Share

Suami Dari Masa Lalu
Suami Dari Masa Lalu
Penulis: Silver Girl

Part 1 pertemuan

Penulis: Silver Girl
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-09 16:17:50

***

Kutatap lekat-lekat foto profil manager pemasaran baru yang terpampang di layar monitor laptopku. Dadaku bergemuruh hebat. Sekelebat bayangan kejadian silam kembali menyinggahi rongga kepalaku memanggil kebencian yang telah kukubur dalam-dalam. Akan tetapi sekarang aku mesti dipertemukan kembali dengan masa kelamku itu.

'Apa masih kurang penderitaan yang kualami karena kehadirannya dalam hidupku?'

***

Flashback On

"Maukah Kak Bima menjadi pacarku? Kalau mau terima bunga ini."

Beberapa saat yang lalu.

Riuh rendah suara siswa-siswi peserta orientasi siswa baru memenuhi lapangan Sekolah Menengah Atas Nusa pertiwi. Sebuah sekolah swasta bergengsi di kota ini.

"Para adik-adik sekalian! Diharap tenang, karena acara terakhir sebelum penutupan MOS akan segera dimulai." Terdengar pemberitahuan dari arah depan lapangan. Seketika para siswa diam dan menunggu instruksi selanjutnya.

"Oke. Ini adalah penutupan, jadi kita mengadakan acara seru-seruan aja ya. Nah, Kita membuat lingkaran di tengah lapangan setelah itu Kakak akan mengocok kertas yang ada dalam botol ini. Isi kertas itu adalah nomor kalung adik-adik."

Kak Mala yang bertindak sebagai ketua pembina mulai memberi aba-aba untuk membuat lingkaran.

"Nah, Kakak mulai, ya."

Senior berkulit hitam manis itu mulai mengguncang botol yang ada ditangannya, mengambil sebuah nomor lalu membaca isi kertas yang sudah ditulis Kakak-kakak senior yang lain.

"Nomor 70!"

Degh!

Jantungku berdegup kala nomorku yang dipanggil ke depan. Rasa gugup menyelimuti diri. Kaki ku gemetar melangkah ke depan lapangan.

"Hallo Adek berkacamata, namanya siapa?"

"Ralin Amanda, Kak."

"Oke, Ralin. Ini ada permintaan dari Kak Kiki. 'Nyatakan cinta pada Kakak senior yang kamu kagumi."

Kak Mala tersenyum menggoda.

"Kayaknya idola kita sama deh, Ralin. Cool, ganteng, keren ... Uh, lengkap, deh. Santai Ralin, ini hanya seru-seruan doang," ujar Kak Mala yang menyadari kegugupanku.

"Silahkan dimulai."

Kak Mala menyerahkan setangkai bunga sebagai pelengkap.

Dengan mengunyah rasa malu kudekati para Kakak senior yang duduk di pinggir lapangan. Keringat dingin mengucur dari pori-pori kulitku, rasa gugup semakin menjadi. Tujuanku adalah kakak yang paling keren di sekolah, juga merupakan idola kaum hawa di seantero sekolah.

Namanya Kak Bima. Aku mengagumi nya karena prestasi yang ditorehkan di sekolah ini, Ketua osis, kapten basket sekaligus atlet taekwondo dan juara lomba Olimpiade fisika tingkat nasional. Itu profilnya yang kubaca diidentitas para senior.

"Bim! Cewek itu mau nyamperin, Lo!"

Kak Bima yang tengah berkumpul bersama teman-temannya menoleh ke arahku. Beberapa temannya mendorong lelaki berwajah sedikit oriental itu ke tengah lapangan diiringi sorakan temannya dan teriakan histeris para siswi.

"Kak Bi-ma, maukah kakak menjadi pacarku? Kalau mau terima bunga ini, Kak!" Terbata aku menatap takut lelaki tinggi gagah yang menatapku tajam. Tatapan mata elang dengan iris hitam pekat itu begitu menghunus hingga ke ulu hatiku.

Diraihnya bunga dari Kak Mala tadi lalu dicampakkan ke tanah kemudian sepatu sport putih itu menginjak-injak bunga yang malang.

Huuuu!!

***

Sejak hari itu aku tak pernah merasakan kenyamanan bersekolah di situ lagi. Hampir setiap hari Bima's Lover, Kak Bima and the genk dan Jessica pacar Kak Bima membully ku. Bagi mereka aku dijadikan bahan hiburan di kantin dan sepulang sekolah. Beragam bullyan sudah menjadi makananku sehari-hari.

"Heh, cupu! Lo nggak sadar diri banget, sih nembak cowok idola sekolah? Udah gendut, jelek lagi." Makian yang selalu kuterima setiap harinya. Kalau tidak karena bea siswa, aku sudah minta pindah sekolah pada kedua orang tuaku.

Aku menarik napas lega karena sebentar lagi hidupku akan sedikit tenang karena kelulusan anak kelas tiga. Namun, ternyata ini adalah awal dari segalanya.

Seperti biasa saat istirahat, aku akan berdiam diri di tempat favoritku yaitu perpustakaan. Kebetulan hari ini jam pelajaran kosong, maka kuputuskan untuk menghabiskan waktu di sana.

"Lin, nggak ke kantin? Katanya Kak Bima mentraktir kita semua makan sepuasnya di kantin," seru sahabatku--Anita.

"Nggak usah, Nita. Aku di sini saja."

Anita ngeloyor pergi mendapat penolakan dariku.

Tanpa sadar jam pulang sekolah segera tiba. Kukemasi buku-buku yang tadi kupinjam lalu meletakkan kembali pada rak buku ketika Kak Mala menghampiriku.

"Hai, Lin. Kok tadi nggak ke kantin?"

Aku menggeleng.

"Lagi jagain perpus, Kak," candaku.

"Sebenarnya Bima mau meminta maaf padamu sebelum hengkang dari sekolah ini. Ayo kita temui dia. Kali ini serius, loh."

Kak Mala langsung menarik tanganku tanpa menunggu jawabanku.

Terpaksa kuikuti langkahnya melewati belakang perpustakaan.

"Loh, ngapain kita ke gudang, Kak?"

Aku tersurut mundur ketika Kak Mala bersiap membuka pintu gudang perlengkapan olahraga.

"Bima malu mengakui kesalahannya di depan umum, Lin. Mereka menunggu kita di dalam."

Kak Mala dengan sigap menarik tanganku memasuki gudang lalu mengunci pintunya.

"Ko-kok dikunci, Kak?"

Tanpa menjawab Kak Mala menghidupkan lampu. Ruangan yang semula agak gelap menjadi terang benderang.

Aku terkejut, di ruangan itu sudah ada Bima and genk yang terdiri dari Kak Dion, Kak Hendra dan Kak Bima sendiri.

"Kamu adik Karmila, Bukan?" tanya Kak Dion tiba-tiba. Aku menoleh ke arahnya.

"Iya, kenapa Kakak bisa tahu?" Karmila adalah kakakku satu-satunya. Kami lain sekolah.

"Bagai bumi dan langit, Karmila cantik sedang kau ... "

"Sudah! Kita mulai saja. Lin, kamu ingin lepas dari bullyan Bima lover, nggak?" tanya Kak Mala mendekat padaku. Persaan ku menjadi tak enak. Kak Mala tak seperti yang kukenal sebelumnya.

"Iya mau, Kak."

"Ok. Kita mulai, Beib!" Kak Mala berkata begitu pada Kak Hendra yang memegang kamera.

Kak Mala mengeluarkan ponselnya lalu menyodorkan padaku.

"Peragakan video itu!" Kuperhatikan video itu dengan seksama kemudian menjauhkannya sambil menggeleng jijik.

"Nggak, Kak! Aku nggak mau!"

"Kamu mau Bima's lover semakin membully mu? Atau Kamu mau bea siswamu dicabut? Hendra bisa saja memanipulasi kata lalu melaporkan mu pada mamanya. Kamu tahu kan Hendra anak kepala sekolah." gertak Kak Mala.

"Ta-tapi ... "

"Buruan!"

Aku menatap Kak Bima menghiba, lelaki dengan rambut belah tengah itu berpaling seolah tak peduli dengan tangisku. Dengan air mata berderai dan tangan gemetar kubuka kancing seragamku satu persatu seperti yang diperagakan video tadi. Sementara Kak Hendra menyorot kamera ke arahku.

"Wah, gue bisa sange ini." Kak Dion mencebik.

"Dibalik wajah jelek dadanya mulus juga, ya." Kak Hendra menyahut disertai pekikan kecilnya karena cubitan Kak Mala yang merupakan pacarnya.

Saat hampir semua kancing terbuka terdengar pintu diketuk dari luar.

"Siapa di dalam!"

"Eh, itu Pak Satpam." Kak Mala buru-buru membuka pintu.

"Saya, Pak. Mau mengantar bola sekalian merapikan barang-barang."

"Oh, buruan! Saya mau mengunci gerbang."

Mereka semua buru-buru keluar, meninggalkanku yang tersedu-sedu.

***

Flashback off

"Selamat siang, Bu Ralin. Rapat akan segera dimulai." Mila--sekretaris pribadiku muncul dari balik pintu.

Aku bergegas berdiri, merapikan blazerku lalu melangkah menuju ruang rapat. Kuhembuskan napas pelan sebelum memasuki ruangan itu, sebentar lagi aku akan melihat langsung lelaki yang menorehkan luka berkepanjangan dalam hidupku. Setapak demi setapak kakiku memasuki ruangan yang terasa panas, tetapi telapak tanganku malah membeku. Semua berdiri menyambut kehadiranku.

"Rapat dimulai, sebelumnya kita perkenalkan dulu manager pemasaran baru, pengganti Pak Juno. Silahkan, Pak Bima Adeswara."

Pimpinan rapat menyebutkan nama lelaki itu seiring sesak memenuhi rongga dadaku. Laki-laki itu berdiri, memperkenalkan dirinya yang sebelum ini merupakan manager pemasaran cabang di Surabaya. Mau tak mau aku melirik pria itu memastikan kalau itu bukan dia.

Namun, kenyataannya itu dia! Bima tak berubah, hanya wajahnya semakin dewasa dihiasi kumis serta cambang tipis serta tubuhnya yang tinggi berisi. Aku sudah tak fokus lagi, rapat kali ini mengambang di luar kepalaku.

Selang beberapa menit setelah itu rapat selesai dan giliranku mewawancarai nya di ruang kerjaku. Hatiku menolak, tapi aku harus profesional dalam bekerja.

"Selamat menyambut hari terburuk dalam hidupmu, 'Bima Adeswara," desisku.

Tbc ...

Bab terkait

  • Suami Dari Masa Lalu   part 2 Baru Awal

    **"Ya, silahkan masuk!" seruku saat mendengar ketukan dari arah pintu. Kutahan degup di dada kala Bima melangkah masuk. "Selamat datang, Pak Bima Adeswara, selamat bergabung di perusahaan pusat," ucapku tanpa melepas pandangan dari layar laptop yang menampilkan vc nya. Strata dua dengan gelar M. Ekon, merupakan pendidikan terakhirnya. Aku menyipit ketika melihat status perkawinan, ia masih lajang di usianya sekarang. 'Apa karma berlaku padanya?'"Maaf, saya boleh duduk, Bu Ralin."Aku kembali tersadar mendengar suara baritonnya. "E-eh, iya. Silahkan duduk, Pak Bima. Saya sudah membaca VC anda, kinerja anda sangat bagus sehingga kantor pusat meminta anda bergabung di sini. Nanti Pak Sigit akan menjadi mitra kerja anda. Ada yang perlu ditanyakan Pak Bima?" tanyaku tanpa menoleh padanya. "Tidak ada, Bu. Saya akan bekerja semaksimal mungkin untuk kemajuan perusahaan. Kalau begitu saya pamit ke ruangan ya, Bu Raline.""Ya, silahkan!" Karena tak mendengar pergerakan dari arah Bima, a

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-09
  • Suami Dari Masa Lalu   part 3 Terpaksa

    ***Bunyi detak higheel menggema kala memasuki ruangan kerjaku. Di luar udara dingin akibat hujan semalam meretas masuk ke ruanganku yang berAC rendah. Kuambil remote dan mematikan AC yang membuatku menggigil menapakkan kaki di ruangan ini. "Selamat pagi, Bu Raline," sapa Hani. Gadis berhijab modern itu melangkah masuk membawa beberapa map di tangannya. "Hari ini jadwal Ibu ke kantor cabang di Surabaya. Ini agendanya," ucap Hani meletakkan map di depanku. "Atur keberangkatanku, Han. Mungkin aku akan langsung mengambil cuti sampai weekend di sana. Oh, ya. File dari Pak Sigit, asisten manager keuangan kirimkan seperti biasa ya, Han," pintaku sebelum Hani beranjak pergi. Hani mengangguk pasti. Aku tersenyum sambil menarik napas lega. Jarang-jarang aku mendapat tugas ke kantor cabang. Betul-betul saat yang tepat untuk melakukan plan A dan B sekaligus. Aku sengaja tak memberitahu Ayah dengan kedatanganku ke Surabaya. Toh, beliau tak akan peduli, mau aku datang atau tidak. Puluhan tah

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-09
  • Suami Dari Masa Lalu   part 4 Penasaran

    **"A-ayah ... "Hening tak ada jawaban. Tapi helaan napas itu masih dapat kudengar walaupun lirih. "Maaf, kalau Ralin tidak singgah, Yah sebab ada pekerjaan penting." Getir kuucapkan kata-kata itu. Aku tak tahu Ayah tahu kedatanganku darimana, yang jelas dari helaan napas itu beliau kecewa. Laju kendaraan sepeda motor nyaring terdengar di seberang telepon pertanda beliau sedang ada di toko saat ini karena Toko bahan material bangunan milik kami terletak di tepi jalan raya. Toko itu sudah ada sejak dari nenek moyang yang diwariskan turun temurun. Tak kunjung bicara dan memang beliau tak akan bicara, aku pamit pada Ayah karena harus menghadiri rapat pagi ini. "Maaf, Yah. Raline harus kerja dulu ... Assalamu'alaikum." Ketika ponsel itu hendak kumasukkan ke dalam saku blazer, panggilan dari Anita memaksaku mengurungkan niatku. "Hallo, Lin. Lagi kerja, ya? Sorry, loh.""Lah, kamu kan tahu itu.""Bentar, bentar aja. Ini kubagikan link berita hari ini ke IG kamu, ya."Anita langsung me

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-09
  • Suami Dari Masa Lalu   part 5 kepercayaan

    ***Pov RalinKutepis lengan yang ingin memelukku dari belakang. "Kau masih menolakku setelah apa yang telah kulakukan semua untukmu?" ucap Rangga dengan gusar. Lelaki berkaos coklat itu mengeluarkan sebungkus rokok dari saku celananya, berjalan ke arah jendela lalu mematiknya di sana. "Maaf, Ngga. Ini hanya soal waktu, aku belum siap, tapi kupastikan tak akan lama lagi.""Aku kesal melihat laki-laki itu memelukmu tadi, sedang aku selalu kau beri batasan. Mau sampai kapan aku menunggu?"Rangga berdecak kesal sembari mengepulkan asap rokoknya ke udara. "Itu tadi tak sengaja, bukan dari hatiku. Aku hampir jatuh beruntung dia menolongku," jawabku menenangkan Rangga. "Apa lagi yang kamu inginkan? Dia sudah keluar dari perusahaan. Kamu tinggal menikah denganku, selesai persoalan.""Kalau kau tak sabar menunggu, kau bisa mencari perempuan lain, Ngga. Tak masalah bagiku selagi kamu berstatus bebas." Kuraih tas lalu bergegas keluar melewatinya. Aku kesal berlama-lama dengan pria yang h

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-09
  • Suami Dari Masa Lalu   Permintaan

    SUAMI DARI MASA LALUPart 6"Maaf Nak Bima. Umi telah membatalkan semuanya, Abi tak bisa berbuat apa-apa. Kamu tahu sendiri Umi bagaimana, 'bukan?""Tolonglah, Bi. Saya mencintai Annisa. Dengarkan penjelasan saya dulu. Saya hanya menolong wanita itu karena ia hampir terjatuh. Tak ada niat lain dan saya pastikan kalau sifat saya sudah berubah."Abi menghela napas panjang, lelaki yang rambutnya sudah memutih semua itu menggeleng pelan. "Abi percaya, Bima. Tapi semua tergantung pada Umi. Annisa harus menuruti perkataan Uminya kalau tak ingin dikatakan anak durhaka."Aku tak dapat berbuat apa-apa lagi untuk mempertahankan pernikahanku. Dengan langkah gontai aku keluar rumah Annisa.Sesampai di pintu pagar aku menoleh ke belakang, tepatnya ke jendela kamar samping rumah berarsitektur kuno itu. Annisa berdiri di sana dengan air mata berderai sambil menutup mulutnya dengan sapu tangan. Tak disangka kejadian yang hanya sekejab mata antara aku dan Bu Ralin berakibat fatal bagi pernikahanku.

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-17
  • Suami Dari Masa Lalu   Maaf

    SUAMI DARI MASA LALU Part 7**Aku masih bergelung di bawah selimut padahal sinar matahari sudah mengintip dari balik tirai jendela. Perlahan kusibak selimut tebal yang sekian hari menemani tidur malamku itu. Menapak kaki dengan malas di lantai lalu melangkah menuju jendela untuk membuka tirai. "Lin, maukah kamu menjadi pasangan Alex saat mengikuti pembukaan restoran barunya?" pinta Nyonya Lim semalam. Aku tahu keluarga Pak Lim ingin mendekatkan aku dan Alex, walau mereka tak ingin memaksa dengan alasan perbedaan agama diantara kami. Namun, semakin hari mereka ingin mengabaikan perbedaan itu. "Tak ada salahnya dicoba, kami pun ikhlas kalau Alex mengikuti keyakinanmu jika memang dia nyaman denganmu."Kata-kata itu yang kupikirkan semalaman hingga membuat insomnia ku merajalela. Deringan ponsel mengalihkan pandanganku dari bangunan berjejer di bawah lantai dua puluh ini. "Sebentar lagi saya sampai, kamu handle dulu, ya." Aku mengakhiri panggilan dari Hani. Sedetik kemudian pang

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-17
  • Suami Dari Masa Lalu   Part 8 Perkenalan

    SUAMI DARI MASA LALU Part 8Pov Bima**"Masuk, Nak." Kujejalkan kaki memasuki rumah besar dan luas tapi bercorak kuno itu. Cat dindingnya yang berwarna putih sudah banyak yang mengelupas butuh dicat kembali. Di ruang tamu rumah itu aku disuguhkan aneka perabotan yang juga termakan usia, hanya tirai jendela dan pintu yang mengikuti model jaman sekarang. "Rumah lama, Nak. Kami membelinya puluhan tahun lalu dari orang lain. Rumah yang banyak kenangan sehingga saya enggan mengganti segala sesuatu yang berkaitan dengan almarhum istri saya," ujar Pak Udi melihatku memandang sekeliling. "Tunggu saya buatkan kopi.""Tak usah, Pak, hanya merepotkan Bapak saja," larangku. Namun, Pak Udi tak menggubris, dengan jalan terpincang-pincang ia memasuki ruang dalam. Tak beberapa lama dia muncul dengan nampan di tangan, buru-buru aku mengambil alih nampan itu sebab ia agak kewalahan. "Dicoba, Nak. Kopi saya terkenal enak ... Kata anak saya," kekeh Pak Udi. Aku menyeruput kopi dari pinggiran gel

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-18
  • Suami Dari Masa Lalu   Part 9 bersalah

    Pov Bima**"Masuk, Nak." Kujejalkan kaki memasuki rumah besar dan luas tapi bercorak kuno itu. Cat dindingnya yang berwarna putih sudah banyak yang mengelupas butuh dicat kembali. Di ruang tamu rumah itu aku disuguhkan aneka perabotan yang juga termakan usia, hanya tirai jendela dan pintu yang mengikuti model jaman sekarang. "Rumah lama, Nak. Kami membelinya puluhan tahun lalu dari orang lain. Rumah yang banyak kenangan sehingga saya enggan mengganti segala sesuatu yang berkaitan dengan almarhum istri saya," ujar Pak Udi melihatku memandang sekeliling. "Tunggu saya buatkan kopi.""Tak usah, Pak, hanya merepotkan Bapak saja," larangku. Namun, Pak Udi tak menggubris, dengan jalan terpincang-pincang ia memasuki ruang dalam. Tak beberapa lama dia muncul dengan nampan di tangan, buru-buru aku mengambil alih nampan itu sebab ia agak kewalahan. "Dicoba, Nak. Kopi saya terkenal enak ... Kata anak saya," kekeh Pak Udi. Aku menyeruput kopi dari pinggiran gelas. Betul, terasa nikmat dan

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-19

Bab terbaru

  • Suami Dari Masa Lalu   part 36 hancur

    **RALINEBukan hanya tubuhku yang sakit, tapi hatiku hancur berkeping-keping. Dua jam sudah aku berendam, meratap di dalam air bathup yang dingin hingga jari tangan dan kakiku keriput. Kubiarkan air keran itu hidup hingga meluber ke lantai kamar mandi walau terdengar sekilas bunyi dering ponsel yang tertelan bunyi keran yang mengalir. Dadaku semakin sesak mengingat kejadian yang menimpaku. Semakin berusaha kulupakan semakin berat napas melewati tenggorokan hingga kesulitan bernapas dan air mata kembali membanjir seiring air yang meluber dari bathup yang melimpah. Apa nanti yang akan kukatakan pada Bima mengenai istrinya yang sudah dua kali dilecehkan Dion dan kali ini lebih parah apalagi statusku adalah istri Bima tapi Dion ikut mencicipi tubuhku. Kembali air mata yang mengambang di pelupuk mataku. Kupukul tubuhku dengan perasaan jijik sambil berteriak. "Awas kau Dion! Aku akan membalas semua perbuatanmu! Tunggu Dion! Tunggu!"Merasa puas meluapkan semua perasaan, perlahan aku ban

  • Suami Dari Masa Lalu   part 35 dion

    DionMalas, begitu Bos menyuruhku untuk tugas ke Surabaya lagi. Aku sudah terlalu nyaman hidup di Jakarta yang glamor. Tapi, karena tak ada yang kenal wilayah Surabaya sepertiku, jadilah aku berada di sini sekarang. Bertemu dengan masa lalu dan teman-teman sekolah termasuk Bima. Pria gagah itu semakin matang saja, tapi sayang masih lajang. Aku menertawakannya dalam hati, apa beda dengan diriku?Aku sudah mulai menaruh rasa iri pada Bima sejak sekolah menengah atas. Mulai dari cewek-cewek yang mengidolakannya, prestasi yang bagus dan sejumlah keberuntungan yang pantas menumbuhkan rasa iri. "Dia dipecat dari perusahaannya di Jakarta.""Pernikahannya gagal.""Sekarang bekerja di toko bangunan."Berseliweran berita tentang Bima yang singgah di telingaku saat kumpul dengan para alumni dan aku tersenyum puas. Akhirnya Bima mendapatkan hal buruk juga, jangan selalu keberuntungan terus yang berpihak padanya. Ketika itu aku menunggu pelangganku di sebuah kafe aku melihat Anita, tetanggaku s

  • Suami Dari Masa Lalu   part 34 kena batu

    **RALINEBau peralatan sembahyang keluarga Pak Lim menguar dari bilik rawat itu. Rupanya Nyonya Lim sedang sembayang. Aku menunggu sampai perempuan paruh baya itu selesai. "Raline? Kapan kamu sampai? Ayo, masuk." Kak Moi mendapatiku berdiri menyandar tiang penyangga. "Baru sampai kok, Kak. Nyonya lagi sembahyang, saya tak ingin mengganggu," jawabku keberatan. "Nggak, apa. Ayo!" Kak Moi meraih tanganku memasuki ruang inap. Nyonya Lim melirik lalu menghentikan kegiatannya. Perempuan paruh baya itu menatapku dengan berkaca-kaca, segera dirangkulnya diriku dan menangis dipelukanmuku cukup lama. "Kami senang kamu datang, Lin. Mudah-mudahan Bapak segera sadar."Nyonya Lim menuntun tanganku mendekati ranjang Pak Lim yang banyak selang. Kepala dan kaki lelaki paruh baya itu diperban. Aku melirik monitor yang bergerak lambat. "Pah, ini Raline sudah datang! Bangunlah," ucap Nyonya Lim menutup mulutnya menahan tangis. Tetiba ruangan itu begitu sunyi yang terdengar hanyalah bunyi monitor.

  • Suami Dari Masa Lalu   part 33 tak ada yang kebetulan

    *RalineKandungan ini begitu kuat, segala cara telah kucoba. Memakan buah nanas muda dan terakhir adalah minum jamu buatan Mbok Jum, tetangga komplek ini yang berjualan jamu di pasar. Sore itu sepulang kerja, Lidia memanggilku. "Lin! Sudah lama tak singgah, mampir dulu," ajak Lidia di balik pagarnya.Aku yang bawaannya malas terpaksa mengiyakan, tak enak dia seperti sengaja menungguku. Kebetulan Bima belum pulang juga. "Bagaimana dengan Dion? Apa hubungan kalian berjalan dengan lancar?" tanya Lidia menyelidik. Aku mengedikkan bahu. "Ya, begitulah. Ada apa memanggilku?"tanyaku tak ingin berlama-lama di sini sebab Perutku serasa diaduk-aduk ketika menci*um aroma farfum Lidia yang menyengat. "Kamu kenapa? Kok menutup mulut?" tatap Lidia heran, tapi kemudian dia tersenyum. "Hayo, kamu hamil ya? Persis seperti aku waktu itu. Mencium bau apa saja mual. Tapi aku nggak pengen, kubuang aja."Hatiku tergelitik mendengar cerita Lidia. "Kamu buang pake apa?" Aku tak berani menatapnya ta

  • Suami Dari Masa Lalu   part 32 Bersalah

    **Pov Bima"Hendra sudah cerita semuanya dan aku meradang." Mama Hendra menatap tajam ke dalam bola mataku. "Aku ingin melaporkan istrimu itu atas tuduhan penyalahgunaan undang-undanh ITE. Mana dia? Pasti sekarang ia takutkan?" Mama Hendra melirik pintu kamar.Aku hanya diam tak melakukan pembelaan terhadap Raline, aku ingin ia dapat pelajaran dari kejadian ini. Akan tetapi mengingat ia sedang hamil memaksaku ikut bicara. "Maafkan, Raline, Bu. Apa kita tak bisa menempuh jalan damai?" Mama Hendra mendesah, sedikit membenahi posisi duduknya. Sesekali ia melirik ke pintu kamar yang tertutup. "Bim, kamu tahu keadaan Hendra, Bukan? Sudah kemana-mana aku membawanya berobat. Kalau biaya sudah tak terkatakan ... " Mama Hendra menjeda ucapannya. Sebutir air mata jatuh menimpa pipinya yang keriput. Hatiku ikut pedih mendengarnya. Hendra telah kehilangan Ayahnya sejak duduk dibangku esempe, hanya Mamanya yang berjuang untuk hidup mereka dan sekarang Mama Hendra sudah pensiun, mereka hanya

  • Suami Dari Masa Lalu   part 31 Terbongkar

    **Pov Bima"Raline!" Aku menghentikan pemilik gocar yang mendorong Raline. "Terus jalan, Pak!" pukas Raline. Aku menahan laju kursi roda itu. "Kamu mau apa? Urus saja selingkuhanmu itu," ucap Raline dengan tatapan entah. Ada sebening kaca di sudut matanya tapi kemarahan juga bergelayut di mata itu. "Cemburu, kah ia?""Dia karyawanku yang mengalami kecelakaan kerja," jawabku menghalau kecurigaan Raline. "Bagus! Lebih penting karyawan daripada istri sendiri, ya?""Istri? Loh, kamu sendiri yang bilang kita hidup sendiri-sendiri, Bukan?"Raline diam, tapi kaca di sudut mata menetes, buru-buru disekanya dan menyuruh Bapak itu untuk melanjutkan jalannya kursi roda. 'Astaghfirullah, apa yang telah kukatakan dalam keadaan Raline yang sedang sakit itu.'Aku lekas menggantikan Bapak gocar itu setelah membayar ongkos gocar-nya. Semoga Maya tak mengapa menungguku.Lekas kudorong kursi menuju ruang UGD ketika kuperhatikan sekilas wajah Raline yang pucat pasi.Sesampainya di pintu ugd, seoran

  • Suami Dari Masa Lalu   part 30 dilema

    **Nindi menyentuh bahuku yang terduduk di lantai kamar mandi granit berwarna hitam yang dingin. Perlahan ia memegang ketiak lalu mengangkatku susah payah. Kulihat sebelumnya Nindi mengambil test pack itu, mengamati dan membuangnya ke tempat sampah. Aku didudukkan di sofa jati berukiran emas di pinggirannya. "Apa salahnya kalau kamu hamil? Toh, kamu punya suami?" Nindi merapikan anak rambutku yang berserakan. Cepat aku menoleh padanya. "Apa betul aku hamil?"Nindi mengedikkan bahu. "Entah! Aku belum pernah melihat orang menggunakannya. Garis duanya pun masih samar," komentar Nindi yang melegakan sedikit kekalutan hatiku. "Kau belum menjawab kenapa tak mau hamil anak suamimu?" Nindi menatapku menunggu cerita yang keluar dari mulutku.Aku tak punya siapa lagi yang bisa dipercaya. Sahabat? Hanya Nindi yang masih berempati padaku. Satu lagi Anita. Eh, Anita sekarang apa kabar? Dia tak pernah lagi menghubungiku padahal kami satu kota sekarang. Nindi menyentuh tanganku hingga cerita i

  • Suami Dari Masa Lalu   part 29 hamil

    **Kelopak mataku yang berwarna pink muda dengan bulu mata panjang dan lentik membuka perlahan. Bola mata indah yang kuhiasi soflen berwarna orange itu memutar kesekeliling. "Kau sudah sadar, Raline!" Suara khas lembut dan keibuan itu memaksaku menoleh. "Nyonya Kim? Kenapa aku ada di sini? Ini di mana?" Kucecar Nyonya Lim dengan pertanyaan yang bersileweran di kepalaku. "Kau di kamar Moi. Tadi kamu tiba-tiba pingsan. Kamu belum makan dari kemarin, ya?"Aku mengingat semalam memang tak makan dan langsung tidur sampai hari ini belum ada satu butir pun masuk ke perutku. "Sebaiknya Nyonya ke depan mendampingi pengantin, saya sudah merasa baik," ucapku melihat Nindi berdiri di depan pintu masuk. "Kamu yakin? tanya wanita berkebaya creamy itu memastikan. "Iya, Nyonya. Ada teman saya di luar, ia bisa membawa saya pulang." Aku menunjuk ke luar diikuti tatapan Nyonya Lim. "Baiklah, Raline. Kalau kau masih merasa belum baik istirahatlah di sini sampai esok."Nyonya Lim menawarkan kebaika

  • Suami Dari Masa Lalu   part 28 terjebak rasa

    **Pov BimaKuketuk berkali-kali kamar Raline memastikan ia ada di dalam. Namun, tak sedikitpun pintu itu terkuak mengisyaratkan ada orang di dalam. 'Kemana Raline? Bagaimana kalau Ayah datang, aku harus bilang apa?"Aku mengacak rambut kesal, kebiasaannya pergi tanpa bicara minimal kirim pesan walau aku tak dianggap. Padahal sebentar lagi Ayah sampai. Kucoba mengirim pesan menanyakan di mana dia berada, tapi centang satu, begitu pula panggilan hanya memanggil tak berdering. Aku memilih duduk di teras menunggu kedatangan Ayah sambil mencari alasan tentang keberadaan Raline. "Hallo, Mas, Raline ada?" Seorang wanita memakai rok span pendek berdiri di depan pintu gerbang sambil tersenyum. "Tidak ada, Mbak. Ada apa, ya?" tanyaku tanpa bangkit dari kursi yang kududuki, malas melihat penampilan yang merusak pandangan mataku. "Saya tetangga depan rumah, Mas. Boleh saya masuk?"Tanpa menunggu jawabanku, wanita itu membuka sendiri pintu gerbang lalu melangkah masuk. Gawat kalau Ayah meli

DMCA.com Protection Status