketuk dari luar.

"Siapa di dalam!"

"Eh, itu Pak Satpam." Kak Mala buru-buru membuka pintu.

"Saya, Pak. Mau mengantar bola sekalian merapikan barang-barang."

"Oh, buruan! Saya mau mengunci gerbang."

Mereka semua buru-buru keluar, meninggalkanku yang tersedu-sedu.

***

Flashback off

"Selamat siang, Bu Ralin. Rapat akan segera dimulai." Mila--sekretaris pribadiku muncul dari balik pintu.

Aku bergegas berdiri, merapikan blazerku lalu melangkah menuju ruang rapat. Kuhembuskan napas pelan sebelum memasuki ruangan itu, sebentar lagi aku akan melihat langsung lelaki yang menorehkan luka berkepanjangan dalam hidupku. Setapak demi setapak kakiku memasuki ruangan yang terasa panas, tetapi telapak tanganku malah membeku. Semua berdiri menyambut kehadiranku.

"Rapat dimulai, sebelumnya kita perkenalkan dulu manager pemasaran baru, pengganti Pak Juno. Silahkan, Pak Bima Adeswara."

Pimpinan rapat menyebutkan nama lelaki itu seiring sesak memenuhi rongga dadaku. Laki-laki itu berdiri, memperkenalkan dirinya yang sebelum ini merupakan manager pemasaran cabang di Surabaya. Mau tak mau aku melirik pria itu memastikan kalau itu bukan dia.

Namun, kenyataannya itu dia! Bima tak berubah, hanya wajahnya semakin dewasa dihiasi kumis serta cambang tipis serta tubuhnya yang tinggi berisi. Aku sudah tak fokus lagi, rapat kali ini mengambang di luar kepalaku.

Selang beberapa menit setelah itu rapat selesai dan giliranku mewawancarai nya di ruang kerjaku. Hatiku menolak, tapi aku harus profesional dalam bekerja.

"Selamat menyambut hari terburuk dalam hidupmu, 'Bima Adeswara," desisku.

Tbc ...

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Fadiyah NK
Niat balas dendam malah dijodohkan, bingung kan Raline
2024-01-15 23:14:48
0
user avatar
Fatmah Azzahra
bakal berubah dari benci jadi cinta gak ya
2024-01-15 12:32:06
0
user avatar
Disi77
semangat Raline ...
2024-01-15 09:44:20
0
user avatar
Ardhya Rahma
Keren. Semangat, Thor
2024-01-15 00:02:41
0
user avatar
Auphi
ceritanya seru. semangat up thor
2024-01-14 22:57:32
0
user avatar
De Lilah
seeu banget kisah Raline! semangat upnya thor!
2024-01-14 17:43:57
1
user avatar
Tatya Miranthy
masa lalu yang menyakitkan, Raline. saatnya balas dendam ke Bima.. kira2 malah ada kebucinan ngga ya...lanjut lagi, kak
2024-01-14 15:43:33
1
user avatar
Phina1901
Semangat berkarya Kak
2024-01-14 12:39:13
1
user avatar
Rich Mama
Yuk dilanjut Kak. Semangatttt nulisnya. Gass poll
2024-01-14 12:33:25
1
user avatar
NACL
judulnya bikin penasaran. lanjut up lagi Kak(^3^♪
2024-01-14 12:33:21
1
user avatar
MariaGG
semangat kak.
2024-01-14 11:52:57
1
user avatar
Prisma
Dari awal sudah seru dan menarik ceritanya, Kak. Semangat terus buat authornya :)
2024-01-14 11:47:09
1
user avatar
Daun Kering
Raline semoga bisa bahagia, semangat thor
2024-01-14 11:05:49
1
default avatar
Baby Yangfa
Pria yang dibenci malah dijodohin.. aduh kasihan amat Raline
2024-01-14 11:01:08
1
user avatar
Allyaalmahira
Masa lalu yang menyakitkan, sabar yahh. Lanjutkan thor
2024-01-14 09:59:23
1
  • 1
  • 2
36 Chapters
Part 1 pertemuan
***Kutatap lekat-lekat foto profil manager pemasaran baru yang terpampang di layar monitor laptopku. Dadaku bergemuruh hebat. Sekelebat bayangan kejadian silam kembali menyinggahi rongga kepalaku memanggil kebencian yang telah kukubur dalam-dalam. Akan tetapi sekarang aku mesti dipertemukan kembali dengan masa kelamku itu. 'Apa masih kurang penderitaan yang kualami karena kehadirannya dalam hidupku?'***Flashback On"Maukah Kak Bima menjadi pacarku? Kalau mau terima bunga ini."Beberapa saat yang lalu. Riuh rendah suara siswa-siswi peserta orientasi siswa baru memenuhi lapangan Sekolah Menengah Atas Nusa pertiwi. Sebuah sekolah swasta bergengsi di kota ini. "Para adik-adik sekalian! Diharap tenang, karena acara terakhir sebelum penutupan MOS akan segera dimulai." Terdengar pemberitahuan dari arah depan lapangan. Seketika para siswa diam dan menunggu instruksi selanjutnya. "Oke. Ini adalah penutupan, jadi kita mengadakan acara seru-seruan aja ya. Nah, Kita membuat lingkaran di te
last updateLast Updated : 2023-11-09
Read more
part 2 Baru Awal
**"Ya, silahkan masuk!" seruku saat mendengar ketukan dari arah pintu. Kutahan degup di dada kala Bima melangkah masuk. "Selamat datang, Pak Bima Adeswara, selamat bergabung di perusahaan pusat," ucapku tanpa melepas pandangan dari layar laptop yang menampilkan vc nya. Strata dua dengan gelar M. Ekon, merupakan pendidikan terakhirnya. Aku menyipit ketika melihat status perkawinan, ia masih lajang di usianya sekarang. 'Apa karma berlaku padanya?'"Maaf, saya boleh duduk, Bu Ralin."Aku kembali tersadar mendengar suara baritonnya. "E-eh, iya. Silahkan duduk, Pak Bima. Saya sudah membaca VC anda, kinerja anda sangat bagus sehingga kantor pusat meminta anda bergabung di sini. Nanti Pak Sigit akan menjadi mitra kerja anda. Ada yang perlu ditanyakan Pak Bima?" tanyaku tanpa menoleh padanya. "Tidak ada, Bu. Saya akan bekerja semaksimal mungkin untuk kemajuan perusahaan. Kalau begitu saya pamit ke ruangan ya, Bu Raline.""Ya, silahkan!" Karena tak mendengar pergerakan dari arah Bima, a
last updateLast Updated : 2023-11-09
Read more
part 3 Terpaksa
***Bunyi detak higheel menggema kala memasuki ruangan kerjaku. Di luar udara dingin akibat hujan semalam meretas masuk ke ruanganku yang berAC rendah. Kuambil remote dan mematikan AC yang membuatku menggigil menapakkan kaki di ruangan ini. "Selamat pagi, Bu Raline," sapa Hani. Gadis berhijab modern itu melangkah masuk membawa beberapa map di tangannya. "Hari ini jadwal Ibu ke kantor cabang di Surabaya. Ini agendanya," ucap Hani meletakkan map di depanku. "Atur keberangkatanku, Han. Mungkin aku akan langsung mengambil cuti sampai weekend di sana. Oh, ya. File dari Pak Sigit, asisten manager keuangan kirimkan seperti biasa ya, Han," pintaku sebelum Hani beranjak pergi. Hani mengangguk pasti. Aku tersenyum sambil menarik napas lega. Jarang-jarang aku mendapat tugas ke kantor cabang. Betul-betul saat yang tepat untuk melakukan plan A dan B sekaligus. Aku sengaja tak memberitahu Ayah dengan kedatanganku ke Surabaya. Toh, beliau tak akan peduli, mau aku datang atau tidak. Puluhan tah
last updateLast Updated : 2023-11-09
Read more
part 4 Penasaran
**"A-ayah ... "Hening tak ada jawaban. Tapi helaan napas itu masih dapat kudengar walaupun lirih. "Maaf, kalau Ralin tidak singgah, Yah sebab ada pekerjaan penting." Getir kuucapkan kata-kata itu. Aku tak tahu Ayah tahu kedatanganku darimana, yang jelas dari helaan napas itu beliau kecewa. Laju kendaraan sepeda motor nyaring terdengar di seberang telepon pertanda beliau sedang ada di toko saat ini karena Toko bahan material bangunan milik kami terletak di tepi jalan raya. Toko itu sudah ada sejak dari nenek moyang yang diwariskan turun temurun. Tak kunjung bicara dan memang beliau tak akan bicara, aku pamit pada Ayah karena harus menghadiri rapat pagi ini. "Maaf, Yah. Raline harus kerja dulu ... Assalamu'alaikum." Ketika ponsel itu hendak kumasukkan ke dalam saku blazer, panggilan dari Anita memaksaku mengurungkan niatku. "Hallo, Lin. Lagi kerja, ya? Sorry, loh.""Lah, kamu kan tahu itu.""Bentar, bentar aja. Ini kubagikan link berita hari ini ke IG kamu, ya."Anita langsung me
last updateLast Updated : 2023-11-09
Read more
part 5 kepercayaan
***Pov RalinKutepis lengan yang ingin memelukku dari belakang. "Kau masih menolakku setelah apa yang telah kulakukan semua untukmu?" ucap Rangga dengan gusar. Lelaki berkaos coklat itu mengeluarkan sebungkus rokok dari saku celananya, berjalan ke arah jendela lalu mematiknya di sana. "Maaf, Ngga. Ini hanya soal waktu, aku belum siap, tapi kupastikan tak akan lama lagi.""Aku kesal melihat laki-laki itu memelukmu tadi, sedang aku selalu kau beri batasan. Mau sampai kapan aku menunggu?"Rangga berdecak kesal sembari mengepulkan asap rokoknya ke udara. "Itu tadi tak sengaja, bukan dari hatiku. Aku hampir jatuh beruntung dia menolongku," jawabku menenangkan Rangga. "Apa lagi yang kamu inginkan? Dia sudah keluar dari perusahaan. Kamu tinggal menikah denganku, selesai persoalan.""Kalau kau tak sabar menunggu, kau bisa mencari perempuan lain, Ngga. Tak masalah bagiku selagi kamu berstatus bebas." Kuraih tas lalu bergegas keluar melewatinya. Aku kesal berlama-lama dengan pria yang h
last updateLast Updated : 2023-11-09
Read more
Permintaan
SUAMI DARI MASA LALUPart 6"Maaf Nak Bima. Umi telah membatalkan semuanya, Abi tak bisa berbuat apa-apa. Kamu tahu sendiri Umi bagaimana, 'bukan?""Tolonglah, Bi. Saya mencintai Annisa. Dengarkan penjelasan saya dulu. Saya hanya menolong wanita itu karena ia hampir terjatuh. Tak ada niat lain dan saya pastikan kalau sifat saya sudah berubah."Abi menghela napas panjang, lelaki yang rambutnya sudah memutih semua itu menggeleng pelan. "Abi percaya, Bima. Tapi semua tergantung pada Umi. Annisa harus menuruti perkataan Uminya kalau tak ingin dikatakan anak durhaka."Aku tak dapat berbuat apa-apa lagi untuk mempertahankan pernikahanku. Dengan langkah gontai aku keluar rumah Annisa.Sesampai di pintu pagar aku menoleh ke belakang, tepatnya ke jendela kamar samping rumah berarsitektur kuno itu. Annisa berdiri di sana dengan air mata berderai sambil menutup mulutnya dengan sapu tangan. Tak disangka kejadian yang hanya sekejab mata antara aku dan Bu Ralin berakibat fatal bagi pernikahanku.
last updateLast Updated : 2023-11-17
Read more
Maaf
SUAMI DARI MASA LALU Part 7**Aku masih bergelung di bawah selimut padahal sinar matahari sudah mengintip dari balik tirai jendela. Perlahan kusibak selimut tebal yang sekian hari menemani tidur malamku itu. Menapak kaki dengan malas di lantai lalu melangkah menuju jendela untuk membuka tirai. "Lin, maukah kamu menjadi pasangan Alex saat mengikuti pembukaan restoran barunya?" pinta Nyonya Lim semalam. Aku tahu keluarga Pak Lim ingin mendekatkan aku dan Alex, walau mereka tak ingin memaksa dengan alasan perbedaan agama diantara kami. Namun, semakin hari mereka ingin mengabaikan perbedaan itu. "Tak ada salahnya dicoba, kami pun ikhlas kalau Alex mengikuti keyakinanmu jika memang dia nyaman denganmu."Kata-kata itu yang kupikirkan semalaman hingga membuat insomnia ku merajalela. Deringan ponsel mengalihkan pandanganku dari bangunan berjejer di bawah lantai dua puluh ini. "Sebentar lagi saya sampai, kamu handle dulu, ya." Aku mengakhiri panggilan dari Hani. Sedetik kemudian pang
last updateLast Updated : 2023-11-17
Read more
Part 8 Perkenalan
SUAMI DARI MASA LALU Part 8Pov Bima**"Masuk, Nak." Kujejalkan kaki memasuki rumah besar dan luas tapi bercorak kuno itu. Cat dindingnya yang berwarna putih sudah banyak yang mengelupas butuh dicat kembali. Di ruang tamu rumah itu aku disuguhkan aneka perabotan yang juga termakan usia, hanya tirai jendela dan pintu yang mengikuti model jaman sekarang. "Rumah lama, Nak. Kami membelinya puluhan tahun lalu dari orang lain. Rumah yang banyak kenangan sehingga saya enggan mengganti segala sesuatu yang berkaitan dengan almarhum istri saya," ujar Pak Udi melihatku memandang sekeliling. "Tunggu saya buatkan kopi.""Tak usah, Pak, hanya merepotkan Bapak saja," larangku. Namun, Pak Udi tak menggubris, dengan jalan terpincang-pincang ia memasuki ruang dalam. Tak beberapa lama dia muncul dengan nampan di tangan, buru-buru aku mengambil alih nampan itu sebab ia agak kewalahan. "Dicoba, Nak. Kopi saya terkenal enak ... Kata anak saya," kekeh Pak Udi. Aku menyeruput kopi dari pinggiran gel
last updateLast Updated : 2023-11-18
Read more
Part 9 bersalah
Pov Bima**"Masuk, Nak." Kujejalkan kaki memasuki rumah besar dan luas tapi bercorak kuno itu. Cat dindingnya yang berwarna putih sudah banyak yang mengelupas butuh dicat kembali. Di ruang tamu rumah itu aku disuguhkan aneka perabotan yang juga termakan usia, hanya tirai jendela dan pintu yang mengikuti model jaman sekarang. "Rumah lama, Nak. Kami membelinya puluhan tahun lalu dari orang lain. Rumah yang banyak kenangan sehingga saya enggan mengganti segala sesuatu yang berkaitan dengan almarhum istri saya," ujar Pak Udi melihatku memandang sekeliling. "Tunggu saya buatkan kopi.""Tak usah, Pak, hanya merepotkan Bapak saja," larangku. Namun, Pak Udi tak menggubris, dengan jalan terpincang-pincang ia memasuki ruang dalam. Tak beberapa lama dia muncul dengan nampan di tangan, buru-buru aku mengambil alih nampan itu sebab ia agak kewalahan. "Dicoba, Nak. Kopi saya terkenal enak ... Kata anak saya," kekeh Pak Udi. Aku menyeruput kopi dari pinggiran gelas. Betul, terasa nikmat dan
last updateLast Updated : 2023-11-19
Read more
Part 10 Pendekatan
Part 10Pov Raline**Pak Lim sedang menatap layar ponselnya ketika aku masuk. Pria bermata sipit itu menyuruh duduk tanpa melepas pandangannya dari layar. Aku jengah dengan kesibukannya dan mengabaikanku yang sedari tadi duduk di sini. "Sorry, Lin. Ada hal penting yang ingin dibicarakan Alex." Sudah kuduga ini yang akan disampaikannya sebab aku telah memblokir nomor Alex. Lemah sekali dia melibatkan orang tua dalam masalahnya, dasar anak mami! Makiku dalam hati. "Kalian harus menyelesaikan kesalahan pahaman ini. Kau tahu, Mama Alex sampai tak tidur memikirkan ini.""Apa, Pak Lim? Sampai segitunya?" tanyaku tak percaya. "Iya. Alex telah menceritakan semua pada kami. Nah, itu dia datang." Pak Lim menunjuk ke pintu. Aku mendengar langkah kaki Alex memasuki ruangan ini. Ia duduk di sampingku sama-sama menghadap Pak Lim. "Aku tinggal, silahkan kalian bicara berdua." Pak Lim berdiri lalu berderap ke luar. Hening, hanya detak jarum jam di dinding terdengar sebagai irama kesunyian dia
last updateLast Updated : 2023-11-21
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status