Share

92. Wanita tegar dan kuat.

"Lalu Mama meminta cerai pada suami Mama dulu?" tanyanya. Aku menggelengkan kepala.

"Tidak! Karena saat itu nenekmu masih hidup dan dalam kondisi sakit-sakitan setelah kepergian kakekmu. Bagaimana Mama menceritakan kepedihan hati ini?"

Intan mengangguk mengerti maksudku. "Terus?"

Aku tersenyum getir. "Terus Mama melanjutkan pernikahan itu. Mencoba ikhlas berbagi. Berbagi hati dan suami. Namun ternyata tak mudah seperti yang diucapkan Intan. Mulut bilang ikhlas, tapi hati ini tercabik-cabik setiap madu Mama memperlihatkan kemesraannya pada Mama. Memamerkan apa yang ia dapat dari suami Mama. Kami tinggal berjauhan namun serasa di sebelah rumah. Ia kerap datang setiap lelaki itu datang menemui Mama. Seakan takut Mama mengambil kembali apa yang memang menjadi milik Mama!"

"Jika terasa berat, keluarkan saja Ma! Intan akan mendengarkan semuanya," Aku tersenyum di antara kepedihan. Anak yang selama ini aku abaikan karena tidak lahir dari rahimku, justru adalah anak yang menghapus air mat
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status