Share

part 2 Baru Awal

Author: Silver Girl
last update Last Updated: 2023-11-09 16:19:57

**

"Ya, silahkan masuk!" seruku saat mendengar ketukan dari arah pintu. Kutahan degup di dada kala Bima melangkah masuk.

"Selamat datang, Pak Bima Adeswara, selamat bergabung di perusahaan pusat," ucapku tanpa melepas pandangan dari layar laptop yang menampilkan vc nya.

Strata dua dengan gelar M. Ekon, merupakan pendidikan terakhirnya. Aku menyipit ketika melihat status perkawinan, ia masih lajang di usianya sekarang.

'Apa karma berlaku padanya?'

"Maaf, saya boleh duduk, Bu Ralin."

Aku kembali tersadar mendengar suara baritonnya.

"E-eh, iya. Silahkan duduk, Pak Bima. Saya sudah membaca VC anda, kinerja anda sangat bagus sehingga kantor pusat meminta anda bergabung di sini. Nanti Pak Sigit akan menjadi mitra kerja anda. Ada yang perlu ditanyakan Pak Bima?" tanyaku tanpa menoleh padanya.

"Tidak ada, Bu. Saya akan bekerja semaksimal mungkin untuk kemajuan perusahaan. Kalau begitu saya pamit ke ruangan ya, Bu Raline."

"Ya, silahkan!"

Karena tak mendengar pergerakan dari arah Bima, aku mendongak. Mata kami bersirohok untuk sesaat.

Seketika darahku berdesir, Bima masih punya pesona yang tak lengkang oleh waktu.

"Ada yang ingin anda tanyakan, Pak Bima?" Aku tak ingin luluh oleh perasaanku sendiri dan melupakan rencanaku selanjutnya.

"Ti-tidak, Buk. Cuma ... Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Pertanyaan membuat jantungku memompa begitu cepat. 'Apa dia mengingatku?"

"Saya rasa tidak, Pak. Menurut Bapak?"

"Hmm, berarti saya salah orang. Kalau begitu permisi, Bu." Bima Adeswara memutar tubuhnya lalu melangkah pelan meninggalkan ruanganku. Saat menggapai pintu ia menoleh dan aku buru-buru menatap laptop kembali.

**

Segelas jus jeruk hampir tinggal separo ketika Rangga datang. Setengah berlari lelaki berkulit coklat itu menghampiriku.

"Maaf, sayang. Aku betul-betul telat kali ini." Dia berusaha menggapai jemariku yang langsung kutepis pelan.

"Nggak apa-apa, Rangga. Aku mengerti kesibukan kamu."

Rangga merupakan rekan bisnisku, dia pernah menyatakan perasaannya, tapi aku belum bisa menerima lelaki berahang tegas itu.

Aku tak pernah dekat dengan lelaki manapun sejak kejadian itu. Bisa jadi aku trauma atau apalah istilah orang untuk keadaanku ini, padahal usiaku sudah memasuki kepala tiga.

"Tumben ngajak ketemuan, apa ada yang kangen, Nih," ujarnya sembari mencolek hidung bangirku.

"To the point aja ya, Ngga. Aku ingin mengajak kerjasama soal bisnis, kamu bisa?"

Rangga nampak berpikir, kening pria berkumis tipis itu menyerngit.

"Kau ingin mengkhianati perusahaanmu?" tanya Rangga sambil meraih jus pesannya yang baru sampai.

"Bukan ... Bukan! Tak sampai sejauh itu, hanya sedikit saja." Kutunjukkan ujung jemariku.

Perusahaan Rangga boleh dikatakan pesaing perusahaanku. Kami sama-sama mencari investor untuk kemajuan perusahaan masing-masing. Kali ini mungkin rencanaku agak merugikan perusahaan kami tapi hanya untuk sementara.

"Oke, tapi setelah itu adakah ruang hatimu terbuka sedikit untukku?" Aku mengangguk samar karena memang berat, tapi demi tujuanku apapun akan kulakukan.

"""

Derit pintu pagar yang berkarat menyambut kedatanganku. Setiap minggu aku akan pulang ke Surabay untuk menginap di rumah Ayah, sedangkan di Jakarta aku tinggal di apartemen sendiri. Sedang ayah memilih sendiri di rumah ini, ia tak mau ikut Kak Mila atau pun ikut aku.

Seperti biasa, sepi selalu menyambutku karena ayah belum kembali dari toko. Kuhempaskan bobot tubuh yang lelah di sofa ruang tamu yang mulai lapuk termakan usia. Ayah tak mau mengganti perabot apapun di rumah ini karena tak ingin kehilangan momen kenangan bersama Ibu.

Tak lama terdengar sebuah motor berhenti di halaman, pertanda ayah sudah pulang.

"Ayah sudah pulang? Mau Ralin siapkan makanan apa?" Aku menyalami tangan keriput itu takzim.

Masih sama seperti hari-hari sebelumnya, beliau tetap diam mengabaikanku lalu melangkah terseok meninggalkanku.

Ayah baru sembuh dari stroke, mengakibatkan jalannya sudah tak normal lagi.

"Loh, ayah mau kemana lagi?" Aku heran melihat beliau menyandang sebuah ransel di punggungnya.

"Anak kakakmu ulang tahun."

Beliau membalik badan dan menuju motornya kembali.

"Ayah tunggu! Ini tolong kasihkan pada anak Kak Mila."

Kuangsur beberapa lembar uang merah ke tangannya. Ayah mengambil uang itu lalu menaiki motornya.

"Bagaimana kalau Ralin antar saja?"

Beliau menggeleng lalu melajukan motornya meninggalkan pekarangan.

Kuhembuskan napas panjang menutup kembali pintu pagar. Walaupun beliau mengabaikanku sebagai anak tapi ia tetap Ayahku. Entah sampai kapan beliau bersikap dingin seperti itu padaku dan entah bagaimana cara agar kata maaf bisa kudapatkan darinya.

***

Flashback On

"Mila, ada apa tetangga mengerumuni halaman rumah kita?" Terdengar suara gugup ibu memanggil Kak Mila. Aku yang sedari tadi di kamar sambil membaca novel kesukaanku mempertajam pendengaran.

Kak Mila bergegas keluar lalu masuk kembali dengan suara panik.

"Bu, mereka ingin bertemu ibu, ayo kita ke depan." Kak Mila memapah ibu menuju pintu masuk. Aku mengintip dari celah jendela, Perasaanku sudah tak karuan, takut, cemas kalau-kalau ini berkaitan denganku.

"Bu Dibyo! Kalau punya anak gadis itu ya dijaga," sela suara yang kutahu itu Bu Marni, tetangga paling kepo seantro komplek.

"Kenapa dengan anak gadis saya, Bu?"

Terdengar suara gemetar ibu.

"Lihat kamu ulah adikmu, Mila. Pintar, berprestasi tapi kelakuan bobrok! Bikin malu RT kita saja. Coba tengok namamu di tag kok di F*." Bu Nunik yang bicara. Ibu dan Kak Mila saling tatap penuh tanya lalu Kak Mila bergegas masuk mengambil hapenya yang tengah dicharge.

Mata Kak Mila terbelalak sempurna, telapak tangan kirinya menutup mulutnya yang ternganga. Gegas ia meletakkan ponselnya lalu mendekatiku yang gemetaran. Tangannya melayang ke wajahku.

"Dasar tak tahu malu. Apa kerjamu di sekolah, Hah? Bukannya sekolah baik-baik malah membuat malu keluarga."

Aku hanya menggeleng dengan berurai air mata, untuk dapat membela diri saja aku tak sanggup.

Kulihat Ibu meraih ponsel Kak Mila di atas meja tanpa dapat dicegah Kak Mila. Seketika beliau terduduk lemas di lantai sambil memegang dadanya. Wajahnya menyerngit menahan sakit.

"Ibu ... Ibu, maafin Ralin. Mereka menjebak Ralin, Bu," teriakku mendekati tubuh ibu yang sudah limbung di lantai. Akhirnya apa yang kutakutkan terjadi, videoku itu tersebar di grub F******k dibarengi tag pada orang-orang yang mengenalku.

Kak Mila menjerit memanggil tetangga yang masih berkumpul di halaman untuk membantu membawa ibu.

Ayah datang dengan tergopoh-gopoh, beliau ikut panik melihat keadaan Ibu.

"Ada apa ini? Kenapa ibu kalian begini."

Tanpa menunggu jawaban kami, Ayah dan beberapa warga mengangkat tubuh ibu membawanya ke rumah sakit.

Malang tak dapat ditolak, ibu menghembuskan napas terakhir sebelum sampai di rumah sakit sebab beliau memang menderita penyakit jantung akut.

Aku hancur, ibu meninggal, bea siswaku dicabut juga dikeluarkan dari sekolah. Namun, yang lebih parah lagi Ayah dan Kak Mila membenci dan mendiamkanku. Mereka menganggap aku yang menjadi penyebab meninggalnya Ibu. Aku ada tapi dianggap tak ada.

Aku harus berjuang sendiri untuk melanjutkan sekolah. Beruntung otak encerku membawa berkah. Aku tetap bisa bersekolah hingga kuliah dengan kerja kerasku sendiri.

Namun, maaf dari ayah dan Kak Mila tak kunjung aku dapatkan meskipun kini aku telah jadi orang sukses.

Salahkah aku dendam dengan mereka yang menghancurkan hidupku? langkag selanjutnya!

Tbc...

Related chapters

  • Suami Dari Masa Lalu   part 3 Terpaksa

    ***Bunyi detak higheel menggema kala memasuki ruangan kerjaku. Di luar udara dingin akibat hujan semalam meretas masuk ke ruanganku yang berAC rendah. Kuambil remote dan mematikan AC yang membuatku menggigil menapakkan kaki di ruangan ini. "Selamat pagi, Bu Raline," sapa Hani. Gadis berhijab modern itu melangkah masuk membawa beberapa map di tangannya. "Hari ini jadwal Ibu ke kantor cabang di Surabaya. Ini agendanya," ucap Hani meletakkan map di depanku. "Atur keberangkatanku, Han. Mungkin aku akan langsung mengambil cuti sampai weekend di sana. Oh, ya. File dari Pak Sigit, asisten manager keuangan kirimkan seperti biasa ya, Han," pintaku sebelum Hani beranjak pergi. Hani mengangguk pasti. Aku tersenyum sambil menarik napas lega. Jarang-jarang aku mendapat tugas ke kantor cabang. Betul-betul saat yang tepat untuk melakukan plan A dan B sekaligus. Aku sengaja tak memberitahu Ayah dengan kedatanganku ke Surabaya. Toh, beliau tak akan peduli, mau aku datang atau tidak. Puluhan tah

    Last Updated : 2023-11-09
  • Suami Dari Masa Lalu   part 4 Penasaran

    **"A-ayah ... "Hening tak ada jawaban. Tapi helaan napas itu masih dapat kudengar walaupun lirih. "Maaf, kalau Ralin tidak singgah, Yah sebab ada pekerjaan penting." Getir kuucapkan kata-kata itu. Aku tak tahu Ayah tahu kedatanganku darimana, yang jelas dari helaan napas itu beliau kecewa. Laju kendaraan sepeda motor nyaring terdengar di seberang telepon pertanda beliau sedang ada di toko saat ini karena Toko bahan material bangunan milik kami terletak di tepi jalan raya. Toko itu sudah ada sejak dari nenek moyang yang diwariskan turun temurun. Tak kunjung bicara dan memang beliau tak akan bicara, aku pamit pada Ayah karena harus menghadiri rapat pagi ini. "Maaf, Yah. Raline harus kerja dulu ... Assalamu'alaikum." Ketika ponsel itu hendak kumasukkan ke dalam saku blazer, panggilan dari Anita memaksaku mengurungkan niatku. "Hallo, Lin. Lagi kerja, ya? Sorry, loh.""Lah, kamu kan tahu itu.""Bentar, bentar aja. Ini kubagikan link berita hari ini ke IG kamu, ya."Anita langsung me

    Last Updated : 2023-11-09
  • Suami Dari Masa Lalu   part 5 kepercayaan

    ***Pov RalinKutepis lengan yang ingin memelukku dari belakang. "Kau masih menolakku setelah apa yang telah kulakukan semua untukmu?" ucap Rangga dengan gusar. Lelaki berkaos coklat itu mengeluarkan sebungkus rokok dari saku celananya, berjalan ke arah jendela lalu mematiknya di sana. "Maaf, Ngga. Ini hanya soal waktu, aku belum siap, tapi kupastikan tak akan lama lagi.""Aku kesal melihat laki-laki itu memelukmu tadi, sedang aku selalu kau beri batasan. Mau sampai kapan aku menunggu?"Rangga berdecak kesal sembari mengepulkan asap rokoknya ke udara. "Itu tadi tak sengaja, bukan dari hatiku. Aku hampir jatuh beruntung dia menolongku," jawabku menenangkan Rangga. "Apa lagi yang kamu inginkan? Dia sudah keluar dari perusahaan. Kamu tinggal menikah denganku, selesai persoalan.""Kalau kau tak sabar menunggu, kau bisa mencari perempuan lain, Ngga. Tak masalah bagiku selagi kamu berstatus bebas." Kuraih tas lalu bergegas keluar melewatinya. Aku kesal berlama-lama dengan pria yang h

    Last Updated : 2023-11-09
  • Suami Dari Masa Lalu   Permintaan

    SUAMI DARI MASA LALUPart 6"Maaf Nak Bima. Umi telah membatalkan semuanya, Abi tak bisa berbuat apa-apa. Kamu tahu sendiri Umi bagaimana, 'bukan?""Tolonglah, Bi. Saya mencintai Annisa. Dengarkan penjelasan saya dulu. Saya hanya menolong wanita itu karena ia hampir terjatuh. Tak ada niat lain dan saya pastikan kalau sifat saya sudah berubah."Abi menghela napas panjang, lelaki yang rambutnya sudah memutih semua itu menggeleng pelan. "Abi percaya, Bima. Tapi semua tergantung pada Umi. Annisa harus menuruti perkataan Uminya kalau tak ingin dikatakan anak durhaka."Aku tak dapat berbuat apa-apa lagi untuk mempertahankan pernikahanku. Dengan langkah gontai aku keluar rumah Annisa.Sesampai di pintu pagar aku menoleh ke belakang, tepatnya ke jendela kamar samping rumah berarsitektur kuno itu. Annisa berdiri di sana dengan air mata berderai sambil menutup mulutnya dengan sapu tangan. Tak disangka kejadian yang hanya sekejab mata antara aku dan Bu Ralin berakibat fatal bagi pernikahanku.

    Last Updated : 2023-11-17
  • Suami Dari Masa Lalu   Maaf

    SUAMI DARI MASA LALU Part 7**Aku masih bergelung di bawah selimut padahal sinar matahari sudah mengintip dari balik tirai jendela. Perlahan kusibak selimut tebal yang sekian hari menemani tidur malamku itu. Menapak kaki dengan malas di lantai lalu melangkah menuju jendela untuk membuka tirai. "Lin, maukah kamu menjadi pasangan Alex saat mengikuti pembukaan restoran barunya?" pinta Nyonya Lim semalam. Aku tahu keluarga Pak Lim ingin mendekatkan aku dan Alex, walau mereka tak ingin memaksa dengan alasan perbedaan agama diantara kami. Namun, semakin hari mereka ingin mengabaikan perbedaan itu. "Tak ada salahnya dicoba, kami pun ikhlas kalau Alex mengikuti keyakinanmu jika memang dia nyaman denganmu."Kata-kata itu yang kupikirkan semalaman hingga membuat insomnia ku merajalela. Deringan ponsel mengalihkan pandanganku dari bangunan berjejer di bawah lantai dua puluh ini. "Sebentar lagi saya sampai, kamu handle dulu, ya." Aku mengakhiri panggilan dari Hani. Sedetik kemudian pang

    Last Updated : 2023-11-17
  • Suami Dari Masa Lalu   Part 8 Perkenalan

    SUAMI DARI MASA LALU Part 8Pov Bima**"Masuk, Nak." Kujejalkan kaki memasuki rumah besar dan luas tapi bercorak kuno itu. Cat dindingnya yang berwarna putih sudah banyak yang mengelupas butuh dicat kembali. Di ruang tamu rumah itu aku disuguhkan aneka perabotan yang juga termakan usia, hanya tirai jendela dan pintu yang mengikuti model jaman sekarang. "Rumah lama, Nak. Kami membelinya puluhan tahun lalu dari orang lain. Rumah yang banyak kenangan sehingga saya enggan mengganti segala sesuatu yang berkaitan dengan almarhum istri saya," ujar Pak Udi melihatku memandang sekeliling. "Tunggu saya buatkan kopi.""Tak usah, Pak, hanya merepotkan Bapak saja," larangku. Namun, Pak Udi tak menggubris, dengan jalan terpincang-pincang ia memasuki ruang dalam. Tak beberapa lama dia muncul dengan nampan di tangan, buru-buru aku mengambil alih nampan itu sebab ia agak kewalahan. "Dicoba, Nak. Kopi saya terkenal enak ... Kata anak saya," kekeh Pak Udi. Aku menyeruput kopi dari pinggiran gel

    Last Updated : 2023-11-18
  • Suami Dari Masa Lalu   Part 9 bersalah

    Pov Bima**"Masuk, Nak." Kujejalkan kaki memasuki rumah besar dan luas tapi bercorak kuno itu. Cat dindingnya yang berwarna putih sudah banyak yang mengelupas butuh dicat kembali. Di ruang tamu rumah itu aku disuguhkan aneka perabotan yang juga termakan usia, hanya tirai jendela dan pintu yang mengikuti model jaman sekarang. "Rumah lama, Nak. Kami membelinya puluhan tahun lalu dari orang lain. Rumah yang banyak kenangan sehingga saya enggan mengganti segala sesuatu yang berkaitan dengan almarhum istri saya," ujar Pak Udi melihatku memandang sekeliling. "Tunggu saya buatkan kopi.""Tak usah, Pak, hanya merepotkan Bapak saja," larangku. Namun, Pak Udi tak menggubris, dengan jalan terpincang-pincang ia memasuki ruang dalam. Tak beberapa lama dia muncul dengan nampan di tangan, buru-buru aku mengambil alih nampan itu sebab ia agak kewalahan. "Dicoba, Nak. Kopi saya terkenal enak ... Kata anak saya," kekeh Pak Udi. Aku menyeruput kopi dari pinggiran gelas. Betul, terasa nikmat dan

    Last Updated : 2023-11-19
  • Suami Dari Masa Lalu   Part 10 Pendekatan

    Part 10Pov Raline**Pak Lim sedang menatap layar ponselnya ketika aku masuk. Pria bermata sipit itu menyuruh duduk tanpa melepas pandangannya dari layar. Aku jengah dengan kesibukannya dan mengabaikanku yang sedari tadi duduk di sini. "Sorry, Lin. Ada hal penting yang ingin dibicarakan Alex." Sudah kuduga ini yang akan disampaikannya sebab aku telah memblokir nomor Alex. Lemah sekali dia melibatkan orang tua dalam masalahnya, dasar anak mami! Makiku dalam hati. "Kalian harus menyelesaikan kesalahan pahaman ini. Kau tahu, Mama Alex sampai tak tidur memikirkan ini.""Apa, Pak Lim? Sampai segitunya?" tanyaku tak percaya. "Iya. Alex telah menceritakan semua pada kami. Nah, itu dia datang." Pak Lim menunjuk ke pintu. Aku mendengar langkah kaki Alex memasuki ruangan ini. Ia duduk di sampingku sama-sama menghadap Pak Lim. "Aku tinggal, silahkan kalian bicara berdua." Pak Lim berdiri lalu berderap ke luar. Hening, hanya detak jarum jam di dinding terdengar sebagai irama kesunyian dia

    Last Updated : 2023-11-21

Latest chapter

  • Suami Dari Masa Lalu   part 36 hancur

    **RALINEBukan hanya tubuhku yang sakit, tapi hatiku hancur berkeping-keping. Dua jam sudah aku berendam, meratap di dalam air bathup yang dingin hingga jari tangan dan kakiku keriput. Kubiarkan air keran itu hidup hingga meluber ke lantai kamar mandi walau terdengar sekilas bunyi dering ponsel yang tertelan bunyi keran yang mengalir. Dadaku semakin sesak mengingat kejadian yang menimpaku. Semakin berusaha kulupakan semakin berat napas melewati tenggorokan hingga kesulitan bernapas dan air mata kembali membanjir seiring air yang meluber dari bathup yang melimpah. Apa nanti yang akan kukatakan pada Bima mengenai istrinya yang sudah dua kali dilecehkan Dion dan kali ini lebih parah apalagi statusku adalah istri Bima tapi Dion ikut mencicipi tubuhku. Kembali air mata yang mengambang di pelupuk mataku. Kupukul tubuhku dengan perasaan jijik sambil berteriak. "Awas kau Dion! Aku akan membalas semua perbuatanmu! Tunggu Dion! Tunggu!"Merasa puas meluapkan semua perasaan, perlahan aku ban

  • Suami Dari Masa Lalu   part 35 dion

    DionMalas, begitu Bos menyuruhku untuk tugas ke Surabaya lagi. Aku sudah terlalu nyaman hidup di Jakarta yang glamor. Tapi, karena tak ada yang kenal wilayah Surabaya sepertiku, jadilah aku berada di sini sekarang. Bertemu dengan masa lalu dan teman-teman sekolah termasuk Bima. Pria gagah itu semakin matang saja, tapi sayang masih lajang. Aku menertawakannya dalam hati, apa beda dengan diriku?Aku sudah mulai menaruh rasa iri pada Bima sejak sekolah menengah atas. Mulai dari cewek-cewek yang mengidolakannya, prestasi yang bagus dan sejumlah keberuntungan yang pantas menumbuhkan rasa iri. "Dia dipecat dari perusahaannya di Jakarta.""Pernikahannya gagal.""Sekarang bekerja di toko bangunan."Berseliweran berita tentang Bima yang singgah di telingaku saat kumpul dengan para alumni dan aku tersenyum puas. Akhirnya Bima mendapatkan hal buruk juga, jangan selalu keberuntungan terus yang berpihak padanya. Ketika itu aku menunggu pelangganku di sebuah kafe aku melihat Anita, tetanggaku s

  • Suami Dari Masa Lalu   part 34 kena batu

    **RALINEBau peralatan sembahyang keluarga Pak Lim menguar dari bilik rawat itu. Rupanya Nyonya Lim sedang sembayang. Aku menunggu sampai perempuan paruh baya itu selesai. "Raline? Kapan kamu sampai? Ayo, masuk." Kak Moi mendapatiku berdiri menyandar tiang penyangga. "Baru sampai kok, Kak. Nyonya lagi sembahyang, saya tak ingin mengganggu," jawabku keberatan. "Nggak, apa. Ayo!" Kak Moi meraih tanganku memasuki ruang inap. Nyonya Lim melirik lalu menghentikan kegiatannya. Perempuan paruh baya itu menatapku dengan berkaca-kaca, segera dirangkulnya diriku dan menangis dipelukanmuku cukup lama. "Kami senang kamu datang, Lin. Mudah-mudahan Bapak segera sadar."Nyonya Lim menuntun tanganku mendekati ranjang Pak Lim yang banyak selang. Kepala dan kaki lelaki paruh baya itu diperban. Aku melirik monitor yang bergerak lambat. "Pah, ini Raline sudah datang! Bangunlah," ucap Nyonya Lim menutup mulutnya menahan tangis. Tetiba ruangan itu begitu sunyi yang terdengar hanyalah bunyi monitor.

  • Suami Dari Masa Lalu   part 33 tak ada yang kebetulan

    *RalineKandungan ini begitu kuat, segala cara telah kucoba. Memakan buah nanas muda dan terakhir adalah minum jamu buatan Mbok Jum, tetangga komplek ini yang berjualan jamu di pasar. Sore itu sepulang kerja, Lidia memanggilku. "Lin! Sudah lama tak singgah, mampir dulu," ajak Lidia di balik pagarnya.Aku yang bawaannya malas terpaksa mengiyakan, tak enak dia seperti sengaja menungguku. Kebetulan Bima belum pulang juga. "Bagaimana dengan Dion? Apa hubungan kalian berjalan dengan lancar?" tanya Lidia menyelidik. Aku mengedikkan bahu. "Ya, begitulah. Ada apa memanggilku?"tanyaku tak ingin berlama-lama di sini sebab Perutku serasa diaduk-aduk ketika menci*um aroma farfum Lidia yang menyengat. "Kamu kenapa? Kok menutup mulut?" tatap Lidia heran, tapi kemudian dia tersenyum. "Hayo, kamu hamil ya? Persis seperti aku waktu itu. Mencium bau apa saja mual. Tapi aku nggak pengen, kubuang aja."Hatiku tergelitik mendengar cerita Lidia. "Kamu buang pake apa?" Aku tak berani menatapnya ta

  • Suami Dari Masa Lalu   part 32 Bersalah

    **Pov Bima"Hendra sudah cerita semuanya dan aku meradang." Mama Hendra menatap tajam ke dalam bola mataku. "Aku ingin melaporkan istrimu itu atas tuduhan penyalahgunaan undang-undanh ITE. Mana dia? Pasti sekarang ia takutkan?" Mama Hendra melirik pintu kamar.Aku hanya diam tak melakukan pembelaan terhadap Raline, aku ingin ia dapat pelajaran dari kejadian ini. Akan tetapi mengingat ia sedang hamil memaksaku ikut bicara. "Maafkan, Raline, Bu. Apa kita tak bisa menempuh jalan damai?" Mama Hendra mendesah, sedikit membenahi posisi duduknya. Sesekali ia melirik ke pintu kamar yang tertutup. "Bim, kamu tahu keadaan Hendra, Bukan? Sudah kemana-mana aku membawanya berobat. Kalau biaya sudah tak terkatakan ... " Mama Hendra menjeda ucapannya. Sebutir air mata jatuh menimpa pipinya yang keriput. Hatiku ikut pedih mendengarnya. Hendra telah kehilangan Ayahnya sejak duduk dibangku esempe, hanya Mamanya yang berjuang untuk hidup mereka dan sekarang Mama Hendra sudah pensiun, mereka hanya

  • Suami Dari Masa Lalu   part 31 Terbongkar

    **Pov Bima"Raline!" Aku menghentikan pemilik gocar yang mendorong Raline. "Terus jalan, Pak!" pukas Raline. Aku menahan laju kursi roda itu. "Kamu mau apa? Urus saja selingkuhanmu itu," ucap Raline dengan tatapan entah. Ada sebening kaca di sudut matanya tapi kemarahan juga bergelayut di mata itu. "Cemburu, kah ia?""Dia karyawanku yang mengalami kecelakaan kerja," jawabku menghalau kecurigaan Raline. "Bagus! Lebih penting karyawan daripada istri sendiri, ya?""Istri? Loh, kamu sendiri yang bilang kita hidup sendiri-sendiri, Bukan?"Raline diam, tapi kaca di sudut mata menetes, buru-buru disekanya dan menyuruh Bapak itu untuk melanjutkan jalannya kursi roda. 'Astaghfirullah, apa yang telah kukatakan dalam keadaan Raline yang sedang sakit itu.'Aku lekas menggantikan Bapak gocar itu setelah membayar ongkos gocar-nya. Semoga Maya tak mengapa menungguku.Lekas kudorong kursi menuju ruang UGD ketika kuperhatikan sekilas wajah Raline yang pucat pasi.Sesampainya di pintu ugd, seoran

  • Suami Dari Masa Lalu   part 30 dilema

    **Nindi menyentuh bahuku yang terduduk di lantai kamar mandi granit berwarna hitam yang dingin. Perlahan ia memegang ketiak lalu mengangkatku susah payah. Kulihat sebelumnya Nindi mengambil test pack itu, mengamati dan membuangnya ke tempat sampah. Aku didudukkan di sofa jati berukiran emas di pinggirannya. "Apa salahnya kalau kamu hamil? Toh, kamu punya suami?" Nindi merapikan anak rambutku yang berserakan. Cepat aku menoleh padanya. "Apa betul aku hamil?"Nindi mengedikkan bahu. "Entah! Aku belum pernah melihat orang menggunakannya. Garis duanya pun masih samar," komentar Nindi yang melegakan sedikit kekalutan hatiku. "Kau belum menjawab kenapa tak mau hamil anak suamimu?" Nindi menatapku menunggu cerita yang keluar dari mulutku.Aku tak punya siapa lagi yang bisa dipercaya. Sahabat? Hanya Nindi yang masih berempati padaku. Satu lagi Anita. Eh, Anita sekarang apa kabar? Dia tak pernah lagi menghubungiku padahal kami satu kota sekarang. Nindi menyentuh tanganku hingga cerita i

  • Suami Dari Masa Lalu   part 29 hamil

    **Kelopak mataku yang berwarna pink muda dengan bulu mata panjang dan lentik membuka perlahan. Bola mata indah yang kuhiasi soflen berwarna orange itu memutar kesekeliling. "Kau sudah sadar, Raline!" Suara khas lembut dan keibuan itu memaksaku menoleh. "Nyonya Kim? Kenapa aku ada di sini? Ini di mana?" Kucecar Nyonya Lim dengan pertanyaan yang bersileweran di kepalaku. "Kau di kamar Moi. Tadi kamu tiba-tiba pingsan. Kamu belum makan dari kemarin, ya?"Aku mengingat semalam memang tak makan dan langsung tidur sampai hari ini belum ada satu butir pun masuk ke perutku. "Sebaiknya Nyonya ke depan mendampingi pengantin, saya sudah merasa baik," ucapku melihat Nindi berdiri di depan pintu masuk. "Kamu yakin? tanya wanita berkebaya creamy itu memastikan. "Iya, Nyonya. Ada teman saya di luar, ia bisa membawa saya pulang." Aku menunjuk ke luar diikuti tatapan Nyonya Lim. "Baiklah, Raline. Kalau kau masih merasa belum baik istirahatlah di sini sampai esok."Nyonya Lim menawarkan kebaika

  • Suami Dari Masa Lalu   part 28 terjebak rasa

    **Pov BimaKuketuk berkali-kali kamar Raline memastikan ia ada di dalam. Namun, tak sedikitpun pintu itu terkuak mengisyaratkan ada orang di dalam. 'Kemana Raline? Bagaimana kalau Ayah datang, aku harus bilang apa?"Aku mengacak rambut kesal, kebiasaannya pergi tanpa bicara minimal kirim pesan walau aku tak dianggap. Padahal sebentar lagi Ayah sampai. Kucoba mengirim pesan menanyakan di mana dia berada, tapi centang satu, begitu pula panggilan hanya memanggil tak berdering. Aku memilih duduk di teras menunggu kedatangan Ayah sambil mencari alasan tentang keberadaan Raline. "Hallo, Mas, Raline ada?" Seorang wanita memakai rok span pendek berdiri di depan pintu gerbang sambil tersenyum. "Tidak ada, Mbak. Ada apa, ya?" tanyaku tanpa bangkit dari kursi yang kududuki, malas melihat penampilan yang merusak pandangan mataku. "Saya tetangga depan rumah, Mas. Boleh saya masuk?"Tanpa menunggu jawabanku, wanita itu membuka sendiri pintu gerbang lalu melangkah masuk. Gawat kalau Ayah meli

DMCA.com Protection Status