Setelah penangkapan Dodi Hidayat 2 bulan lalu, kini Amalthea kembali bekerja di kantor. Walau tidak setiap hari ke kantor, tetapi wanita beranak satu itu tetap menyempatkan waktunya disela mengurus Omar.***“Sumpek banget seharian kerja! Mantengin komputer mulu bikin mataku sepet, njir! Melipir bentar buat cuci mata, deh.” Farah membelokkan kemudi mobilnya ke arah salah satu mall terbesar di kota itu. Lampu sein berkedip ketika dirinya hendak memasuki area parkir bawah tanah. Rupanya, wanita itu ingin menjelajahi mall yang ada, mulai dari lantai bawah hingga atas. Niatnya kali ini dikarenakan rasa penat setelah seharian bekerja. Farah menghirup aroma khas mall yang sejuk. Senyum mengembang mengiringi langkahnya menjelajahi berbagai lapak yang ada. Sesekali, wanita itu berhenti untuk sekedar duduk mengistirahatkan kaki yang terasa pegal.“Gini, nih, kalau kerjaannya cuma ngadepin laptop sama meja. Baru diajak jalan bentar aja, ijo, kaki udah kayak mau patah,” dumel wanita cantik itu
Sialnya, kumpulan manusia itu malah sibuk mengeluarkan ponsel mereka untuk merekam kejadian ini. Farah yang melihat itu dibuat makin frustasi. “Edian! Kenapa kalian semua malah ngerekam gue? Bantu kejar maling itu, dong!” Ia setengah merengek menahan air matanya yang hendak jatuh. Akan tetapi, lagi-lagi orang di sekuat justru sibuk merekam tanpa berniat menolongnya. Farah tersenyum miris akan makhluk zaman sekarang. Mereka lebih memilih membuat konten, daripada menolong orang yang sedang kesusahan.Apa hati mereka sudah tertutupi oleh rasa haus pengakuan dari para netizen? Cih! Lantas, Farah harus apa sekarang?Segala macam kartu dan identitasnya ada di dalam dompet itu. Mengurus surat kehilangan akan merepotkan baginya mengingat pekerjaannya sebagai asisten Ama sudah cukup sibuk. “Bagaimana ini?” Ditengah kekalutannya, samar-samar Farah mendengar suara orang bertengkar dari depan toko. Sontak para pengunjung berpindah tempat, termasuk Farah. “Maksud lo apa nuduh pacar gue nyopet
“Yaelah, lo nelpon cuma mau nanyain itu doang? Njir! Gue kira lo mau traktir gue makan di restoran PancaDewa.”“Gak usah banyak tanya, deh! Lagian yang punya resto itu juga lo sendiri. Jadi, gak usah ngarep gue bakalan makan di situ bayar, yah!” sahut Orion yang tidak sabar karena si teman begitu berbelit-belit. “Lo beneran demen sama Farah?”Terdengar helaan napas dari seberang telepon karena mendengar Orion yang terus mencecarnya. “Sekarang gue tanya balik. Kalau demen kenapa? Kalau gak kenapa?” Suara Kirun terdengar malas menjawabnya.“Dih, ini anak malah ngajak gelut!” timpal Orion gemas.Orion menghela napas sambil melihat ke arah istrinya yang masih setia menunggu jawaban dari Kirun. Ia tahu, jika sang istri begitu antusias akan nasib teman, sekaligus sekretarisnya. Jadi, jika ada lelaki yang mendekati Farah harus melewati seleksi dari mereka.“Bang Kir, kalau cuma mau main-main sama Farah, mending cabut, deh!” Timpal Amalthea yang gemas dengan sikap Kirun. “Kirain situ beneran
“Sob, bantuin gue buat dapetin hati Farah, dong.” Kirun memutuskan untuk menghubungi Orion lagi. Namun, kali ini dengan urusan yang berbeda. Lelaki itu bahkan dengan sengaja menelpon di balkon kamar sambil melihat ke arah langit malam yang tampak indah. Bintang bertaburan di atas kepalanya seolah ikut merasakan apa yang tengah dirasakan oleh Kirun.“Bantu apaan? Gue nggak mau kejadian yang lalu terulang lagi, ya, Kir.” Terdengar Suara Orion di seberang telepon yang mengantuk.“Njir, masih inget aja lu, Sob! Ya, lu tau kan kalo gue emang jahil.” Kirun terkekeh geli. “Ya nggak gitu juga kali, Kir. Masa iya kamu mainin perasaan cewek sampe niat bunuh diri.” Orion di seberang merotasikan matanya jengah. -Beberapa tahun yang lalu-“Kamu beneran suka sama aku, kan, Kir?” tanya seorang wanita dengan kacamata tebal yang bertengger di hidungnya. Adalah Aliyah.Gadis yang terkenal kutu buku itu tengah menyatakan cinta pada Kirun, si ketua basket yang hobinya suka memberi harapan palsu pada c
Farah menatap lelaki di depannya dengan pandangan jijik. Tangannya segera ditarik, kemudian dilipat di depan dada. Pandangannya sama sekali tak gentar ketika melihat bagaimana Gunawan menatapnya mencemooh.“Frustasi? Siapa? Aku!” Farah tertawa sebentar sebelum kembali menatap Gunawan. “Aku gak perlu merasa frustasi hanya karena tidak jadi dekat dengan pria seperti kamu, Gun. Hidupku jauh lebih berharga daripada harus memikirkan kamu!”“Kau!” Gunawan yang tidak terima dengan ucapan Farah berniat menarik tangan itu lagi, tetapi wanita tersebut sudah lebih dulu berjalan meninggalkan restroom. “Farah! Tunggu aku!” serunya berjalan cepat.Beberapa pengunjung yang tidak sengaja berpapasan dengan mereka segera menoleh. Melihat bagaimana Gunawan yang terus mengejar Farah yang tampak risih terus diikuti oleh lelaki tersebut. “Farah, kamunjangan bodohnya ngacuhin aku! Aku ini adalah pria yang pantas untuk menikah denganmu. Lagian, aku yakin kamu juga punya perasaan yang sama denganku. Jadi, ga
“Bercanda!” sambung Kirun dengan gilanya. Lelaki itu bahkan langsung tergelak hingga memegang perut saking gelinya. “Farah, muka kamu lucu banget tau gak, sih!” tunjuknya pada wajah si perempuan.Para pengunjung restoran sudah menarik napas, saking tak percayanya bisa melihat adegan lamaran secara live. Akan tetapi, ternyata mereka hanya di prank. Si lelaki justru dengan hebohnya menertawakan si perempuan yang kini hanya bisa diam di tempat. “Astaga! Kirain beneran, ternyata cuma boongan,” celetuk salah satu pengunjung resto. “Iya. Aku juga udah mau pasang muka mupeng gegara lihat adegan uwu di depan, eh, ternyata malah cuma prank. Asem!”Farah melihat ke arah samping, kanan, dan kiri, bagaimana orang-orang kini tengah melihatnya. Namun, ia tak suka dengan pandangan kasihan itu. Jujur, ia ingin kabur dari tempat itu sekarang juga. Kepalanya tertunduk dengan tangan mengepal karena melihat Kirun yang masih saja tertawa di bawah sana. Satu sudut bibir Farah tertarik ke atas. Mulutnya
Amalthea dan Adrian melepaskan pelukan. Mereka sama-sama melihat ke arah Orion yang saat ini terlihat begitu bossy. “Kamu Orion, kan?” Adrian mengulurkan tangannya dengan wajah bersahabat. “Kenalin, aku Adrian. Saudara jauh dari Ama.”Orion mengernyit bingung. Ia jelas tidak tahu menahu asal-usul dari Adrian yang mengaku sebagai saudara sang istri. Karena sejatinya, Ama belum pernah menceritakan tentang keluarga besarnya.“Mas.” Suara Amalthea kembali terdengar sambil menyenggol lengan Orion. “Itu, tangan Bang Adrian kok dianggurin,” bisiknya.“Kayaknya lakimu cemburu deh, Ma.” Adrian berseloroh tanpa tedeng aling-aling. Lelaki itu bahkan tersenyum melihat Orion yang melengos setelahnya. “Tuh, kan, bener apa kataku bilang. Ya, wajar, sih. Siapa sih di dunia ini yang gak insecure sama ketampanan Adrian!”“Halah, muka pasaran begitu aja kok bangga.” Bukan Amalthea yang bilang, melainkan mulut pedas Orion. Lelaki itu menyambut tangan Adrian tak ikhlas. “Iya, aku Orion. Suami dari Amal.”
“Kamu?”“Hai!”Farah tidak berharap banyak akan kedatangan tamu tak diundangnya. Namun, ia juga tak menampik ada sesuatu di dalam hatinya yang merasa bahagia akan keberadaan si tamu. “Ma–u apa kamu ke sini?” Farah tak membiarkan si tamu untuk masuk. “Pulang aja sono!”“Far, tunggu dulu!” “Apa lagi sih, Bang? Apa kamu belum puas bikin aku malu di resto tadi? Apa kamu mau bikin aku malu juga di tempat tinggalku juga?” Akhirnya, Farah melontarkan juga apa yang semenjak tadi bercokol di dalam hati. Wanita itu bahkan sampai tak membiarkan si tamu untuk masuk ke dalam rumah. Ia justru memilih untuk duduk di teras. Adalah Kirun, si tamu tak diundang yang kini tengah berdiri di depan teras Farah. Lelaki itu datang dengan satu buah kantong plastik berisi makanan. Karena ia tahu jika wanita di hadapannya belum sama sekali menyentuh makanan.“Ini ada makanan buat kamu, Far.” Farah menatap kantong plastik bening yang pastinya beriai makanan itu dengan malas. “Aku udah kenyang. Makasih;” tola